Dark/Light Mode

Beralih Dukung Jokowi

Demokrat Terganjal Megawati

Senin, 13 Mei 2019 06:04 WIB
Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) dan Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kanan). (Foto: Istimewa).
Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) dan Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kanan). (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Huru-hara antara Demokrat dan kubu 02 terus berlanjut. Partai berlambang mercy itu menyebut keputusan mendukung Prabowo-Sandi berbuah pahit.

Perolehan suaranya menurun karena saat kampanye sarat dengan politik identitas. Setelah “setan gundul”, serangan dari Demokrat terus berlanjut hingga akhir pekan kemarin.

Menanggapi berbagai serangan itu Waketum Menanggapi perseteruan itu, cawapres Sandiaga Uno mencoba menengahi. Dia menyayangkan omongan Poyuono yang mengkritik tajam.

Baca juga : Jokowi Belum Puas Kinerja Kabinet

“Itu tak sesuai dengan kenyataan,” kata Sandi di Seknas Prabowo- Sandi, Jakarta, kemarin. “Kenyataan kami sangat solid dan sudah dikonfirmasi para sekjen bahwa koalisi Indonesia Adil Makmur solid,” ujarnya.

Pengamat politik Ray Rangkuti menilai, berbagai manuver Demokrat itu adalah cara untuk meloloskan diri dari koalisi Prabowo-Sandi. Dia pun memprediksi, setelah KPU mengumumkan hasil pemilu, Demokrat akan hengkang.

“Jelang 22 Mei eskalasi makin turun, Karena koalisi 02 sudah nggak solid. Demokrat yang sudah agak jelas akan keluar, PAN sepertinya akan menyusul,” kata Ray di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (12/5).

Baca juga : Menpora Dukung World Cup Bowling 2019 di Palembang

Senada disampaikan pengamat politik dari UIN Jakarta Adi Prayitno. Kata dia, berbagai serangan Demokrat menandakan koalisi mulai retak. Koalisi mulai tak harmonis. Antar elite mulai tak sebangun idenya.

“Koalisi memang belum bubar jalan, tapi suasana hati di dalam mulai masing-masing,” kata Adi, kemarin.

Hanya saja, kata dia, saat ini sulit bagi Demokrat meloncat ke Koalisi Indonesia Kerja. Demokrat hanya bisa merapat ke sana jika mendapat lampu hijau dari Jokowi. Pasalnya ada kendala psikologis Demokrat dengan PDIP.

Baca juga : Puasa Dimulai, Jokowi Beli Baju dan Panci

Hubungan tak mesra antara SBY dan Megawati Soekarnoputri. Selain itu, bagi koalisi Jokowi, bergabungnya Demokrat tidak terlalu menguntungkan. Pasalnya, komposisi Koalisi Indonesia Kerja sudah dominan di parlemen dengan angka di atas 60 persen.

Menurut Adi, Demokrat tak punya pilihan lain. Jika memilih menjadi partai penyeimbang seperti Pilpres 2014, itu takkan menguntungkan.

“Kalau Demokrat terus memilih di tengah, bukan hanya soal kesulitan mendapat positioning yang bagus. Tapi cukup potensial kesulitan mencari teman koalisi menuju 2024,” pungkasnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.