Dark/Light Mode

“Rapor Korupsi” Anjlok, Kerjakan PR!

Kamis, 2 Februari 2023 06:01 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Nilai rapor korupsi Indonesia tahun 2022 turun jauh. Nilai merahnya sangat memprihatinkan. Bukan lagi sekadar tidak naik kelas, tapi justru terjun bebas.

Rapor terbaru bertajuk “Corruption Perception Index atau Indeks Persepsi Korupsi (IPK)” tersebut diberikan oleh lembaga yang berbasis di Jerman melalui perwakilannya, Transparency International Indonesia (TII).

Tahun 2021, Indonesia masih mampu mengumpulkan nilai 38. Tahun 2022, turun jauh. Hanya 34. Sumbangan terbesar yang membuat nilai Indonesia terjun bebas adalah “political risk service (PRS) international country risk guide”.

Variabel risiko ini sangat banyak. Di antaranya, kualitas birokrasi, akuntabilitas demokrasi, keuangan, utang luar negeri, penegakan hukum, keamanan dalam negeri, ketegangan etnis, dan sebagainya. Masih banyak lagi.

Di ASEAN, secara umum Indonesia kalah dari Thailand, Vietnam, Timor Leste, dan Malaysia. Nilai mereka lebih tinggi. Kalau dibanding Singapura, sangat jauh sekali. Singapura mendapat nilai 83, juara kelima. Juara pertamanya, Denmark. Nilainya 90. Indonesia sama dengan dua negara Afrika, Gambia dan Malawi.

Baca juga : Rupiah Anjlok Kena Dampak Kebijakan Pengetatan AS

TII mengakumulasi nilai tersebut dari banyak lembaga. Termasuk wawancara langsung. Sekarang ini, banyak sekali lembaga yang menyediakan data mengenai risiko investasi di suatu negara.

Lembaga-lembaga tersebut melakukan riset mendalam. Hasil risetnya dijual, terutama kepada para investor. Universitas Harvard serta MIT di Amerika Serikat misalnya, termasuk yang menyediakan layanan panduan bagi investor ini.

TII antara lain mengambil data dari banyak lembaga tersebut sebelum mengeluarkan rapor korupsi 180 negara, termasuk Indonesia. Data ini menjadi panduan bagi investor. Aman atau tidak. Cuan ada tidak.

Karena itu, “rapor korupsi” ini mesti disikapi serius oleh semua pihak, melalui terobosan luar biasa dalam laju gerak cepat dan seirama. Termasuk oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Menyikapi nilai “rapor” yang anjlok ini, Deputi Pencegahan dan Monitoring Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Pahala Nainggolan mengaku kaget setengah mati. Pakai “setengah mati” saking kagetnya.

Baca juga : Harga Ayam Hidup Anjlok, Peternak Menjerit

Walau sudah berusaha, KPK terkesan tak berdaya kalau hanya berjuang sendiri. Harus ada kemauan politik, komando yang kuat, serta kerjasama lintas lembaga.

Pahala antara lain menyebut adanya konflik kepentingan (conflict of interest) seperti di daerah. Misalnya, ada pengusaha yang menjadi politisi dan kepala daerah. Siapa yang mengawasi dan mengatur fenomena ini?

Itu hanya satu contoh dari sekian banyak variabel yang membuat nilai “rapor korupsi” Indonesia terjun bebas.

Kalau nilai Indonesia terus turun, daya tarik Indonesia juga turun. Investor akan melirik dan memilih negara lain yang lebih cantik, aman dan nyaman untuk berinvestasi. Bukan negara yang sebentar-sebentar didatangi untuk ditagih “uang keamanan, uang kopi, uang dengar, uang rokok dan uang-uang lainnya”.

PR ini mesti dikerjakan dengan baik, cepat dan tepat. Semakin cepat dan tepat Indonesia mengurangi risiko bisnis dan keuangan, maka para investor akan semakin terpikat.

Baca juga : Alarm Korupsi Kian Nyaring

Kita juga tidak bisa menyembunyikan fakta-fakta ini. Karena, sekarang, banyak sekali perusahaan penyedia data riset yang menggarap isu-isu terkait risiko politik, ekonomi, bisnis dan keuangan di sebuah negara.

Kalau para investor sudah bisa memperoleh data-data tersebut dengan mudah dan transparan, kenapa harus “bergelap-gelap dalam terang”?(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.