Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Siapapun Presidennya

Ancaman Kebebasan Pers Tak Pernah Hilang

Sabtu, 26 Januari 2019 11:50 WIB
(Dari kiri) Direktur Indonesia Public Institute Karyono Wibowo, Wapemred Harian Kompas Tri Agung Kistanto dan Redaktur Eksekutif Rakyat Merdeka Siswanto menjadi pembicara diskusi “Menakar Kapabilitas Capres-Cawapres Dalam Perspektif Media Massa,” di Kopi Politik, Jakarta, kemarin.(Foto : Istimewa).
(Dari kiri) Direktur Indonesia Public Institute Karyono Wibowo, Wapemred Harian Kompas Tri Agung Kistanto dan Redaktur Eksekutif Rakyat Merdeka Siswanto menjadi pembicara diskusi “Menakar Kapabilitas Capres-Cawapres Dalam Perspektif Media Massa,” di Kopi Politik, Jakarta, kemarin.(Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Kedua pasang calon presiden dan wakil presiden dinggap perlu memiliki komitmen terhadap kebebasan pers. Mengingat hingga saa ini, kekerasan terhadap pers masih terjadi di sejumlah wilayah di tanah air.

Wakil Pimpred Harian Kompas, Tri Agung Kristanto menilai, kemerdekaan pers bisa muncul dari kedua paslon. Begitu pun sebaliknya, kebebasan pers juga bisa diredam oleh kedua paslon.

“Dua-duanya punya potensi meredam kebebasan pers, tapi punya potensi yang sama untuk memuliakan kemerdekaaan pers,” ujar Tri dalam diskusi Jaringan Nasional Jurnalis Anti Hoaks di Kopi Politik, Kebayoran, Jakarta, kemarin.

Baca juga : Kiai Maruf Tancap Gas Ke Kabupaten Tangerang

Selain Tri, ada dua pembicara lain dalam dikusi tersebut. Yakni Direktur Indonesia Publik Institut (IPI) Karyono Wibowo dan Redaktur Harian Rakyat Merdeka Siswanto.

Dalam Pilpres 2019 ini, bukan sekedar intimidasi, kebebasan pers juga mendapat gangguan dari hoaks yang masif media sosial. Fenomena ini seperti terjadi saat pemilu presiden yang menghadapkan Hillary Clinton melawan Donald Trump.

“Pemberitaan arus utama yang mengunggulkan Hillary kalah kalah dengan informasi hoaks di medsos. Hasilnya, kita tahu Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika,” kata anggota Dewan Kehormatan PWI ini.

Baca juga : PT Asabri Tingkatkan Kesejahteraan Pensiunan

Karyono Wibowo menjelaskan, peran media saat ini tertutup dengan propaganda dari kedua paslon. Misalnya dalam debat capres kemarin, pemberitaan media arus utama kalah dengan informasi propaganda yang mengaburkan seluruh visi-misi yang dijabarkan.

“Debat pertama belum mencerminkan siapa yang paling kapabel. Karena dalam debat kurang cukup mengelobarasi visi misi oleh kandidat. Namun kedua paslon melakukan propaganda seolah capresnya yang unggul,” katanya.

Redaktur Eksekutif Rakyat Merdeka, Siswanto menilai, ancaman kebebasan pers tidak pernah hilang,sejak reformasi bergulir. Ancaman itu bukan hanya kekerasan fisik, melainkan intimadasi lisan hingga penghalangan kerja jurnalistik.

Baca juga : Ucapkan Belasungkawa, Presiden Iran Kirim Pesan Ke Jokowi

“Kalau mengutip data dari AJI, ada 72 kasus kekerasan yang menimpa pers sepanjang 2018. Artinya, ancaman itu selalu ada terhadap pers, siapa pun presidennya,” katanya.

Namun komitmen dari kedua paslon untuk menjaga kebebasan pers bila terpilih, penting disampaikan. Mengingat belum lama ini, salah satu paslon membuat pernyataan yang terkesan ‘menyerang kebebasan pers’. [MHS]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.