Dark/Light Mode

Ketimbang Dituding Mau Belokkan Isu Kecurangan Pemilu

Soal Istilah Garis Keras, Mahfud Minta Maaf

Rabu, 1 Mei 2019 10:02 WIB
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD (Foto: Istimewa)
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD akhirnya memilih menghentikan polemik soal istilah "garis keras" (hard liner), ketimbang dituding mau membelokkan isu soal kecurangan pemilu.

Mahfud pun tak ingin, niatnya mengajak rekonsiliasi malah memecah-belah. "Di dalam term ilmu, istilah hard liner diartikan, "sikap kokoh, tidak mau berkompromi dengan pandangan yang dianggapnya tidak sejalan dengan prinsipnya". Itu tertulis di berbagai literatur. Tapi, bagi yang beda paham, sy minta maaf. Maksud saya mengajak rekonsiliasi, bersatu, kok malah berpecah. Itu tidak bagus," jelas Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini, dalam akun Twitter-nya, Rabu (1/5).

Mahfud menerangkan, arti garis keras di dalam literatur adalah "is an adjective describing a stance on an issue that is inflexible and not subject to compromise".

Baca juga : Usulan Fadli Soal Pansus Kecurangan Pemilu Enggak Laku

Menurutnya, arti ini tak bisa dicabut, karena sudah jadi term dalam ilmu politik secara internasional. "Tapi, bagi yang salah memahami penggunaan istilah ini, saya minta maaf," tandas Mahfud.

Sekadar latar, pernyataan Mahfud yang menyebut Prabowo-Sandi menang di provinsi garis keras, sempat bikin heboh jagat maya. Omongan ini terucap oleh Mahfud dalam sebuah wawancara di MetroTV, Sabtu (27/4).

Minggu (28/4) pagi, video potongan wawancara itu viral di media sosial. Durasinya 1 menit 20 detik. Dalam video itu, Mahfud bicara soal rekonsiliasi usai pilpres. Begini kutipan Mahfud dalam video itu. “Kalau lihat sebarannya di beberapa provinsi-provinsi yang agak panas, Pak Jokowi kalah. Dan itu diidentifikasi tempat kemenangan Pak Prabowo itu adalah diidentifikasi yang dulunya dianggap provinsi garis keras dalam hal agama misal Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh dan sebagainya, Sulawesi Selatan juga".

Baca juga : Mahfud MD: Tidak Ada Kecurangan Pemilu Terstruktur dan Sistematis

Terkait hal itu, Mahfud mengatakan, rekonsiliasi jadi lebih penting untuk menyadarkan bahwa bangsa ini bersatu. Karena, kesadaran akan keberagaman dan bangsa ini hanya akan maju kalau bersatu.

Dalam waktu cepat, video omongan Mahfud itu jadi viral. Dengan cepat pula warganet meresponnya. Antara lain, Jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Dahnil Anzar Simanjuntak.

Ia menganggap pernyataan Mahfud tak menunjukkan sikap Pancasilais. Dahnil juga menyinggung gerakan Suluh Kebangsaan yang digagas Mahfud. "Apakah sikap Pancasilais itu adalah sikap menuduh dan melabel kelompok lain yang tidak satu garis politik sebagai Islam Garis keras seperti yang dilakukan oleh Pak @mohmahfudmd, ketika menyebut daerah di mana Prabowo menang adalah daerah Islam Garis Keras?” cuit @Dahnilanzar.

Baca juga : PLN Beri Sambungan Listrik Gratis Bagi Warga Miskin

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu, juga ikut mencuit. “Prof @mohmahfudmd mohon jelaskan indikator yang prof gunakan sehingga menuduh orang Sulsel adalah orang-orang garis keras agar jadi bahan pertimbangan kami. Kami orang Sulsel memang punya prinsip SIRI untuk menjaga kehormatan. Inikah yang dianggap keras?” ujar @saiddidu. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.