Dark/Light Mode

Guru Besar UIN Bandung: Pemilu Itu Fastabiqul Khairat, Bukan Zero-Sum Game

Jumat, 9 Februari 2024 21:17 WIB
Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Bambang Qomaruzzaman. (Foto: Istimewa)
Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Bambang Qomaruzzaman. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menjelang Pemilu 2024, isu persatuan dan kesatuan bangsa kembali menjadi sorotan. Di tengah maraknya propaganda perpecahan di ruang digital, penting untuk kembali merefleksikan nilai-nilai keagamaan dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa.

Terkait hal ini, Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Bambang Qomaruzzaman, memaparkan pandangannya tentang bagaimana ajaran agama dapat menjadi panduan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di tengah perbedaan pilihan politik.

Bambang menjelaskan, konsep fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) dapat dijadikan model kontestasi yang damai dalam Pemilu. Dengan demikian, masyarakat Indonesia bisa merasakan proses pergantian kepemimpinan dengan aman dan damai.

"Fastabiqul bukan duel yang harus mengalahkan, membuat malu, atau mematikan lawan. Istabaqa (perlombaan) dibangun atas kesadaran ada banyak yang baik, karena itu harus dicari mana yang terbaik," ujar Bambang, Kamis (8/2).

Baca juga : Hari Ini Pemilu, Pakistan Matikan Layanan Internet

Sayangnya, lanjut Bambang, pola pikir zero-sum game seringkali mewarnai kontestasi politik di Indonesia, yaitu kemenangan satu pihak dianggap sebagai kekalahan pihak lain. 

Menurut Ketua Prodi Doktor Ilmu Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini, Pemilu bukanlah zero-sum game. Pemilu harus dianggap sebagai fastabiqul khairat yang berdampak pada meningkatnya kesejahteraan dan kerukunan rakyat Indonesia.

Bambang menekankan, agama mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam Pemilu yang damai dan bermartabat.

"Pemilu harus diniatkan seperti salat, diawali dengan suci dari kedengkian dan kebencian, dilakukan dengan terus-menerus menghadirkan Ilahi, dan diakhiri dengan hasil yang menciptakan damai bagi seluruhnya," paparnya.

Baca juga : AMIN Mau Beri Bantuan Petani, Pupuk 2 Juta Per Hektar

Ia mengungkapkan, agama juga mendorong terciptanya pemimpin yang adil dan berintegritas, yang mampu memimpin bangsa dengan penuh kedamaian. Lulusan S3 Jurusan Ilmu Politik Universitas Indonesia ini berpendapat, penyelenggara Pemilu yang damai bukanlah hal mustahil selama tiap pihak yang terlibat menghadirkan ajaran agama pada segala langkahnya.

Bambang menjelaskan, Islam Sunni memiliki kriteria menarik mengenai pemimpin yang harus dipilih, yakni yang adil. 

"Siapa pun yang menampakkan kepemilikan karakter keadilan dapat dipilih menjadi pemimpin. Siapa pun itu. Pada Pemilu 2024, ketiga Capres dan Cawapres memiliki posisi dan peluang yang sama di mata Islam," tuturnya.

Ketiga pasangan calon ini, lanjutnya, harus dinilai untuk kemudian dipilih. Seharusnya, tak ada satu pun calon yang dianggap mewakili Islam atau bahkan memonopoli agama tertentu, seolah menjadi manifestasi perintah Tuhan dan menggunakan pseudo-dogma ini untuk memenangkan diri sendiri.

Baca juga : Guru Besar Unpad Sebut Indonesia Waspada Kekerasan Domestik

"Pada perhelatan ini, rakyat bertindak sebagai juri dalam musabaqah. Tentulah ada pilihan yang berbeda, sesuai dengan selera dan tingkat pemahaman terhadap calon. Perbedaan pilihan seharusnya tidak membuat yang satu membenci yang lain, semuanya hanyalah ikhtiar ijtihadi," imbuhnya.

Bambang mengajak masyarakat untuk mengedepankan perdamaian di atas perbedaan pilihan politik. "Kedamaian akan menciptakan suasana berbangsa yang dapat mendukung pelaksanaan ajaran agama. Kedamaian lebih penting dari kemenangan sesaat," tegasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.