Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Soal Dinasti Politik

Mahfud MD Ngeblok Ke Gibran Cs

Minggu, 6 September 2020 09:31 WIB
Menko Polhukam Mahfud MD (Foto: Dok. Kemenko Polhukam)
Menko Polhukam Mahfud MD (Foto: Dok. Kemenko Polhukam)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dinasti politik menjadi sorotan karena majunya sejumlah keluarga pejabat di Pilkada 2020. Salah satu yang paling disorot, yakni majunya putra dan menantu Presiden Jokowi; Gibran Rakabuming Raka di Pilkada Kota Solo dan Bobby Nasution di Pilkada Kota Medan. Lantas apa tanggapan Menko Polhukam Mahfud MD? Untuk urusan ini, Mahfud ngeblok ke Gibran Cs. 

Selain digelar di tengah pandemi Corona, Pilkada 2020 jadi sorotan karena menguatnya dinasti politik. Beberapa nama yang disorot adalah Gibran dan Bobby Nasution. Ada juga, keponakan Prabowo Subianto, Rahayu Saraswati, putri Wapres Ma’ruf Amin, Siti Nur Azizah di Tangerang Selatan, dan putra Menteri Sekretaris Kabinet, Hanindhito Pramana di Kediri. 

Baca juga : Gibran Ngos-ngosan

“Mungkin kita sebagian besar nggak suka dengan nepotisme, tapi harus kita katakan tidak ada jalan hukum konstitusi yang bisa menghalangi orang itu mencalonkan diri berdasarkan nepotisme atau sistem kekeluargaan sekalipun,” kata Mahfud dalam webinar ‘Pilkada dan Konsolidasi Demokrasi Lokal’, kemarin. 

Mahfud menyatakan nepotisme atau dinasti politik juga dipraktikkan di seluruh negara. Bahkan, lanjut Mahfud, siapa pun yang melarang adanya praktik nepotisme dan dinasti politik dianggap telah melanggar Hak Asasi Manusia. “Di mana-mana (nepotisme dan dinasti politik) tidak bisa dihalangi oleh hukum dan konstitusi. Tidak bisa. Akan terjadi pelanggaran HAM,” cetusnya. 

Baca juga : MotoGP, Vinales Mau Nebus Kesalahan di Masino

Untuk itu, Mahfud menilai, tidak ada seorang pun yang bisa mencegah praktik nepotisme maupun dinasti politik pada Pilkada tahun ini. “Nepotisme maupun dinasti politik tidak selamanya buruk,” sebutnya. 

Kamudian dia mencontohkan kasus pencalonan salah satu Pilkada Bangkalan beberapa waktu lalu. “Dulu di Kabupaten Bangkalan ada yang mau mencalonkan diri karena kakaknya memimpin tidak baik. Jadi belum tentu orang nepotisme itu niatnya selalu jelek,” ungkapnya. 

Baca juga : Dinasti Maruf Sampai Ke Cucu

Mahfud mengajak masyarakat untuk berpikir lebih terbuka mengenai kondisi ini. Menurut dia, warga yang memang tidak suka dengan nepotisme bisa memilih calon yang bukan dari turunan dinasti politik. “Kalau tidak suka terhadap nepotisme, kesadaran moral masing-masing saja. Tapi, kita mau larang juga tidak bisa, ini fakta,” jelas Mahfud. 
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.