Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mendukung penguatan hubungan Indonesia dengan Turki. Namun, dia mengkritik dan menolak wacana penyematan nama tokoh anti demokrasi, islamophobia, dan bapak sekulerisme Turki, Mustafa Kemal Attaturk, menjadi nama jalan di Jakarta.
Karena selain tidak cocok dengan karakteristik Jakarta dan Indonesia yang religius dan demokratis, juga tidak sesuai (kufu’) dengan ketokohan Soekarno yang tidak anti Islam, tidak anti Arab, religius dan tidak sekuler, serta demokratis.
HNW sapaan akrabnya mengatakan, apabila wacana tersebut dihadirkan sebagai tata krama diplomatik karena Turki telah menyematkan nama proklamator Indonesia, Ahmet Soekarno, sebagai jalan di depan KBRI Ankara, maka Pemerintah Indonesia bisa mengusulkan nama-nama yang lain selain Attaturk.
"Yaitu nama-nama Tokoh Turki yang tidak kontroversial dan yang bisa hadirkan penguatan hubungan karena nama-nama itu begitu harum diterima masyarakat luas di Indonesia seperti Sultan Muhammad al Fatih atau tokoh Sufi Jalaludin ar Rumi," ujarnya melalui siaran pers di Jakarta, Selasa (18/10).
Lebih lanjut, HNW mengatakan, masalah ini sudah jadi perhatian masyarakat luas, yang mayoritas mutlak menyatakan menolak, secara rasional dan argumentatif. Tercatat pihak Pimpinan MUI Pusat, PP Muhammadiyah, Sekjend PBNU, KAHMI, Ketua MUI DKI, Wakil Ketua MPR, Ketua BKSAP DPRRI, Wakil Ketua DPRD DKI dari PKS, telah sampaikan penolakan mereka secara terbuka.
Baca juga : Anies Digoyang Karib Tersayang
Bahkan dalam 3 titik reses di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, ia menerima aspirasi dari 3 komunitas warga (para Pimpinan RT&RW, Pimpinan Pengajian Subuh dan Pimpinan Jawara Betawi), yang secara terus terang menyampaikan keberatan dan penolakan mereka atas wacana penamaan jalan di Menteng Jakarta dengan nama Mustofa Kemal Attaturk.
"Aspirasi dari banyak kelompok masyarakat yang menolak ini tentunya juga sudah dibaca oleh pihak Turki, dan karenanya penting menjadi perhatian Pemerintah Indonesia, Pemprov DKI Jakarta dan pihak Kedubes RI di Ankara," ungkapnya.
"Semua pihak di Indonesia mendukung penguatan hubungan RI dengan Turki. Tetapi masih banyak nama-nama tokoh Turki yang terhormat dan tidak kontroversial, dan diterima Umat Islam di Indonesia, seperti Sulaiman Al Qanuny, Muhammad Al Fatih, atapun penyair Islam dan tokoh Sufi yang lama menetap di Turki Jalaluddin Rumi, yang bisa menjadi simpul penguat hubungan kedua belah pihak," tambahnya.
HNW menjelaskan, pemberian nama hendaknya memang dalam rangka menghormati, saling menghormati, tetapi tidak harus beraroma resiprokal, timbal balik. Maroko misalnya, sudah memberikan nama Soekarno untuk jalan di Rabath, karena penghormatan mereka atas jasa Soekarno terhadap bangsa-bangsa di Asia Afrika, dan Gerakan Non Blok, tanpa meminta nama Raja Maroko dijadikan sebagai nama jalan di Jakarta.
Selain itu, lanjutnya, meski sama-sama bergelar Bapak Bangsa, ada perbedaan yang mendalam antara Soekarno dan Attaturk.
Baca juga : Tommy Rusihan Ngaku Dibegal Dari Barisan Militan Demokrat
Bung Karno, kata HNW, tidak memotong akar sejarah Bangsa Indonesia, dengan memaksakan ideologi impor. Bung Karno tidak mensekulerkan Indonesia. Beliau hadirkan Pancasila sebagai ideologi negara yg digali dari budaya dan sejarah Indonesia. Karenanya dalam Pancasila ada Ketuhanan YME.
Bung Karno juga tidak anti Islam/Arab, apalagi melarang bacaan sholat dan adzan pakai bahasa Arab dan mengubahnya pakai bahasa Indonesia. Bung Karno menumbuhkan nasionalisme dengan menumbuhkan demokrasi tapi bukan demokrasi sekuler liberal, karenanya Bung Karno tetap menghormati agama bahkan merestui diadakannya Kementrian Agama.
Bung Karno juga tidak menghapus kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Bahkan malah mendapatkan dukungan dari kerajaan-kerajaan Islam Mataram, Siak, Pontianak dll. Sedangkan Ataturk justru melakukan sebaliknya.
Karenanya, wajar jika nama Soekarno akan dipakai di Ankara Turki, sebagaimana sudah dipakai di Rabath Maroko lantaran jasa-jasa Bung Karno dalam Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok.
"Kalaupun Kemal Ataturk, dengan Kemalismenya yang sekuler liberal dan anti demokrasi itu dinilai banyak jasanya pada sejarah Turki modern, ya itu adalah untuk Turki, tapi tidak untuk Indonesia. Karena Kemalisme (ajaran Ataturk) itu tidak sesuai dengan Pancasila dan warisan kenegarawanan Bung Karno, yang demokratis, menghormati Agama dan tidak sekuler liberal," tambahnya.
Baca juga : Energi Terbarukan Dan Lumbung Pangan Jadi Andalan Investasi Di Kaltara
Oleh karenanya, HNW kembali menegaskan dukungannya untuk penguatan hubungan Indonesia dengan Turki. Tetapi seharusnya hubungan yang baik antara Turki dan Indonesia itu ditingkatkan dengan berbagai terobosan positif, tidak malah diciderai dengan wacana penamaan jalan yang kontroversial seperti ini.
"Karena saya juga tidak yakin bahwa pihak Pemerintah Turki yang mengusulkan nama Kemal Attaturk untuk nama jalan di Jakarta. Karena pastilah Pemerintah Turki di bawah Erdogan menghormati Indonesia dan sejarah perjuangan Indonesia yang tidak sekuleristik liberal apalagi anti agama Islam, sebagaimana ditampilkan oleh Attaturk," ujarnya.
Apalagi, jelas HNW, Presiden Turki Erdogan justru adalah Tokoh Bangsa Turki yang di berbagai acara internasional selalu menyerukan penolakan terhadap islamophobia, suatu perilaku yang nampak jelas dalam jejak sejarahnya Attaturk.
"Ini yang mestinya dipahami dan disampaikan oleh pihak Indonesia, seperti Wagub DKI, Dubes di Ankara, dll," tandasnya. [TIF]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya