Dark/Light Mode

Yakin Mampu Pimpin Partai Golkar

M. Qodari: Elite Politik Jangan Anggap Enteng Mas Gibran

Senin, 18 Maret 2024 05:17 WIB
M Qodari (Foto: Ist)
M Qodari (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari meyakini, Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), mampu memimpin Partai Golkar.

Hal itu dikatakan Qodari merespons keraguan pengamat dan elite politik atas kemampuan Gibran dalam bursa kandidat calon ketua umum partai berlogo pohon beringin tersebut.

Qodari mengingatkan kepada elite politik agar tidak mengulangi kesalahan yang sama di Pilpres 2024 dengan meremehkan kemampuan Gibran.

“Saya kira elite politik jangan menganggap enteng Mas Gibran ya, elite politik jangan mengulangi kesalahan menjelang Pilpres 2024, banyak yang meragukan kemampuan Gibran," kata M. Qodari kepada wartawan, Minggu (17/3/2024).

"Dalam berdebat misalnya, jadi saya kira harus belajar dari pengalaman itu agar jangan terlalu prasangka terhadap kemampuan Gibran,” tambahnya.

Dikatakan Qodari, bercermin dari Pilpres 2024 sesungguhnya ia melihat sosok Gibran memiliki kemampuan di atas yang orang bayangkan.

Ia pun meyakini, jika diberikan kesempatan Gibran juga akan mampu menjalankan organisasi partai Golkar.

Tentu dalam perjalanannya, kata Qodari, Gibran bisa memaksimalkan tim yang solid dan kuat untuk menjalankan roda organisasi.

“Menurut saya Gibran tetap bisa dibantu oleh tim dalam mengelola Partai Golkar nanti, jadi saya melihat Gibran ini sangat bisa menjalankan Partai Golkar apalagi kalau dibantu oleh tim yang kuat bisa juga nanti dibantu dengan, katakanlah misalnya ketua harian, tapi itu semua sifatnya teknis,” ucapnya.

Baca juga : Pakai Kode Pakan Jagung Hingga Kandang Burung

“Intinya saya yakin bahwa Gibran akan punya kemampuan yang sebetulnya di atas apa yang sudah diduga begitu,” sambungnya.

Qodari melihat, dari sisi usia, Gibran yang pada pada 1 Oktober 2024 nanti menginjak usia 37, sudah masuk kategori usia yang matang.

Jika berkaca dari pengalaman pemimpin di luar negeri, pada usia tersebut sudah mampu mengemban jabatan sebagai perdana menteri ataupun pemimpin partai politik.

“Kalau di negara lain sudah menjadi perdana menteri, memimpin partai dan jangan lupa bahwa Gibran ini akan ditempa oleh situasi dan kondisi karena dia harus mengemban jabatan sebagai wakil presiden,” jelasnya.

Qodari menegaskan, Gibran sudah sukses menjalankan uji publik dalam kontestasi Pilpres 2024.

Meskipun masih sementara hasil rekapitulasi KPU, tetapi sudah berhasil meraih kemenangan di angka 58 persen. Atas dasar itulah ia yakin, Gibran mampu memimpin partai Golkar.

“Kalau dia jadi wakil presiden, mengapa dia tidak bisa menjadi ketua umum Golkar? Menurut saya itu asumsi yang salah,” tegasnya.

Qodari melanjutkan, dari sekian nama tokoh Golkar yang tampil di bursa calon ketua umum, Gibran memiliki semangat untuk menampilkan wajah Golkar lebih segar dan tampil kekinian.

Sebab, energi muda yang dimiliki Gibran sangat dibutuhkan Partai Golkar untuk memenangkan peta elektoral di masa depan dan regenerasi kepemimpinan menjadi syarat agar Golkar bisa tetap tampil sebagai partai besar.

Baca juga : M. Qodari: Realitas Politik Indonesia Ingin Pilpres Sekali Putaran

“Khusus untuk Partai Golkar keunggulannya adalah karena Gibran ini sosok muda yang tentunya lebih kompatibel untuk memimpin orang-orang muda dan regenerasi politik yang terjadi di Partai Golkar," tuturnya. 

Menurut dia, kalangan tua harus merelakan agar Partai Golkar dipimpin oleh orang muda agar lebih kompatibel dengan generasi muda yang ada di Partai Golkar saat ini.

Gibran, kata Qodari, sudah terbukti mampu menarik suara anak-anak muda gen Z dan milenial sebagaimana temuan hasil survei dan exit poll Pilpres 2024.

"Saya melihat ini sebagai potensi suara bagi Partai Golkar dalam pemilu yang akan datang,” tuturnya. 

Qodari menilai ke depan Golkar perlu meraih pemilih-pemilih baru khususnya dari kalangan muda.

Salah satu caranya adalah menjadikan Gibran sebagai ketua umum yang akan menjadi representasi dan jembatan antara Golkar dan pemilih baru.

Diingatkan Qodari, Partai Golkar adalah partai lama dan pemilihnya terus mengalami penipisan atau pengurangan. Pemilih-pemilih lama itu, harus diganti dengan pemilih-pemilih baru.

"Jembatannya adalah Gibran, magnetnya adalah Gibran, itu yang membuat Gibran lebih menonjol dibandingkan dengan yang lain,” jelasnya.

Karena Gibran masih sangat muda, Qodari melihat, 10, atau bahkan 15 tahun ke depan, dia masih sangat-sangat relevan untuk Partai Golkar dan untuk masa depan Indonesia.

Baca juga : Badan Saksi Nasional Partai Golkar Siap Kawal Suara di Pileg dan Pilpres 2024

Terkait adanya aturan AD/ART Golkar yang berpotensi menjadi batu sandungan Gibran, bagi Qodari, konstitusi di Partai Golkar dapat diubah atau direvisi saat Musyawarah Nasional (Munas) berlangsung.

Karena itu ia menyarankan AD/ART harus disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi terkini.

“Menurut saya semuanya bisa dikembalikan kepada Munas, kalau Munas dan peserta Munas menghendaki Gibran untuk menjadi ketua umum saya kira ada AD/ART bisa ditulis ulang atau direvisi sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi dan mempertimbangkan masa depan Partai Golkar,” paparnya.

Qodari menjelaskan, organisasi tidak akan berkembang jika tidak mengikuti arus perkembangan zaman. 

Ia menilai, salah kaprah jika organisasi menyesuaikan dengan AD/ART. Justru, AD/ART yang harus menyesuaikan dengan kebutuhan organisasi.

“Jadi forum tertinggi institusi tertinggi di Golkar itu bukan AD/ART, tetapi Munas. Munas bisa mengubah AD/ART di mana dan bilamana perlu termasuk soal syarat-syarat ketua umum,” pungkas Qodari.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.