Dark/Light Mode

Bamsoet: Sektor Ekonomi dan Kesehatan Harus Diperhatikan dalam Gaya Hidup Baru

Senin, 8 Juni 2020 16:06 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Foto: Dok. MPR)
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Foto: Dok. MPR)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua MPR Bambang Soesatyo menegaskan, Indonesia tidak sedang memilih antara mementingkan sektor ekonomi atau kesehatan dalam menerapkan gaya hidup baru atau the new normal. Sektor ekonomi dan kesehatan harus tetap menjadi fokus perhatian utama di tengah pandemi Covid-19. Sebab, keduanya saling berkaitan satu sama lain.

"Mulai kembalinya para pekerja ke kantor, pabrik, maupun tempat usaha lainnya yang menandakan mulai aktifnya aktivitas perekonomian, bukan berarti Indonesia mengorbankan faktor kesehatan yang masih dibayangi pandemi Covid-19. Protokol kesehatan wajib dipertahankan, agar upaya menggeliatkan ekonomi justru tak membuat penyebaran Covid-19 semakin tinggi," ujar Bamsoet, sapaan akrab Bambang, saat halal bi halal secara virtual dengan pengurus dan kader Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) se-Indonesia, dari Ruang Kerja Ketua MPR, Jakarta, Senin (8/6).

Turut hadir antara lain PLT Ketua Umum SOKSI Bobby Suhardiman, Ketua Harian Fatahilah Ramli, Wakil Ketua Umum SOKSI Ahmadi Noor Supit, para tokoh senior SOKSI antara lain Fredy Latumahina dan Bomer Pasaribu. Ikut serta secara virtual para pengurus Dewan Pimpinan Daerah SOKSI dari berbagai daerah antara lain Riau, Jambi, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kalimantan Timur.

Bamsoet menegaskan, masyarakat tidak bisa menunggu Covid-19 akan berakhir. Covid-19 adalah krisis yang berkepanjangan hingga vaksinnya ditemukan. Yang harus diwaspadai setidaknya 4 tahapan suatu negara dalam menghadapi wabah atau pandemi. Pertama, krisis kesehatan yang sekarang secara serentak melanda dunia termasuk Indonesia. Kedua, adalah krisis ekonomi. Beberapa negara sudah mulai masuk ketahap ini. Ketiga, adalah krisis sosial. “Amerika Serikat tampaknya sudah masuk dalam tahap ketiga ini yang dipicu tewasnya warga negara AS kulit hitam oleh polisi yang menjadi triger mencuatnya isu pertikaian ras dan kerusuhan di hampir semua negara bagian AS. Tahap berikutnya atau tahap keempat adalah krisis politik,” jelas Bamsoet.

Baca juga : BPS: Sub Sektor Peternakan Jadi Pembeda Saat Lainnya Turun

Sebagai Wakil Ketua Umum SOKSI, Bamsoet mengungkapkan, pihaknya telah menunda pelaksanaan Musyawarah Nasional yang sedianya dilakukan pada 20 Mei 2020 sebagai bentuk dukungan mencegah penyebaran Covid-19. Tak bisa menyelenggarakan Munas secara normal seperti yang sudah-sudah, SOKSI akan melakukan terobosan sekaligus mempelopori penyelenggaraan Munas secara virtual.

"Kesuksesan SOKSI menyelenggarakan Munas secara virtual dengan didukung para kader dan pengurus dari berbagai daerah, diharapkan juga akan mengingspirasi organisasi lainnya melakukan hal serupa. Sehingga pandemi Covid-19 tak menjadi penghambat bagi kita untuk tetap  melaksanakan kerja-kerja politik," jelas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini menambahkan, sebagai organisasi kemasyarakatan yang punya pengaruh besar di masyarakat, khususnya para pekerja, SOKSI akan menjadi penggerak kesadaran kolektif agar para pekerja yang sudah kembali beraktifitas bisa tetap mempertahankan disiplin memakai masker dan menjaga jarak. Managemen gedung perkantoran, pabrik, dan tempat usaha lainnya juga harus menyiapkan pencegahan penyebaran Covid-19 di tempat kerja, menyesuaikan ketentuan yang ditetapkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 serta protokol kesehatan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan.

"Antara lain dengan melakukan pengukuran suhu tubuh menggunakan thermogun sebelum orang-orang masuk ke tempat kerja, pengaturan waktu kerja yang efektif, menyediakan lebih banyak sarana cuci tangan, hingga memastikan seluruh area kerja bersih dengan melakukan pembersihan secara berkala menggunakan pembersih dan desinfektan. Jangan sampai pekerjanya sudah disiplin, managemen kantor atau tempat usaha justru tak disiplin," ucap Bamsoet.

Baca juga : Soal New Normal, Bamsoet Lebih Suka Menyebutnya Gaya Hidup Baru

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini juga kembali mengingatkan peringatan yang disampaikan Organisasi kesehatan dunia/World Health Organization (WHO) bahwa perang terhadap virus Covid-19 masih akan berjalan lama, minimal hingga dua tahun ke depan. Ada pun skenario terburuknya, virus Covid-19 tak akan pernah hilang dari muka bumi.

"Manusia tak boleh sekadar berpasrah diri menghadapi pandemi Covid-19. Kita perlu mengubah perilaku atau gaya hidup. Karena itu saya lebih suka menyebut gaya hidup baru ketimbang menggunakan istilah new normal. Dari mulai gaya hidup yang lebih sehat, sampai gaya hidup yang lebih melek digital dalam bekerja,” ujar Bamsoet. 

Yang harus kita sadari ke depan, tambah Bansoet adalah pergerakan masyarakat ke depan akan menjadi terbatas. Begitu juga hubungan antar negara yang akan lebih mementingkan kebutuhan dalam negerinya. Kerja sama dan kemitraan antar negara akan semakin terkoreksi. 

“Para ahli ekonomi memperkirakan, setengah lapangan pekerjaan di dunia akan hilang dan tidak akan kembali lagi. Dunia industri akan berubah total di masa depan. Kita akan semakin individualistik dan lebih cepat masuk ke dalam era teknologi, digitalisasi dan robotik,” ujar Bamsoet.

Baca juga : Bamsoet: The New Normal Harus Bisa Cegah Gelombang Kedua Pandemi Covid-19

Namun, mantan Ketua DPR ini optimis, Indonesia tidak akan tumbang, jika pemerintah, parlemen, rakyat dan seluruh elemen bangsa sadar dan paham apa yang sedang dipertaruhkan bangsa ini. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.