Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Catatan Bambang Soesatyo

Urgensi Kebersamaan untuk Hadapi Pandemi Covid-19 dan Resesi Ekonomi

Jumat, 10 April 2020 12:56 WIB
Rupiah yang kepayahan/Ilustrasi (Gambar: Mice)
Rupiah yang kepayahan/Ilustrasi (Gambar: Mice)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketika bencana kemanusiaan akibat pandemi global Virus Corona belum lagi berakhir, Indonesia dan komunitas global telah dihadang resesi ekonomi. Bencana beruntun yang tak terelakan ini akan bisa dilalui jika semua elemen masyarakat Indonesia lebih mengedepankan kehendak baik menjaga kondusifitas. Sebab, kondusifitas menjadi kata kunci yang memampukan bangsa ini mengelola rangkaian masalah akibat wabah Virus Corona dan resesi ekonomi.  

Pandemi global Virus Corona membuat segala kerusakan, termasuk di sektor ekonomi, menjadi predictable, bahkan langsung dirasakan oleh semua orang. Si kaya maupun orang miskin, yang lemah maupun orang kuat, semua merasakan ketidaknyamanan karena kerusakan di sana-sini. Kini, warga planet ini pun tak bisa mengelak ketika perekonomian dirundung masalah teramat serius. 

Baca juga : Angka Kejahatan Turun Selama Pandemi Covid-19

Jumat (27/3) pekan lalu, IMF kembali menegaskan bahwa perekonomian global sudah memasuki tahap resesi. Sebab, seperti halnya di Indonesia, hampir semua negara menghentikan sebagian aktivitas perekonomian. Mudah untuk disimpulkan bahwa sebagai akibatnya adalah terjadinya kerusakan pada sejumlah sektor dan sub-sektor ekonomi. Sebagai bagian tak terpisah dari perekonomian dunia, Indonesia pasti merasakan dan menerima dampak dari kerusakan itu.

Untuk kecenderungan di Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani pun mengornfirmasi gambaran dari dari IMF itu. Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (6/4), Menkeu mengemukakan, akibat wabah corona, skenario terburuk perekonomian nasional hanya bisa tumbuh 2,3 persen dari prediksi awal tahun 2020 yang 5 persen. Baik investasi maupun ekspor tumbuh negatif. Pada kuartal IV nanti, situasinya diharapkan membaik. Ketika investasi dan ekspor tumbuh negatif, motor penggerak pertumbuhan yang masih bisa diandalkan adalah konsumsi dalam negeri.  Maka, dalam beberapa waktu ke depan, pemerintah diharapkan menerapkan kebijakan yang mendorong penguatan konsumsi, baik konsumsi masyarakat maupun konsumsi pemerintah sendiri.

Baca juga : Semua Pihak Harus Bersatu Hadapi Pandemi Corona dan Resesi Ekonomi

Terkait resesi ekonomi, Indonesia memang tidak boleh hanya menunggu. Sambil tetap berfokus pada kerja merespons dampak wabah Virus Corona, kepedulian bersama dan respons bersama pada resesi ekonomi pun harus dimulai. Kalau selama ini hanya pemerintah lewat Menkeu Sri Mulyani yang menyuarakan kecemasan, kini semua dipanggil untuk peduli. Sebab, negara dan bangsa ini harus menemukan jalan keluar yang bisa meminimalisir ekses resesi ekonomi. Negara-negara dengan perekonomian yang maju dan kuat sudah coba merespons resesi. Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, misalnya, sudah berinisiatif dengan beberapa paket kebijakan stimulus ekonomi. 

Indonesia pun sudah menempuh inisiatif yang sama.  Pemerintah berencana menerbitkan obligasi khusus, yang hasilnya akan disalurkan untuk membantu pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar tetap mampu bertahan dan menciptakan lapangan kerja. Selain itu, Presiden Joko Wiodo berjanji menyelenggarakan program padat karya tunai untuk memberi penghasilan sementara bagi pekerja harian yang kehilangan pendapatan akibat pandemi Covid-19. Akan ada beragam program padat karya, termasuk memproduksi masker, disinfektan, dan berbagai keperluan untuk menangani wabah Covid-19.

Baca juga : UIN Bandung Juga Kembangkan Ventilator untuk Pasien Covid-19

Kalau pemerintah telah berani berinisiatif,  sektor swasta pun diharapkan kreatif dan berani berinisiatif pula. Kadin dan semua asosiasi pengusaha diharapkan segera merumuskan proposal tentang strategi menghadapi resesi ekonomi di sektor bisnisnya masing-masing. Ketika pemerintah masih disibukan oleh kerja merespons wabah Corona, Kadin dan semua asosiasi pebisnis setidaknya mau untuk pro aktif berkomunikasi dengan pemerintah. Misalnya, pemerintah tentu ingin tahu jalan keluar apa yang ada di benak para pemilik hotel dan pengelola obyek wisata untuk memulihkan sektor pariwisata. 

Kalau perhatian awal lebih ditujukan pada UMKM, utamanya karena jumlahnya yang terbilang sangat besar. Jumlah UMKM mencapai 62,9 juta unit usaha, sementara jumlah usaha skala besar sekitar 5.400 unit usaha (data tahun 2017). UMKM umumnya berusaha di sektor perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum, Industri pengolahan, usaha pertanian, usaha peternakan, usaha perikanan, usaha hotel kecil, restoran dan jasa-jasa, dan beberapa di antaranya menjadi bagian atau pelengkap dari usaha kehutanan dan pertambangan. Ketika segala sesuatunya normal, usaha mikro bisa menyerap sekitar 107,2 juta pekerja (89,2 persen), usaha kecil  menyerap 5,7 juta (4,74 persen) pekerja, dan usaha menengah menyerap 3,73 juta (3,11 persen) pekerja. Total, UMKM menyerap sekitar 97 persen dari total tenaga kerja nasional, sedangkan usaha besar menyerap sekitar 3,58 juta, sekitar 3 persen. 
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.