Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Dampak Perang Rusia-Ukraina
Sekjen Partai Gelora Sebut Indonesia Terancam Krisis Pangan
Sabtu, 19 Maret 2022 16:19 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Pemerintah sebaiknya melakukan mitigasi risiko dari dampak perang Rusia-Ukraina di sektor pangan. Pasalnya, perang kedua negara belum ada tanda-tanda bakal dalam waktu dekat.
Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfuz Sidik dalam Webinar Moya Institute bertajuk "Dampak Global Invasi Rusia ke Ukraina", Jumat (18/3/2022) petang.
Dikatakan, persoalan pangan sebenarnya telah terjadi selama dua tahun terakhir karena pandemi Covid-19.
"Perang Rusia-Ukraina ini menjadi faktor tambahan bagi problem pangan dunia," imbuhnya.
Baca juga : Sejak Perang Rusia-Ukraina Meletus 24 Februari, 816 Tewas, 1.333 Terluka
Menurut dia, ada beberapa hal yang harus diperhatikan Indonesia untuk memitigasi dampak perang Rusia dan Ukraina bagi sektor pangan.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tingkat produksi pangan.
Indonesia, kata Mahfuz, seharusnya mampu meningkatkan produksi pangan guna mengantisipasi perang Rusia dan Ukraina dalam jangka panjang.
Kemudian hal kedua yang harus dipertimbangkan adalah diversifikasi pangan.
Baca juga : Pengamat: Sejak Awal Formula E Tak Terencana
"Faktanya, kita justru masih mengalami persoalan terkait upaya diversifikasi pangan, contohnya terlihat dalam komoditas kedelai," ujar Mahfuz.
Sekjen Partai Gelora ini mengingatkan beberapa hal lainnya harus dicermati adalah rantai distribusi pangan, mekanisme harga dan transparansi pasar.
Selain itu, tingkat dependensi global di sektor perdagangan dan pasokan, serta pengembangan teknologi pertanian.
Pada kesempatan yang sama, Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Mukhaer Pakkanna, mengatakan invasi Rusia ke Ukraina membuat perekonomian Indonesia dihantui stagflasi.
Baca juga : China Puji Indonesia
Mukhaer menerangkan, stagflasi adalah suatu kondisi ketika pertumbuhan ekonomi lambat, pengangguran tinggi dan inflasi tinggi terjadi secara bersamaan.
"Ini adalah fenomena yang tidak wajar dan kontras dengan kontraksi atau resesi, yakni ketika pertumbuhan rendah, inflasi tinggi dan pengangguran tinggi," ujarnya pula.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya