Dark/Light Mode

Kandidat Capres Internal Bakal Kerek Parpol Di KIB 

Selasa, 20 Desember 2022 07:01 WIB
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (tengah), Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kiri) dan Plt Ketua Umum PPP Mardiono tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB)/Ist
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (tengah), Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kiri) dan Plt Ketua Umum PPP Mardiono tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB)/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Pakar politik senior dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli menyarankan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) ikut mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden (capres - cawapres) dalam Pilpres 2024.

Menurutnya, itu patut dilakukan untuk memperbesar peluang mandapat efek ekor jas (coattail effect) guna meningkatkan perolehan suara partai.

"Saran saya harus tetap dipertahankan dalam rangka memaksimalkan efek ekor jas. Yang jelas, tiga partai itu sudah cukup. Tidak ada alasan bubar. Kalau kandidatnya tidak populer, ya berusaha dipopulerkan," tegas Lili di Jakarta, Senin (19/12).

Menurut Lili, keikutsertaan KIB dalam bursa pencalonan menuju 2024 juga bisa mengikutsertakan pihak ekstenal. Yang pasti, KIB didorong membawa bendera sendiri dalam kontestasi 2024.

"Tapi kalau pertimbangannya untuk efek ekor jas, mestinya mereka maju. Nah, majunya itu bisa tetap pimpinan partai, bisa juga dari luar. Jadi, bukan bergabung ke partai lain," ujarnya.

Dari internal koalisi, Lili menimbang dua calon yang berpeluang untuk diusung KIB, yakni Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum PAN Zulkifli Hasan. Sedangkan peluang Plt Ketum PPP Mardiono dinilai lebih kecil.

Baca juga : Warga Singapura Antar Makanan Ke Antartika

"Yang peluangnya ada itu Airlangga dan Zulhas. Zulhas peluangnya tinggi dibandingkan PPP," ungkapnya.

Lili menilai, Golkar sepatutnya lebih getol mempopulerkan dan mempromosikan Airlangga Hartarto untuk maju dalam Pipres 2024. Begitupun di internal KIB.

Sebab, hal itu berkaitan dengan target besar yang telah dipatok Golkar yang mendapat 20 persen raihan suara. Airlangga harus didorong agar Golkar mendapat efek ekor jas.

"Kalau Airlangga tidak maju, ya susah. Apalagi ada penantang partai baru yang punya figur," ucapnya.

Menurutnya, Pilpres 2024 akan berlangsung dua putaran jika ada lebih dari dua pasangan calon. Untuk saat ini, KIB harus fokus mempopulerkan paslon yang bakal diusung. Dengan itu, ada peluang untuk meraup lebih banyak suara dan memanfaatkan efek ekor jas.

Kendati begitu, lebih baik saat ini KIB fokus pada upaya memperbesar popularitas dan meningkatkan elektabilitas calon yang hendak diusung.

Baca juga : Jokowi Berusaha Netral

Daya Tawar

Sementara, pengamat politik dari Universitas Diponegoro Teguh Yuwono menyoroti sikap PPP yang mengajukan Plt Ketua Umum Mardiono sebagai kandidat capres. Hal itu dilihatnya sebagai upaya menaikkan bargaining partai saja.

“Saya melihat banyak partai menengah kecil ke bawah berinisiatif, dan itu lebih pada upaya meminta perhatian dari partai lain bahwa mereka harus dihitung, punya kontribusi untuk koalisi,“ kata Teguh, Senin (19/12).

PPP berada di KIB bersama dengan Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional. Dari ketiganya, Golkar memegang suara terbesar dan konsisten mengajukan Ketum Airlangga Hartarto sebagai Capres Golkar.

Kendati begitu, sampai hari ini masih belum ditentukan siapa Capres KIB.

“KIB, dengan suara parpol yang tanggung, calon yang belum jelas, dalam arti apakah cukup confidence, karena survei dua digit masih seputar Ganjar, Prabowo, Anies,”  ujar Teguh.

Baca juga : Prabowo Janji Adil

Sosok Airlangga Hartarto, yang memiliki elektabilitas dari ketiga Ketum di KIB, dikenal dengan hasil kerjanya sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Dekat dengan Presiden Joko Widodo, bahkan sempat disebut-sebut punya modal memimpin.

Menanggapi itu, Teguh mengatakan, politik adalah seni berhubungan. Dalam politik tidak ada yang sifatnya strong. Politik itu harus bersifat grey area karena membutuhkan dukungan yang jelas, butuh proses-proses yang tidak melukai orang lain.

“Saat ini barangkali tidak membutuhkan, di waktu lain bisa membutuhkan,” jelas Teguh.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.