Dark/Light Mode

Kader Kudu Usung Perdamaian

Banteng Ingin Hattrick Tanpa Politik Identitas

Sabtu, 24 Desember 2022 07:40 WIB
Ketua Umum Taruna Merah Putih Maruarar Sirait (kanan) bersama Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat (tengah) menghadiri Diskusi Publik bertajuk Bahaya dan Antisipasi Politik Identitas Menghadapi Pemilu 2024 di Kantor DPP Taruna Merah Putih, Jakarta, kemarin. Pemilu 2024 diharapkan tidak lagi ada politik identitas, dan PDI Perjuangan bertekad hattrick menang Pemilu.
Ketua Umum Taruna Merah Putih Maruarar Sirait (kanan) bersama Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat (tengah) menghadiri Diskusi Publik bertajuk Bahaya dan Antisipasi Politik Identitas Menghadapi Pemilu 2024 di Kantor DPP Taruna Merah Putih, Jakarta, kemarin. Pemilu 2024 diharapkan tidak lagi ada politik identitas, dan PDI Perjuangan bertekad hattrick menang Pemilu.

 Sebelumnya 
“Saiful orang Banten, bukan orang PDI Perjuangan. Banten adalah identitas sosial. Kalau Golkar atau PDI Perjuangan, itu identitas politik. Kita lebih mengenal orang Banten, Islam, Katolik, ketimbang mengenal identitas politik. Identitas politik masih jadi subordinasi dari identitas sosial,” paparnya.

Dia mencontohkan, identitas sosial di Amerika yang sudah bertransformasi. Joe Biden dan Barack Obama bukan dilihat se­bagai Katolik dan sebagai orang Afro, tetapi sebagai politisi Demokrat. Di Inggris, Perdana Menteri saat ini tidak dilihat orang etnik India, tetapi dari Partai Konservatif.

“Di Indonesia, orang tidak Islam, tidak akan berani maju Presiden. Bung Ara bakal mikir seribu kali kalau mau jadi Presiden atau Gubernur Sumut. Karena beliau bukan Islam,” sebutnya.

Baca juga : Penyelenggara Pemilu Harus Tegas Tindak Pelaku Politik Identitas

Dikatakan Saiful, Pilkada DKI Jakarta adalah ujian pertama bagi bangsa Indonesia yang katanya amat toleran. Sayang, Indonesia gagal melalui ujian ini. Orang tidak memilih Ahok, karena identitasnya berbeda dari mayoritas.

Namun, dia yakin, politik identitas tak akan terlalu ken­tara dalam Pilpres 2024. Sebab, identitas sosial calonnya relatif sama. Tidak ada yang bisa meng­klaim lebih saleh. Walaupun ada upaya kelompok yang pakai indentitas sosial, tetapi relatif tidak berhasil.

Menurutnya, untuk mentrans­formasi identitas sosial ke identi­tas politik, butuh waktu panjang. Kapan bisa sadar berbaju agama, kapan harus ditanggalkan, harus terus disosialisasikan.

Baca juga : Dukung Perekonomian Sumbar, Erick Thohir Sapa Warga Padang

Ke depan, dilihat dari kekua­tan politik formal di tingkatkan elite, mestinya Indonesia op­timistis tak akan pecah karena politik identitas di 2024.

Tapi, selama tidak ada per­bedaan yang mendasar atau platformantara calon satu denganyang lain, maka akan muncul politik identitas.

“Kalau sama-sama bodoh, nol platform, maka akan mun­cul dan dipakai politik identi­tas ini. Terutama agama yang skalanya nasional. Untungnya, Islam sangatdominan dan tidak terpinggirkan. Sehingga saya kira tidak akan terlalu curam,” jelasnya. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.