Dark/Light Mode

Tak Suka Dicurigai

Paloh Tak Berani Melawan Jokowi

Minggu, 10 November 2019 06:38 WIB
Surya Paloh (Foto: Istimewa)
Surya Paloh (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketum Nasdem Surya Paloh mengaku sedih silaturahmi politiknya dengan partai oposisi dicurigai banyak pihak. Paloh menegaskan tak mungkin macam-macam kepada Presiden Jokowi yang diusungnya di Pilpres lalu. Paloh mengaku tak berani lawan Jokowi. 

Surya Paloh memanfaatkan acara pembukaan Kongres ke-2 Nasdem di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Jumat malam kemarin, sebagai tempat curhat. Di depan kader dan pengurus, Bos Media Group itu mengeluarkan semua unek-uneknya tentang perkembangan politik terkini. 

Hampir semua isu terkait Nasdem dijelaskannya satu per satu. Mulai dari pertemuannya dengan Presiden PKS Sohibul Iman, soal kecurigaan teman partai sekoalisi, soal isu Nasdem jadi oposisi dan sebagainya. 

Sepekan sebelum menggelar Kongres, Paloh memang melakukan manuver mengejutkan. Ia menyambangi markas PKS di kawasan Jakarta Selatan. Langkah Paloh ini mengejutkan banyak pihak karena PKS adalah partai oposisi pemerintah. 

Di sana, ia berangkulan mesra dengan Sohibul Iman. Sampai-sampai Presiden Jokowi menyindir rangkulan itu. Setelah itu, Paloh juga merencanakan bertemu dengan Ketum PAN Zulkifli Hasan.

Manuver Paloh ini bikin kawan partai sekoalisi curiga. Ada apa kok bertemu dengan oposisi. Macam-macam kecurigaannya. Disebut menggalang kekuatan, persiapan Pilpres 2024 dan sebagainya. Kecurigaan bertambah lantaran dalam pembukaan kongres, Paloh hanya mengundang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Paloh disebut sedang memberi panggung kepada Anies untuk mentas di 2024. 

Baca juga : Tito Minta Seluruh Kepala Daerah Pahami Visi Misi Jokowi-Ma`ruf

Menanggapi berbagai kecurigaan itu, Paloh mengungkapkan ketidaksukaannya. Dia heran, berkunjung ke kawan saja dicurigai. "Ini bangsa model apa? Rangkulan pun dimaknai tafsir kecurigaan. Kita mengaku demokratis, tapi begitu ortodoks dan konservatif," kata Paloh disambut riuh tepuk tangan para kader. 

Karena kecurigaan Itu, Paloh mengaku terpaksa menunda pertemuannya dengan Zulkifli Hasan. Soal tidak mengundang Jokowi, Paloh mengaku, memang hanya mengundang internal di acara pembukaan. Jokowi, Wapres Ma'ruf Amin serta beberapa tokoh akan diundang pada acara puncak penutupan kongres yang digelar hari ini.

Gaya pidato Paloh yang blak-blakan itu kembali menuai tanggapan. Paloh disebut reaktif dalam menanggapi candaan Presiden Jokowi soal pelukan dengan Sohibul. 

"Tidak mungkin kami reaktif dengan pernyataan Jokowi. Kami menawarkan alternatif pikiran-pikiran yang menjadi bahan referensi baru," kata Paloh di sela-sela acara Kongres, kemarin.  

Paloh meminta partai politik lain tidak curiga atas langkah silaturahim dengan Presiden PKS. Menurutnya, silaturahmi tersebut didasarkan pada niat yang baik.

Di temui terpisah, Ketua DPP Partai Nasdem, Irma Suryani meminta, publik tidak mencurigai komunikasi politik Nasdem dengan partai oposisi. Nasdem harus membangun komunikasi bukan hanya dengan partai koalisi, tetapi juga dengan partai oposisi demi terjaganya mekanisme check and balance. 

Baca juga : Pengusaha Tak Boleh Cengeng

Dia menepis, isu pertemuan Paloh dengan Sohibul sebagai usaha membangun poros baru. Kata dia, Nasdem sudah berkeringat memenangkan Jokowi. Karena itu tidak akan meninggalkan Jokowi. "Mendukung Jokowi tidak berhenti sampai dengan pembagian kursi kabinet saja, namun jadi tanggung jawab kami  sampai  2024," kata Irma.

Dia juga memastikan, Nasdem tidak akan meninggalkan koalisi begitu saja. "Tidak mungkin kami meninggalkan apa yang sudah kami menangkan begitu saja. Itu pekerjaan sia-sia dan tidak mungkin kami lakukan," ujarnya. 

Jubir Presiden, Fadjroel Rachman, menepis kabar hubungan Jokowi dengan Paloh sedang renggang. Menurut dia, hubungan kedua tokoh ini sangat baik dan sangat erat menjaga koalisi pemerintah. 

Fadjroel menuturkan, guyonan yang disampaikan Jokowi kepada Paloh di acara HUT Golkar itu hanya sebatas candaan. Jokowi tidak menyindir pertemuan Surya dengan pimpinan partai oposisi itu. "Itu humor persahabatan yang menunjukkan kedekatan beliau berdua," kata Fadjroel, saat dikontak, kemarin. 

Pengamat politik dari UIN Adi Prayitno mengatakan Nasdem adalah salah satu pilar penopang pemerintahan Jokowi. Nasdem selalu yang terdepan mendukung Jokowi.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini mengatakan posisi Nasdem sangat strategis untuk Jokowi menuju kursi RI 1 selama dua periode. Selama ini Jokowi mendapatkan panggung dan pemberitaan yang luar biasa.

Baca juga : La Nyalla Tarik Diri dari Kongres 2 November, Ini Alasannya

Tak hanya itu, Nasdem juga selalu pasang badan untuk Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019.Bahkan, lanjut Adi, di Pilpres 2019, Nasdem yang paling pertama mendeklarasikan diri untuk mengusung dan mendukung Jokowi.

Jokowi pun mengetahui kekuatan Nasdem di pemerintahannya. Karena itu Jokowi selalu memberi kursi menteri strategis kepada Nasdem. "Nasdem ini adalah salah satu jantung kekuatan Jokowi selama ini," kata Adi, kemarin.

Dari rekam jejak itu, lanjut dia, tak mungkin Nasdem melawan Jokowi. Karena kalau melawan, bisa-bisa Nasdem kehilangan tiga menteri yang sekarang duduk di Kabinet Indonesia Maju. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.