Dark/Light Mode

Syarief Hasan Imbau Pemerintah Ngerem Utang

Senin, 9 Agustus 2021 19:32 WIB
Wakil Ketua MPR Fraksi Partai Demokrat Syarief Hasan. (Foto: Ist)
Wakil Ketua MPR Fraksi Partai Demokrat Syarief Hasan. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua MPR Fraksi Partai Demokrat Syarief Hasan mendesak Pemerintah untuk tidak melakukan penambahan utang baru di tengah semakin membludaknya utang Indonesia.

Pasalnya, Pemerintah Indonesia kembali berencana akan menambah utang baru di tahun 2021 sebesar Rp 515,1 triliun di tengah ketidakpastian ekonomi dan peningkatan laju penyebaran Covid-19 yang masih sulit dikendalikan.

Menteri Keuangan (Menkeu) tengah merencanakan dan mencari tambahan utang baru sebesar Rp 515,1 triliun. Tercatat, utang Indonesia bertambah Rp 1.226,8 triliun selama tahun 2020 dan bertambah sebesar Rp 1.177,4 triliun selama Januari hingga penghujung Juni 2021.

Total utang luar negeri Indonesia telah mencapai Rp 6.554,56 triliun per Juni 2021 dan berpotensi naik kembali setelah penambahan utang Rp 515,1 triliun yang sedang dicari Menkeu tersebut.

Baca juga : Senayan Minta Pemerintah Tertibkan LSM Asing Ilegal

Syarief menilai, pengelolaan utang luar negeri selama masa Pandemi Covid-19 semakin memprihatikan. Dari berbagai kajian menunjukkan bahwa pertumbuhan utang luar negeri Indonesia semakin jauh melampaui pertumbuhan PDB Indonesia. Laju penyebaran Covid-19 juga semakin sulit dikendalikan dan berpengaruh terhadap ekonomi.

"Rasio utang terhadap PDB juga membengkak mendekati 41,35 persen dan berpotensi gagal bayar," tutur Syarief dalam keterangannya, Senin (9/8).

Syarief juga menyebut, pemerintah hari ini adalah pemerintah yang paling banyak menambah utang.

"Dulu di masa Soeharto, penambahannya Rp 551,4 triliun, lalu di masa SBY masih terkendali dengan penambahan sebesar Rp.1.310 triliun. Kini, di masa Pemerintahan Jokowi, penambahannya sudah mencapai Rp 3.946 triliun hanya dalam waktu kurang lebih tujuh tahun dan masih berpotensi terus bertambah. Ini berbahaya jika tidak segera direm," ungkap Syarief.

Baca juga : Syarief Hasan: Pandemi Bikin Pengangguran Dan Kemiskinan Meningkat

Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini juga mengingatkan pemerintah terkait rasio utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang telah mencapai 41,35 persen. Rasio utang Indonesia terhadap PDB kini telah mencapai 41,35 persen. Jika bertambah Rp 515,1 Triliun maka rasionya berpotensi mencapai 42 persen, 43 persen.

Ditambahkannya, kemampuan negara dalam melunasi utang dan bunga diperkirakan menjadi semakin sulit. Kemampuan negara membayar utang bersama bunga utang yang tinggi akan semakin sulit di tengah ketidakpastian ekonomi. Laporan BPK juga menyebutkan pemerintah berpotensi gagal bayar utang.

"Utang Indonesia yang semakin membludak ini perlu dikaji sehingga tidak menjadi momok menakutkan di masa depan," pintanya.

Ia menyebut, besarnya utang negeri harusnya menjadi prioritas pemerintah untuk dikelola dengan baik. Pemerintah harus fokus menyelesaikan masalah Covid-19, sembari menguatkan perekonomian nasional yang hari ini masih resesi, bukan malah menambah utang baru di tengah ketidakpastian ekonomi dan kedaruratan Covid-19.

Baca juga : Syarief Hasan Desak Pemerintah Evaluasi Menyeluruh Penanganan Covid-19

"Pemerintah harus berhati-hati sebab rasio utang terhadap PDB semakin mendekati ambang batas 60 persen sesuai dengan UU Keuangan Negara. Pemerintah harus memperhatikan rekomendasi BPK dan fokus dalam penguatan perekonomian nasional yang baru saja positif, setelah setahun mengalami resesi," tutup Syarief Hasan. [ONI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.