Dark/Light Mode

Pentingnya Peran Parpol Dalam Sosialisasi Program Kampanye Sehat Di Pemilu 2024

Kamis, 21 Desember 2023 16:01 WIB
Pentingnya Peran Parpol Dalam Sosialisasi Program Kampanye Sehat Di Pemilu 2024

RM.id  Rakyat Merdeka - Peran penting partai politik (parpol) dalam mensukseskan pemilu di Indonesia sangatlah besar, hal ini bukan hanya sukses dalam memenangkan parpol atau pasangan di pilpres, melainkan menjadikan suasana kehidupan masyarakat yang harmonis dan kondusif itu menjadi peran partai politik pasca pelaksanaan pemilu.

Di setiap pelaksanaan pemilu di Indonesia, diwarnai adanya polarisasi, bahkan sejak 2014,2019 polarisasi terus menguat seiring dengan perkembangan dunia teknologi melalui media sosial yang masif.

Lalu, apakah parpol sudah melakukan literasi agar kader atau pendukungnya tidak termakan berita hoaks? atau menjadi penyebar hoaks?

Pengamat Politik dan Ilmu Pemerintahan Universitas Padjadjaran (Unpad) Firman Manan, menjelaskan bahwa parpol di Indonesia melakukan literasi mencegah berita hoaks pada tataran saat kampanye.

Baca juga : Relawan Buruh Sulawesi Utara Siap Dukung Ganjar - Mahfud Di Pemilu 2024

"Jadi parpol di Indonesia hanya akan melakukan literasi hoaks saat kampanye saja, tidak ditekankan setiap saat. Di pemilu 2014 dan 2019 itu parpol banyak melakukan kampanye bagi program nya, dan isu simbolik lainnya. Memang tidak salah karena itu kampanye positif," jelasnya, saat dihubungi, Rabu (21/12/2023).

Firman menambahkan, masih di tahun 2014 dan 2019 parpol banyak mengangkat isu agama, kedaerahan, personal orang per orang.

"Nah ini harus dihindari, dan ini menjadikan sebuah pemahaman masyarakat kita beda, sehingga tidak boleh dilakukan dengan menyudutkan atau mengangkat isu isu sensitif," paparnya.

Di Pemilu 2024, pemerintah sudah melakukan berbagai langkah pencegahan hoaks agar tidak menjadi dampak serius, saat tahapan, pelaksanaan dan pasca pemilu 14 februari 2024 mendatang.

Baca juga : Gelar Sosialisasi Pancasila, BPIP Ajak Wujudkan Pemilu Damai

"Masyarakat kita ini hanya 9 persen yang berasal dari lulusan perguruan tinggi, 9 persen ini dianggap memahami bagaimana kampanye, mana itu kampanye negatif, mana itu kampanye positif," jelasnya.

Sisa dari 9 persen, itu masyarakat yang berlatar pendidikan dari lulusan SD sampai SMA di semua strata golongan.

"Pemerintah melalui Kemenkominfo, Polri, TNI, BIN hingga penyelenggara pemilu yakni KPU dan Bawaslu terus berupaya agar masyarakat tidak termakan hoaks di pemilu 2024," terangnya.

Diakui Firman, bahwa parpol harus bisa legowo ketika partainya diserang hoaks atau pasangan capres nya di serang hoaks.

Baca juga : Pernyataan Prabowo Soal Penegakan HAM Papua Dinilai Bukan Solusi

"Ada fenomena di pilpres 2008 saat Barack Obama dan John Mccain, saat itu pendukungnya Mccain menyerang Obama dengan hoaks bahwa Obama itu masuk golongan islam radikal dan sebagainya, namun oleh Capres Johnny Mccain saat itu dijelaskan bahwa Obama rakyat Amerika yang siap membangun Amerika, dan itu diklarifikasi oleh tokoh langsung, " jelasnya.

Dari penjelasan fenomena di Pilpres Amerika Serikat 2008 itu, kita bisa belajar agar elite politik kita dewasa dalam menyikapi perbedaan.

"Intinya dewasa dalam menyikapi perbedaan itu penting, dan itu harus ditunjukkan oleh tokoh politik di negeri ini agar masyarakat bisa melihat dan mengikuti tokoh politik pilihannya, tanpa harus mengorbankan silaturahmi, karena setelah 14 Februari 2024 nanti keluar dari bilik tempat pemungutan suara (tps) ya selesai, dan masyarakat kembali lagi beraktifitas ke kehidupannya. Maka kedewasaan tadi yang harus di kedepankan," pungkas Firman Manan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.