Dark/Light Mode

Tenaga Medis dan RS Benteng Pertahanan Terakhir Lawan Covid-19, Harus Dipertahankan

Selasa, 1 September 2020 01:04 WIB
Anggota DPD Fahira Idris (Foto: Instagram/fahiraidris)
Anggota DPD Fahira Idris (Foto: Instagram/fahiraidris)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penambahan kasus positif Covid-19, terutama pasien yang mesti mendapatkan perawatan di rumah sakit (RS), harus menjadi fokus semua pihak. Selain berpengaruh pada kapasitas rumah sakit rujukan Covid-19, penambahan ini juga akan membuat beban tenaga medis semakin berat dan menjadikan potensi mereka ikut terpapar semakin besar. Oleh karena itu, agar upaya besar bangsa ini yang sudah berjuang keras hampir 6 bulan tidak sia-sia, tenaga medis dan RS sebagai banteng pertahanan terakhir harus dipertahankan. 

Anggota DPD Fahira Idris mengungkapkan, jika diibaratkan situasi saat ini adalah ‘perang’ dan Covid-19 adalah musuhnya, strategi paling tepat untuk bisa memenangkan perang adalah mengadang musuh tersebut langsung di daerah perbatasan. Jangan biarkan musuh tersebut merengsek masuk ke wilayah teritorial kita apalagi mendekati benteng terakhir pertahanan kita. 

Baca juga : Bandung Terancam Resesi Jika Pandemi Covid-19 Terus Meningkat

“Karena, jika musuh tersebut berhasil masuk, menguasai dan melumpuhkan benteng terakhir pertahanan, kita sudah kalah perang. Dalam perang melawan Covid-19 ini, tenaga medis dan RS adalah benteng terakhir pertahanan kita. Segala cara harus kita lakukan untuk mempertahankannya,” ujar Fahira Idris, di Jakarta, Senin (31/8). 

Menurut Fahira, strategi agar Covid-19 tidak mendekati benteng pertahanan terakhir ini adalah kombinasi 3M (memakai masker secara baik dan benar, menjaga jarak aman 1-2 meter, dan mencuci tangan dengan sabun yang wajib dijalankan seluruh masyarakat) dan 3T (meningkatkan kemampuan testing di seluruh wilayah sesuai standar WHO, mengintensifkan tracing, dan memastikan kesiapan fasilitas kesehatan atau treatment yang menjadi tugas Pemerintah). 

Baca juga : Seperti Perubahan Iklim, Covid-19 Jadi Tantangan Global

Saat ini, jelas Fahira, kombinasi 3M dan 3T masih harus terus ditingkatkan. Sebab, masih belum optimal. Penerapan 3M di masyarakat masih sangat variatif dan belum sepenuhnya dijalankan dengan penuh disiplin. Sementara, 3T terutama testing di semua wilayah (masih jauh dari standar minimum yang ditetapkan WHO yaitu satu per seribu orang per minggu). Saat ini hanya DKI Jakarta yang memiliki pengujian Covid-19 di atas standar minimum WHO (sudah 4 kali lipat). Minimnya testing membuat tracing dan treatment juga tidak maksimal. 

“Kombinasi 3M dan 3T ini jadi amunisi untuk mengusir Covid-19 agar tidak melumpuhkan benteng pertahanan terakhir kita (tenaga medis dan RS). Jika amunisi ini tidak diisi penuh atau tidak dijalankan maksimal, maka kita membuka jalan bagi virus untuk melumpuhkan benteng pertahanan terakhir kita. Semoga ini menjadi concern kita semua. Jangan sampai usaha dan kerja keras kita selama ini sia-sia,” pungkas Senator Jakarta ini. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.