Dark/Light Mode

TPN: Indonesia Bisa Pimpin Diplomasi Global dengan Baterai Kendaraan Listrik

Kamis, 11 Januari 2024 13:56 WIB
Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Ammarsjah Purba. (Foto: Istimewa)
Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Ammarsjah Purba. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam diplomasi di percaturan global dengan memanfaatkan keunggulan industri baterai kendaraan listrik atau electronic vehicle. Bahan mentah yang melimpah, terutama nikel, yang merupakan unsur vital, membuka ruang kekuatan diplomasi.

Penjelasan itu disampaikan Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Ammarsjah Purba. Dalam Debat Capres ketiga, Minggu (7/1), Ganjar menyampaikan soal industri baterai bagi kendaraan listrik.

“Mas Ganjar juga menyatakan, produksi baterai EV bisa menaikkan posisi tawar Indonesia di level global, bisa menjadi alat diplomasi agar Indonesia semakin diperhitungkan. Ini penting untuk dicatat,” ujar Ammarsjah, Kamis (11/1).

Baca juga : OSO: Ganjar Pemimpin Elegan, Berdebat Pakai Hati Nurani

Hal ini, lanjut dia, adalah wujud visi jauh ke depan soal transisi energi dan perubahan iklim. “Bumi ini harus diselamatkan dari ancaman pemanasan global, salah satu caranya adalah dengan penggunaan kendaraan listrik secara massif,” imbuhnya.

Kendaraan listrik, terang Ammar, menggunakan baterai yang lebih ramah lingkungan ketimbang energi fosil. Artinya, ada ruang bagi Indonesia untuk memimpin dalam transisi energi dan memberi kontribusi signifikan dalam mitigasi krisis iklim. Pengembangannya ada dalam paket pembangunan industri baterai di dalam negeri.

Ada beberapa unsur logam komponen baterai kendaraan listrik. Salah satunya nikel, yang sumber dayanya melimpah di Indonesia. Selain nikel, komponen lainnya adalah bauksit, kobalt, mangan, dan lithium. “Dari keempat logam tersebut, yang belum tersedia di Indonesia adalah lithium,” terang Ammar.

Baca juga : Duel Nambah Pengalaman

Di Indonesia. saat ini belum ditemukan ceruk potensial bijih litium, masih pada fase indikasi. Namun. untuk nikel dan kobalt, Indonesia adalah salah satu negara dengan cadangan terbesar di dunia, termasuk juga mangan, yang ladangnya tersebar di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Secara singkat bisa dikatakan, adanya potensi pasar mobil listrik, disertai cadangan (utamanya) nikel dan kobalt yang melimpah. Kita boleh optimis, dalam 5 atau 10 tahun mendatang, Indonesia dalam posisi menentukan dalam industri baterai dan mobil listrik, sebagaimana diharapkan Mas Ganjar,” jelas Ammar.

Percepatan pemakaian kendaraan listrik telah menjadi tren global, bagian dari program transisi energi skala besar, untuk menggantikan kendaraan berbahan bakar energi fosil. Emisi yang dihasilkan kendaraan berbasis energi fosil merupakan salah satu pemicu fenomena perubahan iklim.

Baca juga : Prabowo: Indonesia Konsisten Bela Palestina, Kami Terus Koordinasi dengan Mesir

Kesadaran tentang dampak perubahan iklim, salah satunya adalah pemanasan global, semakin menguat saat KTT Iklim (COP-21) 2015 di Paris, yang menghasilkan Kesepakatan Paris.

“Inti Kesepakatan Paris adalah bagaimana komunitas internasional bisa berkolaborasi, agar suhu bumi tetap dijaga, sebagai ikhtiar mencegah terjadinya pemanasan global serta bencana kemanusiaan. Pasangan Ganjar-Mahfud sudah siap dalam program transisi energi, termasuk upaya mitigasi krisis iklim,” tutup Ammar.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.