Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bicara Pilpres 2024, Masih Nunggu Klik Saat Ditanya Pasangan Yang Pas

AHY: Rakyat Nggak Mau Lu Lagi Lu Lagi

Kamis, 10 Juni 2021 07:30 WIB
Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono bersama Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya dan beberapa elite Partai Demokrat, bertandang ke dapur Redaksi Rakyat Merdeka, di gedung Graha Pena, Jakarta, Rabu (9/6/2021). Tampil gagah dan dengan tutur kata yang runut, hampir satu setengah jam, AHY bicara soal politik, kudeta, juga Corona. (Foto: Khairizal Anwar/RM)
Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono bersama Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya dan beberapa elite Partai Demokrat, bertandang ke dapur Redaksi Rakyat Merdeka, di gedung Graha Pena, Jakarta, Rabu (9/6/2021). Tampil gagah dan dengan tutur kata yang runut, hampir satu setengah jam, AHY bicara soal politik, kudeta, juga Corona. (Foto: Khairizal Anwar/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Safari politik yang dilakukan Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY ke sejumlah kepala daerah yang punya elektabilitas tinggi di pasar capres, dinilai sebagai upaya penjajakan untuk memilih pasangan “kawin” di Pilpres 2024. AHY yang namanya juga moncer di bursa capres, mengakui sejumlah tokoh yang ditemuinya itu adalah tokoh-tokoh hebat dan baik. Siapa yang akan dipilih? “Masih nunggu yang klik,” jawab AHY, penuh senyum.

Kemarin, AHY berkunjung ke redaksi Rakyat Merdeka, di Gedung Graha Pena, Jakarta, kemarin. AHY tiba di lokasi sekitar pukul 4.15 sore dengan menumpang mobil Sprinter warna hitam.

AHY tak sendiri. Turut mendampingi Sekjen Teuku Riefky Harsa, Kepala Badan Komunikasi Strategis Herzaky Mahendra Putra, dan Wasekjen Agust Jovan Latuconsina. Rombongan disambut Direktur Rakyat Merdeka Kiki Iswara, Pemimpin Umum Ratna Susilowati, Pemimpin Redaksi Riki Handayani, Wapemred Kartika Sari dan awak redaksi lainnya.

Baca juga : Hanya Sabar, Yang Bisa Rakyat Lakukan

Seperti biasa AHY tampil necis. Memakai kemeja lengan panjang dibalut blazer hitam dengan pin Demokrat tersemat di dada kanannya. Rambutnya tersisir rapi. Empat tahun berkiprah di dunia politik, tampaknya membuat perubahan besar pada penampilan AHY. Pensiunan tentara berpangkat mayor ini jauh lebih matang, dibanding saat muncul di Pilgub DKI Jakarta 2017, atau saat pertama kali AHY nyemplung ke dunia politik.

Kini, gaya bicaranya luwes, kalem, tapi tetap lugas. Omongannya tertata, rapi, dan lebih greget. Sesekali, ia juga bisa menyelipkan humor yang bikin suasana tidak “garing”.

Selama hampir dua jam, putra sulung Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu, bicara macam-macam. Mulai dari urusan penanganan pandemi Covid-19, cerita drama kudeta partai, sampai isu yang paling hot: soal Pilpres 2024.

Baca juga : Parpol Tak Siap Cetak Kader, Yang Nongol Itu Lagi Itu Lagi

Soal Pilpres, AHY mengakui, memang makin sering terdengar. Tak hanya diucapkan kalangan elite, tapi juga diobrolin oleh rakyat biasa di warung-warung kopi. Rakyat bukan hanya menggosipkan, tapi sudah sampai tahap membuat simulasi sendiri-sendiri.

“Si A dipasangkan dengan si B. Si B diduetkan dengan si C. Rakyat sudah seperti pengamat yang kawakan,” tutur AHY.

Suami Anisa Pohan ini terus mengikuti setiap perkembangan isu pilpres. Ia juga mendengarkan apa yang diinginkan masyarakat. Yang paling banyak ditangkapnya dari keinginan rakyat di Pilpres 2024, kandidat yang bertarung lebih variatif dan lebih segar.

Baca juga : Apapun Lembaganya, Juaranya Lu Lagi, Lu Lagi

“Mereka ingin ada alternatif. Ingin ada yang baru. Bukan yang itu-itu saja. Rakyat gak mau lu lagi lu lagi,” katanya, sambil tertawa.

Dia yakin, dengan banyak pilihan calon pemimpin, Pilpres 2014 akan semakin semarak dan berkualitas. Tak akan ada keterbelahan yang tinggi.

Hanya saja, kata AHY, dengan aturan pemilu saat ini, peluang itu masih sulit terwujud. Pilpres, misalnya masih menggunakan tiket 2019. Belum lagi ambang batas pencalonan presidential treshold 20 persen. Dengan aturan ini, otomatis yang berpeluang maju adalah partai besar. Apalagi kalau capresnya memborong partai.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.