Dark/Light Mode

KASN: 183 ASN Terbukti Langgar Netralitas Pemilu 2024

Selasa, 6 Februari 2024 19:50 WIB
Wakil Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) Tasdik Kinanto. (Foto: YouTube/KASN)
Wakil Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) Tasdik Kinanto. (Foto: YouTube/KASN)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) Tasdik Kinanto menyebut pelanggaran netralitas ASN pada Pemilu 2024 semakin marak. Per Januari, pihaknya sudah menerima 403 laporan terkait dugaan netralitas ASN. Dari jumlah tersebut sebanyak 183 ASN atau sekitar 45,4 persen telah terbukti melakukan pelanggaran netralitas. 

"Sebanyak 97 ASN atau 53 persen di antaranya sudah dijatuhi sanksi oleh pejabat pembina kepegawaian (PPK)," kata Tasdik dalam webinar yang bertajuk "Pemilu Semakin Dekat, Pelanggaran Netralitas ASN Semakin Nekat" yang ditayangkan melalui akun YouTube KASN, Jakarta, Selasa (6/2/2024).

Meski meyakini proyeksi pelanggaran netralitas ASN pada Pemilu kali ini lebih marak, data yang masuk ke pihaknya ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan Pilkada serentak pada 2020. Pada Pilkada 2020, tercatat ada 2.034 ASN yang dilaporkan melanggar netralitas. Sejumlah 1.597 ASN atau 78,5 persen di antaranya terbukti melakukan pelanggaran. Lalu, 1.450 ASN atau 90,8 persen sudah dijatuhi sanksi oleh PPK.

Baca juga : Mahasiswa Hingga Rektor Di Jakarta Ajak Jaga Kondusivitas Pemilu 2024

Menurut Tasdik, dari perbandingan tersebut ada anomali data yang perlu diungkap lebih lanjut dari para penyelenggara pemilu. Hal ini tentunya dapat melalui dukungan organisasi masyarakat sipil pemerhati demokrasi dan khususnya Pemilu.

"Kasus-kasus pelanggaran yang fakta-faktanya semakin nekat secara sistemik, masif dan terstruktur, ternyata tidak berbanding lurus dengan laporan pelanggaran yang terjadi," katanya.

Tidak hanya itu, dia pun menjelaskan fakta-fakta pelanggaran yang berpotensi paling merusak dan nekat adalah bersumber dari penggunaan sumber daya birokrasi, yaitu berupa rekayasa regulasi, mobilisasi SDM, alokasi dukungan anggaran, bantuan program, fasilitasi sarana/prasarana, dan bentuk dukungan lainnya untuk memberikan keberpihakan kepada salah satu pasangan calon.

Baca juga : Di Depan ASN Muda PUPR, Menteri Basuki Bilang Bakal Pindah Ke IKN Juli 2024

Maka yang terjadi bukan hanya politisasi birokrasi, tapi semakin keras mendorong birokrasi berpolitik. Sebab, muaranya adalah tergerusnya etika ASN dengan kondisi politik yang semakin tak menentu.

Hal ini mengakibatkan ASN dalam dilema besar, karena menghadapi tekanan untuk berpihak. Kondisi ini tentu akan menjadi permasalahan dan sangat mempengaruhi terlaksananya Pemilu yang jujur, adil, dan demokratis.

Saat ini dari berbagai fakta yang terjadi, hampir seluruh unsur dan simpul ASN berpotensi melakukan pelanggaran netralitas, mulai dari tingkat puncak sampai dengan bawah, yaitu PPK, Penjabat Kepala Daerah, Penyelenggara Pemilu, ASN, PPNPN di berbagai jenjang. Bahkan banyak pejabat negara dan pejabat aparatur perekonomian negara terjun menjadi tim pemenangan pasangan calon tertentu.

Baca juga : Bamsoet Ajak Kader Pemuda Pancasila Rangkul Pemilih Muda di Pemilu 2024

"Kondisi ini tentunya sangat mungkin memanfaatkan berbagai sumber daya birokrasi di lembaganya masing-masing," pungkasnya. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.