Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Palestina Gagal Jadi Anggota Penuh PBB
Senayan: AS Bisa Terisolasi
Minggu, 21 April 2024 07:15 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Kebijakan Amerika Serikat (AS) memveto draf resolusi pengakuan keanggotaan Palestina di Organisasi PBB terus menuai kecaman. Dengan veto ini, jalan menuju perdamaian antara Palestina-Israel makin terjal.
ANGGOTA Komisi I DPR Jazuli Juwaini mengatakan, veto Amerika Serikat ini makin menjauhkan upaya mewujudkan tatanan dunia baru yang adil, tenteram, aman, dan damai.
“Sangat ironis mengingat Negeri Paman Sam ini adalah negara yang getol menyuarakan jalan perdamaian atas dasar solusi dua negara,” kata dia.
Yang lebih mengecewakan, kebijakan veto Amerika Serikat ini diambil saat 12 negara di Dewan Keamanan setuju. Adapun persyaratan menjadi anggota BB adalah mendapat persetujuan minimal 9 negara tanpa veto dari anggota tetap PBB. Amerika Serikat merupakan salah satu dari lima negara yang memiliki hak veto bersama China, Perancis, Rusia, dan Inggris.
Ketua Fraksi PKS ini bilang, banyak negara kecewa berar atas kebijakan veto Amerika Serikat ini. Sebab keinginan untuk mewujudkan dunia baru yang adil, tenteram, aman, damai tanpa peperangan dan penjajahan, terutama di Timur Tengah makin jauh.
Untuk itu, dia mendesak agar negara-negara Anggota PBB lainnya meningkatkan lobi dan diplomasi agar kekejaman yang terjadi di Palestina dapat segera dihentikan.
Baca juga : Pemerintah Mesti Gercep Selamatkan Perekonomian
“Prioritas kita saat ini adalah menyelamatkan nyawa manusia. Agar tidak ada lagi kekerasan, kekejaman, dan penjajahan terhadap umat manusia,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, dia juga memberikan apresiasi atas sikap Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) yang terus mendorong kemerdekaan Palestina di Forum Internasional. Dia pun berharap, seruan ini terus lebih gencar dan lebih efektif dilakukan dalam mengusulkan dan merekomendasikan proposal perdamaian yang permanen di Tanah Palestina.
“Stop agresi, stop penjajahan, stop kekejaman yang selama 6 bulan ini telah menewaskan lebih 33 ribu rakyat Palestina. Korban terbesar adalah anak-anak, perempuan, dan orang tua. Kita tidak ingin lagi ada tragedi kemanusiaan di Palestina,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui, Amerika Serikat mengajukan veto atas draf resolusi Dewan Keamanan PBB terkait upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB, pada Kamis (18/4/2024), di New York, Amerika Serikat. Draf yang diajukan Aljazair tersebut didukung 12 dari total 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB. Sementara dua anggota DK PBB yaitu Inggris dan Swiss memilih abstain.
Terpisah, Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR Fadly Zon menilai, veto Amerika Serikat tersebut menunjukkan sikap sikap standar ganda dan anti perdamaian. “Ini menunjukkan semakin penting adanya reformasi institusi tatanan dunia,” kata Fadly Zon.
Politisi Fraksi Gerindra ini mengatakan, keberpihakan Amerika Serikat kepada Israel memang sudah menjadi rahasia sangat umum mengingat kuatnya lobi Zionis Yahudi terhadap politik dalam negeri AS.
Baca juga : IPO MIND ID Perkuat Investasi Dan Bisnis
Namun demikian, keberpihakan Amerika Serikat tehadap Israel ini justru makin memperkuat tidak layaknya Amerika Serikat sebagai penengah dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel. Sebab pada akhirnya, kebijakan yang diambil pasti akan selalu memihak Israel.
“Saya mengingatkan keberpihakan mutlak Amerika Serikat kepada Israel dalam jangka panjang akan sangat merugikan rakyat Amerika Serikat secara keseluruhan,” tegasnya.
Fadly Zon mengingatkan, kentalnya keberpihakan terhadap Israel ini justru akan membuat Amerika Serikat terisolasi dan hanya akan membuat negeri adidaya ini dipandang sebagai pendukung kejahatan perang dan pelanggar HAM. Selain itu, sikap AS tersebut akan semakin memperuncing konflik geopolitik yang melibatkan Rusia dan China.
“Kami mendorong masyarakat global termasuk Indonesia agar terus menekan Amerika Serikat supaya bersikap netral dan lebih obyektif dalam menyikapi masalah konflik Palestina-Israel,” serunya.
Lebih lanjut, Fadly Zon mewanti, tindakan Amerika Serikat tersebut akan menghadirkan konsekuensi atas tatanan dunia.
Pertama, kuatnya tuntutan atas pentingnya urgensi dan kedaruratan untuk melakukan reformasi di Dewan Keamanan PBB supaya lebih demokratis, adil, representatif, dan efektif dalam menunaikan fungsinya menjaga keamanan dan kedamaian internasional.
Baca juga : Seragam Adat Di Sekolah Tambah Beban Orang Tua
Sebab, yang terjadi saat ini, mekanisme veto tersebut terbukti menghambat penegakan keamanan dan perdamaian internasional di berbagai konflik di dunia, terutama ketika konflik tersebut beririsan langsung dengan kepentingan negara-negara pemegang hak veto. Yang pada akhirnya, menyandera penegakan keamanan dan perdamaian dunia.
“Bukti paling sahih atas fakta tersebut adalah berlarut-larutnya konflik Palestina-Israel yang sudah hampir 80 tahun berjalan sejak 1947. Termasuk kegagalan menghentikan genosida Israel yang menewaskan lebih dari 34 ribu rakyat Palestina di Jalur Gaza dengan lebih 70 persen adalah anak-anak dan perempuan,” ujar anggota Komisi I DPR ini.
Konsekuensi lain, sambung dia, veto ini kian menegaskan dukungan membabi buta Amerika Serikat kepada Israel termasuk saat Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya