Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Batik Perkuat Diplomasi Dan Ekonomi

Kamis, 5 November 2020 23:24 WIB
Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat.
Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat.

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengakuan batik sebagai warisan budaya non bendawi  oleh UNESCO harus dilihat sebagai bentuk pengakuan dunia terhadap ciri khas sekaligus kedaulatan bangsa dan budaya Indonesia.

"Eksistensi batik di kancah dunia saat ini tidak terlepas dari proses diplomasi panjang yang dilakukan para diplomat kita," ungkap Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat berbicara secara daring kepada peserta Sekolah Staf dan Pimpinan Kementerian Luar Negeri, Kamis (5/11).

Dia menceritakan, sebelas tahun yang lalu, pada 2 Oktober 2009, UNESCO sebagai organisasi kebudayaan dunia telah menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia.

Baca juga : Ibas Yakin IKM Dapat Jadi Penggerak Kestabilan Ekonomi Negara

Menurut Rerie, pengakuan dunia terhadap batik itu harus bisa dimanfaatkan secara maksimal bagi kepentingan bangsa. Apalagi, batik sebagai karya budaya anak bangsa juga berperan dalam proses menuju dan mengisi kemerdekaan. Sejumlah motif seperti Batik Jawa Hokokai mengadopsi motif-motif khas bernuansa Jepang berbentuk bunga-bunga, dibuat dengan tujuan diplomasi.

"Produksi batik dengan motif Jawa Hokokai itu,di masa lalu diproduksi sebagai salah satu cara agar memperlancar komunikasi dengan pihak Jepang," ungkapnya.

Upaya diplomasi dengan memanfaatkan batik pun, lanjut Legislator Partai NasDem itu, dilanjutkan pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto. Saat Indonesia menjadi tuan rumah KTT APEC pada 1994 dengan menjadikan batik sebagai pengganti pakaian resmi di acara tersebut. Pola diplomasi serupa pun dilanjutkan hingga saat ini.

Baca juga : Belanja Pemerintah Jadi Penggerak Ekonomi Di Tengah Pandemi

Menurut Rerie, selain bisa digunakan untuk kepentingan diplomasi, batik juga bisa menjadi penguat sektor ekonomi. Karena, industri batik melibatkan ribuan tenaga kerja pada industri terkait, dari hulu ke hilir. Antara lain, produsen malam, canting, kain, pengrajin hingga distribusi dan pemasaran.

Penguatan sektor ekonomi, papar Rerie, berperan penting bagi eksistensi sebuah negara. Bahkan, saat ini ada kecenderungan perang bukan semata memperebutkan teritori atau wilayah. Namun dalam bentuk perang dengan tujuan penguasaan ekonomi.

"Salah satu yang harus diupayakan adalah bagaimana batik menarik bagi investor, tanpa menghilangkan jati diri batik secara budaya. Sehingga investor tidak melulu mengikuti selera pasar," ujarnya.

Baca juga : ELNUSA Perluas Bisnis dengan Transformasi dan Inovasi

Dia menambahkan, keterlibatan investor dalam pengembangan batik,  mampu meningkatkan eksistensi batik lebih luas lagi. QAR

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.