Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Komisi VI DPR Dorong Konsorsium Riset Wujudkan Kemandirian Bangsa Jangka Panjang

Sabtu, 9 Mei 2020 16:15 WIB
Evita Nursanty (Foto: Istimewa)
Evita Nursanty (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Anggota Komisi VI DPR Evita Nursanty mendukung upaya yang dilakukan Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 dalam menghasilkan produk untuk penanggulangan wabah Covid-19. Selain aspek percepatan izin dan kualitas, Evita meminta agar konsorsium pasca Covid-19 juga bisa menjawab tantangan kemandirian bangsa, baik dalam bidang kesehatan, pangan, energi, maupun yang lainnya.

Ada sejumlah produk yang sedang tahap uji hingga yang siap diproduksi oleh Konsorsium Riset dan Inovasi. Yaitu terkait test kit, alkes ventilator, laboratorium bergerak Biosafety Level (BSL2), respirator, hingga APD, suplemen, vaksin, obat dan terapi. Evita sepakat bahwa dalam jangka pendek perlu didorong percepatan proses sertifikasi, uji klinis, izin produksi dan izin edarnya. "Namun dengan tetap memerhatikan juga sisi kualitasnya dan kepastian pengadaannya," ujar politisi PDIP ini, dalam keterangannya, Sabtu (9/5).

Baca juga : Segera Terbitkan Aturan Pelaksanaan Perppu Corona

Kalaupun waktunya tidak memungkinkan untuk diproduksi sekarang, Evita menyerukan para periset dan inovator agar jangan berhenti berinovasi. "Mari kita pikirkan juga jangka menengah dan panjang, bagaimana konsorsium seperti ini kita pertahankan untuk menjawab kemandirian kita sebagai bangsa mulai dari kesehatan, pangan, energi dan lainnya," serunya.

Menurut Evita, peristiwa Covid-19 menjadi titik awal bagi Indonesia untuk melakukan perbaikan besar-besaran di berbagai bidang yang selama ini sangat tergantung dari impor. Sebagai contoh untuk produk terkait kesehatan, potensi ekonominya juga sangat besar, termasuk ekspor. 

Baca juga : Muhaimin: Presiden Harus Kontrol Perppu Corona Secara Ketat

Evita menerangkan, untuk produk farmasi BUMN dan swasta Indonesia bisa menguasai 27 persen pasar ASEAN. Hanya tinggal dikembangkan, bahan baku bisa lebih mandiri dan membangun obat atau herbal asli indonesia. Apalagi trend global kian berubah dari kimia ke bio.  

“Alkes dan obat kita 90 persen bahan baku impor. Saat pandemi, kita sulitnya bukan main. Kita juga impor pangan dan bibit pangan mulai gandum, kedelai, bawang putih, dan lainnya. Padahal kedelai grobogan itu lebih bagus. Ini impor-impor terus. Kita butuh riset dan inovasi. Periset dan inovator harus berjalan bersama dengan industri dan BUMN. Ini momentum Anda semua, ayo kolaborasi,” ucapnya. 

Baca juga : Komisi II DPR Minta Pemerintah Beri Kepercayaan ke Kades Salurkan Bansos Covid-19

Pada bagian lain, Evita Nursanty mendukung seandainya Kementerian Kesehatan membuat regulasi baru untuk menjadi dasar hukum bagi pengujian produk kesehatan dalam masa darurat sehingga dia punya dasar, dan ini semata mengejar pemenuhan kebutuhan yang mendesak belum tahap industrialisasi.

Namun, Evita mengingatkan, karena ini produk kesehatan yang berkait nyawa manusia, maka harus sangat hati-hati. "Kualitasnya harus juga menjadi bahan pertimbangan," tutupnya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.