Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kasus Gizi Buruk Masih Tinggi

DPR: Penuhi Kebutuhan Pangan Masyarakat Pelosok Dan Pinggiran

Sabtu, 27 Februari 2021 06:20 WIB
Anggota Komisi IV DPR Fraksi PKS Andi Akmal Pasluddin. (Foto: Dok PKS)
Anggota Komisi IV DPR Fraksi PKS Andi Akmal Pasluddin. (Foto: Dok PKS)

RM.id  Rakyat Merdeka - Politisi Senayan berharap, pemerintah memerhatikan kondisi pangan masyarakat di pelosok dan pinggiran. Ini penting, demi menekan tingginya kasus stunting atau kasus gizi buruk di Indonesia.

“Negara harus memastikan tingkat kelaparan dan angka stunting yang ada pada penduduk kita berkurang drastis. Karena ini akan sangat memengaruhi kualitas sumber daya manusia kita di masa akan datang,” kata Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin, Jumat (26/2).

Dia merujuk pada laporan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) bahwa Indonesia menjadi negara dengan kasus stunting tertinggi di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia. Kemudian laporan beberapa riset dunia menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat ketahanan pangan rendah.

Baca juga : Legislator Ngarep Holdingisasi PTPN Tingkatkan Kinerja Dan Buka Lapangan Kerja

Akmal berharap, pemerintah memiliki program khusus untuk mendata kondisi pangan masyarakat, terutama yang berada di daerah pelosok dan pinggiran. Sebab mereka selama ini berada di dalam kelompok yang rawan.

Menurutnya, program pendataan tiap kabupaten kota diperlukan guna menangkap semua data penduduk termasuk kondisi ekonomi, kesehatan, dan pendidikannya. “Sehingga kita punya data sendiri akurat sebagai pembanding. Saat ini Indonesia memiliki prestasi buruk pada skor indeks kelaparan global,” katanya.

Berdasarkan Global Hunger Index, sambung politisi PKS ini, Indonesia memiliki skor 19,1. Hampir sama dengan Filipina sebesar 19. Skor tersebut menunjukkan, Indonesia masih menjadi negara dengan level kelaparan yang cukup serius.

Baca juga : Sekjen DPR: Vaksinasi Di Lingkungan Parlemen Dengan Protokol Kesehatan Ketat

“Sulit bagi Indonesia berkompetisi di era global ini sementara tingkat ketahanan masih rawan. Akan lebih baik penurunan rentan pangan negara kita di hapuskan sehingga Indonesia layak di sebut negara yang sejahtera,” ujar Akmal.

Sementara anggota Komisi III Benny K Harman prihatin dengan kondisi petani yang kian terjepit di masa pandemi ini. Di saat petani membutuhkan dukungan dalam meningkatkan produksi pangan dalam negeri, pupuk malah hilang. Padahal, pupuk ini merupakan salah satu kunci produktivitas pertanian.

“Saya baru saja bertemu para petani di Flores. Mereka mengeluh betapa sulitnya mendapatkan pupuk subsidi. Kalaupun ada, pupuk-pupuk subsidi itu datang terlambat. Baru datang setelah musim tanam selesai,” katanya.

Baca juga : Gus AMI Minta Ustadz Dan Kiai Pesantren Dapat Prioritas Vaksinasi Covid-19

Sedangkan anggota Komisi VIII Selly Andriany Gantina menilai, salah satu problem dalam distribusi pupuk adalah data penerima. Pendataan di level bawah masih terbilang lemah dan tidak akurat. Akibatnya, banyak petani dengan luas lahan garapan di bawah 2 hektare tidak mendapatkan pupuk bersubsidi.

Selly mengatakan, isu ketahanan pangan menjadi masih isu strategis. Sayangnya, berbagai kebijakan yang diterapkan justru mengarah bukan pada kedaulatan pangan.

“Jika serius bicara ketahanan pangan, kebijakan yang diterapkan harusnya mendukung pemberdayaan petani. Misalnya, dengan menyerap produk petani lokal untuk diserap ke masyarakat,” katanya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.