Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Optimis Kalahkan Petahana

PDIP Pede Juara Di Depok

Senin, 23 November 2020 05:18 WIB
Pasangan calon walikota dan wakil walikota, Pradi Supriatna - Afifah Alia yang diusung PDIP dan Gerindra di Kota Depok.
Pasangan calon walikota dan wakil walikota, Pradi Supriatna - Afifah Alia yang diusung PDIP dan Gerindra di Kota Depok.

RM.id  Rakyat Merdeka - PDI Perjuangan Kota Depok, Jawa Barat (Jabar) percaya diri bisa mengalahkan petahana Wali Kota Depok, Mohammad Idris di Pilkada 2020.

Apalagi, calon petahana yang diusung PKS dan Demokrat ini dinilai bukan calon berkualitas, seperti Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini alias Risma atau Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.

Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Depok, Ikravany Hilman mengatakan, optimisme mengalahkan jagoan PKS itu didasarinya dari dua faktor utama.

Pertama, sebut dia, koalisi PDI Perjuangan di Pilkada Kota Depok yang mengusung Pradi Supriatna-Azizah Alia sangat solid.

Maksudnya, nilai juangnya tidak terhenti oleh hambatan-hambatan yang ada.

Kedua, prestasi Mohammad Idris selama memimpin Kota Depok tidak terlalu istimewa.

Menurut Ikra, Idris belum bisa disamakan dengan Wali Kota Surabaya, Risma dan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.

Baca juga : Optimis Jalankan Usaha, UMKM Asal Malang Raih Banpres Produktif

Dikatakan, Risma mampu mengubah wajah Kota Surabaya.Sedangkan, Hendrar menjadikan kotanya sebagai tujuan wisata kota terbersih di Asia.

“Kalau Mohammad Idris seperti mereka (Hendrar dan Risma), itu akan berat buat kita melawannya. Tapi ini kan tidak,” tegasnya, kemarin.

Ikra mengatakan, ada banyak isu klasik yang ternyata tidak mampu diselesaikan Idris. Di antaranya kemacetan, pendidikan, sampah dan kesehatan.

Dan itu menjadi isu utama selain isu¬isu lainnya seperti lapangan pekerjaan.

Depok ini, jelasnya, adalah kota dengan banyak ide tapi miskin eksekusi.

Dia mengkritik julukan Kota Belimbing, namun tak ada belimbingnya. Atau Kota Cyber City, tetapi tidak semua kelurahan mempunyai internet memadai.

Belum lagi smart city, di mana aplikasi banyak dibuat, namun tidak membuat hidup lebih mudah dan tidak maksimum.

Baca juga : Aktivis Ragukan Pelaksanaan Jargon Revolusi Akhlak Rizieq

“Jadi, di mana smartnya,” sambung Ikra.

Dia mengatakan, saat ini kesempatan paslon Pradi-Azizah untuk memenangkan Pilkada Depok sudah mencapai 70 persen. Sebab, banyak para pemilih pemula atau pemilih milenial menginginkan perubahan.

“Tentu ini sangat menyedihkan bagi mereka. Karena ini mirip dengan beberapa kejadian di mana angka kapabilitasnya tinggi tetapi angka lainnya menyatakan, incumbent bisa dikalahkan. Ini membuat kita tancap gas,” ujarnya.

Saat ini, jelasnya, Kota Depok membutuhkan pemimpin yang mampu mengeksekusi program-program usungannya, untuk bisa membantu memudahkan kehidupan orang.

Bukan pemimpin yang hanya menjadikan program sebagai kosmetik untuk menarik pemilih.

Ikra juga mengkritisi pihak¬pihak yang menganggap bahwa program pemerintah pusat tidak bisa dijalankan daerah.

Menurutnya, anggapan seperti itu tidak layak dimiliki seorang pemimpin. Sebab, seorang pemimpin seharusnya melakukan perbaikan dari program yang masih memiliki kekurangan.

Baca juga : Pepsodent Optimalkan Konsultasi dengan Dokter Gigi Secara Online

“Kalau dikatakan banyak masalah, sekarang program mana yang tidak bermasalah? BPJS KIS (BPJS Kesehatan dan Kartu Indonesia Sehat (KIS-red) semua bermasalah. Tapi karena keinginan kuat negara tidak mencabut program itu karena semangat dari program itu adalah melayani warga. Ada masalah, perbaiki. Bukan programnya yang dibatalkan,” pungkasnya.

Terpisah, Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Kota Depok, menyatakan sikapnya yakni netral aktif dalam proses Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Depok 2020.

Ketua PD Muhammadiyah Kota Depok, Idrus Yahya mengatakan, netral berarti tidak mendukung salah satu pasangan calon.

Sedangkan aktif, bebernya, berarti mendorong semua anggota, kader pimpinan untuk menyalurkan hak pilihnya sesuai dengan pilihan masing¬masing.

Namun dengan tetap mematuhi aturan, pedoman dalam Persyarikatan Muhammadiyah dan mengedepankan ukhuwah, toleransi.

“Boleh mendukung, tapi jangan membawa nama Muhammadiyah. Jika ingin mendukung, silakan sebagai pribadi saja. Persyarikatan Muhammadiyah tidak usah dibawa-bawa. Tetap harus berpartisipasi dalam menyalurkan hak pilih. Jangan golput,” jelasnya. [SSL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.