Dark/Light Mode

LSI Denny JA: Netizen Pegang Peranan Kunci Untuk Pemenangan Di Pilpres 2024

Sabtu, 16 Juli 2022 12:54 WIB
Direktur CPA-LSI Denny JA, Ade Mulyana dalam diskusi virtual XYZ+ bertajuk Netizen Menentukan Pemenang Pilpres 2024 yang digelar Sabtu (16/7). (Foto: Ist)
Direktur CPA-LSI Denny JA, Ade Mulyana dalam diskusi virtual XYZ+ bertajuk Netizen Menentukan Pemenang Pilpres 2024 yang digelar Sabtu (16/7). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Survei terbaru LSI Denny JA yang dirilis awal Juli memunculkan kantong suara baru yang memiliki potensi besar untuk mempengaruhi hasil pemilihan presiden (Pilpres) 2024, yakni kantong suara komunitas digital alias netizen.

Kantong suara komunitas digital ini disandingkan dengan kantong suara besar lainnya yang sudah ada dan juga memiliki pengaruh dalam pilpres, yakni kantong suara wong cilik dan kantong suara pemilih Islam.

"Salah satu temuan penting dari hasil survei terbaru LSI Denny JA adalah bahwa pada saat ini pertama kalinya dalam sejarah, dua tahun menjelang Pilpres 2024, komunitas digital atau yang biasa kita sebut sebagai netizen ini jumlahnya sudah 50 persen lebih. Memang ini khusus untuk pengguna Facebook. Bahkan untuk pengguna WhatsApp dan WhatsApp grup mencapai 60 persen," ujar Direktur CPA-LSI Denny JA, Ade Mulyana.

Hal ini disampaikannya dalam diskusi virtual XYZ+ bertajuk "Netizen Menentukan Pemenang Pilpres 2024" yang digelar pada Sabtu (16/7).

Baca juga : Giliran Warga Tuban Beri Dukungan Untuk Ganjar di Pilpres 2024

"Nah jadi dengan jumlah yang di atas 50 persen ini, maka kami kategorikan bahwa netizen ini merupakan kantong suara besar baru di samping kantong-kantong suara besar yang lama, misalnya, kita tahu kantong suara besar dari wong cilik dan juga pemilih muslim," sambungnya.

Ade menjelaskan, untuk survei nasional ke mendatang, pihaknya akan lebih concern untuk menggali lebih dalam dan mendetail data di lapangan mengenai potensi masing-masing pengguna platform media sosial, termasuk Instagram, YouTube, Twitter dan juga TikTok.

Fenomena munculnya kantong suara baru yang potensial yakni komunitas digital sebagai penentu dalam pemilu juga terjadi di Filipina.

Putra mantan diktator Ferdinand Marcos, yakni Ferdinand Marcos Jr. berhasil memenangkan pemilu dan menjadi orang nomor satu di Filipina, berkat kampanye digital yang masif.

Baca juga : Relawan Gerakan BerkAH Indramayu Siap Menangkan Airlangga Hartarto Di Pilpres 2024

"Ada dua kesamaan antara kondisi di Indonesia dan di Filipina. Yang pertama adalah, kita sama-sama tahu bahwa Filipina dengan pemerintahan Marcos pada saat itu boleh dibilang adalah masa diktator. Dan kita juga pernah mengalami masa-masa orde baru, jaman Pak Harto. Itu kesamaan pertama," kata Ade.

Persamaan kedua, mayoritas pemilih di Filipina berasal dari kalangan muda. Kemungkinan, di Indonesia pada 2024 juga sama. Mayoritas pemilih adalah mereka yang berusia muda.

Dengan kesamaan-kesamaan ini memang ada kekhawatiran, ada semacam short-term memory dari pengguna media sosial bahwa mereka terkesan mereka cepat lupa ingatan.

Meskipun masa lalu Marcos ini pernah jadi diktator, tetapi ketika putranya melakukan pencitraan di media sosial, disrupsi informasi mungkin terjadi.

Baca juga : Kementan: Gerakan Disinfeksi Nasional Untuk Penanganan PMK

Apalagi, pada pemilih muda tersebut tidak mengalami pada masa diktator itu berkuasa. Jadi memang akan mudah terpengaruh oleh kampanye-kampanye di media sosial, meskipun hanya pencitraan.

"Ini memang jadi tantangan terbesar bagaimana nanti kita menghadapi Pilpres jika kita berkaca dari pengalaman Filipina yang baru saja memenangkan Marcos Jr," paparnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.