Dark/Light Mode

Catatan Asep Lukman Abu Arkansya

Debat Capres Kok Mirip Cerdas Cermat

Kamis, 14 Desember 2023 06:03 WIB
Asep Lukman Abu Arkansya (Foto: Istimewa)
Asep Lukman Abu Arkansya (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejujurnya saya sangat aneh dengan tata cara debat pertama calon presiden (capres) yang disajikan KPU pada Selasa (12/12/2023) malam. Selain terkesan terlalu prosedural, agenda debat pun gagal memberikan gambaran yang utuh tentang pikiran para capres.

Sekalipun namanya debat, sebaiknya setiap capres deberikan ruang dan waktu yang cukup untuk mempresentasikan pikiran dan gagasannya secara utuh. Hingga masyarkat dapat menilai secara objektif apakah pikiran para capres kita masuk dalam kategori gagasan yang logis dan realistis atau tidak.

Kenapa metode yang disajikan laiknya seperti cerdas cermat. Saya khawatir malah membuahkan ketersinggungan antar pendukung karena berseliwerannya pertanyaan tendensius satu sama lain yang mengarah pada upaya menurunkan (down grade) citra personal para kandidat.

Yang harus jadi perhatian, selain dapat menjadi ajang kampanye, kegiatan debat capres pun semestinya bermuatan edukasi untuk masyarakat. Karena saya yakin, setiap capres memiliki cara pandang, program, dan rencana yang pasti baik untuk bangsa dan negara.

Namun demikian, masyarakat akan menilai siapa yang paling realistis jika dihubungkan dengan tiga aspek. Pertama, dukungan anggaran. Kedua, dukungan aturan. Ketiga, dukungan sosial dan politik. Karena sebaik apa pun retorika, sehebat apa pun visi-misi pasti akan mengalami kegagalan dalam pelaksanaannya manakala ketiga aspek di atas tidak terpenuhi terutama soal dukungan anggaran.

Baca juga : Ganjar Akui Debat Capres Bikin Dirinya Tambah Terkenal

Secara sederhana, masyarakat akan memberi nilai baik kepada capres yang memiliki visi dan misi yang realistis. Kata-kata retoris, janji yang melambung, terlebih ucapan-ucapan sinis, kini tidak akan dapat lagi memikat simpati masyarakat. Sebab, saat ini masyarakat tahu bahwa tanpa dukungan anggaran misalnya, semua kata-kata, janji manis para capres adalah “omong kosong”.

Namun sayang, karena tidak ada waktu dan ruang menyampaikan gagasan yang utuh, penonton hanya menyimak pikiran-pikiran parsial dan tidak sedikit tendensius.

Selain itu, karena debat capres pertama, seharusnya dipersilahkan terlebih dahulu masing-masing capres untuk mengenalkan dirinya terkait prestasi dan rekam jejak (treck reccord) dalam politik. Tentu yang saya maksud adalah treck reccord yang bukan hanya pengalaman karir yang sifatnya administratif. Semisal capres nomor urut 1, Anies Baswedan, adalah seorang oposisi, dan capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, adalah kader partai penguasa. Dan capres nomor urut 2, Prabowo Subianto, seorang oposisi sekaligus salah seorang yang kini berada di lingkar kekuasaan.

Namun, karena tata cara debat yang terkesan prosedural, dan ala-ala cerdas cermat itu, hingga Prabowo yang di periode kedua Presiden Jokowi memilih gabung dengan kekuasaan, disindir Anies Baswedan seolah-olah sosok yang tidak kuat jadi oposisi. Kalimat ini meremehkan mentalitas Prabowo yang menurutnya tidak sabaran, kurang tangguh, dan tidak konsisten. Padahal justru sebaliknya, Prabowo adalah sosok yang paling lengkap memilki teck reccord posisi politik baik menjadi oposisi dan juga menjadi bagian dari kekuasaan. Prabowo seorang yang memiliki rekam jejak pemberani dalam mengambil risiko jika itu demi kepentingan bangsanya.

Prabowo Seorang Demokrat Sejati

Dalam debat capres pertama, yang mencuri perhatian saya ialah potongan kalimat Prabowo pada Anies dengan menyebut “Mas Anies agak berlebihan..”. Penggalan kalimat ini sesungguhnya merupakan sindiran Prabowo yang dalam. Bagi Prabowo, Anies belum paham masalah yang dihadapi, sering terlalu berekspektasi di luar batas-batas realitas, dan bahkan lebih jauhnya, agak kontradiktif dengan isu keadilan yang kerap kali Anies katakan.

Baca juga : Langkah Anies Hadirkan Ayah Harun Al Rasyid di Debat Capres Dinilai Berlebihan

Faktanya, Anies pun tidak adil saat berpendapat, semisal terus saja biacara soal kelemahan dan kekuarangan demokrasi di zaman Presiden Jokowi, numun tanpa sepatah kata pun mau mengapresiasi berbagai kebaikan yang salahsatunya dia sendiri yang merasakan. Namun, lebih dari kata-kata, publik tahu jika Prabowo seorang demokrat sejati. Yang paling nyata, ia tidak pernah satu kali pun memaksa para pendukung dan orang-orangnya ada bersamanya. Semisal Anies Baswedan, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, bahkan Presiden Jokowi sendiri, bukankah pernah berada dalam posisi yang berbeda dengan Prabowo.

Namun ajaibnya, tidak pernah sedikit pun publik mendengar Prabowo menghardik, menyudutkan, dan menghina tokoh-tokoh tadi. Padahal seisi negeri ini tahu bahwa mereka lahir dari kebaikan hati sang ksatria politik Prabowo Subianto.

Bagi saya, Prabowo Subianto adalah sang ksatria yang tidak sekadar mampu berpolitik tanpa pamrih, tapi juga telah berjiwa besar untuk tetap teguh membela kepentingan bangsa daripada mengurusi berbagai hinaan, cacian dan fitnah pada dirinya.

Sebagai penutup, saya ingin mengajak kita semua menyoal “etika” dalam debat capres pertama yang capres Anies Baswedan dan capres Ganjar Pranowo pertontonkan. Mari kita bertanya pada logika dan rasa, siapa yang susungguhnya tidak beretika dan tidak menjungjung etika itu.

Faktanya, ucapan “terima kasih” pun sulit dikatakan Anies Baswedan pada seorang Prabowo yang pernah berjuang untuk mengusung, memilih, dan memenangkan dirinya menjadi pejabat tinggi dalam jabatan politik. Kenapa begitu, padahal hanya karena satu alasan inseden bahwa sang ksatria kini sedang menjadi lawan politik dirinya.

Baca juga : KPU Siapkan Tempat Nobar Debat Capres-Cawapres

Sekali lagi, siapa yang tidak beretika itu, jika sesuatu yang perlu diperdebatakan dalam ruang lingkup peradilan lalu dipertanyakan dalam ruang sempit, berlaga menjadi jaksa, menuntut seorang individu atas dugaan pelanggaran HAM di masa lalu. Dengan nyaringnya Ganjar memberi contoh tentang nasib kelompoknya, tanpa sepatah kata pun bicara soal pelanggaran HAM yang lainya. Publik pun menduga, Ganjar sesunggunya sedang bicara HAM dengan motif menjatuhkan citra dan memasang standard ganda.

Asep Lukman Abu Arkansya, Aktivis dan Pemerhati Sosial Politik

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.