Dark/Light Mode
- Turun Rp 11.000, Harga Emas Dibanderol Rp 1.343.000 Per Gram
- Akhir Pekan, Rupiah Melemah Ke Rp 15.985 Per Dolar AS
- Indra Karya Jempolin Manfaat Bendungan Multifungsi Ameroro Di Sulteng
- Pertamina EP Pertahankan Kinerja Positif Keuangan Tahun Buku 2023
- PGN Saka Kantongi Perpanjangan Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas
RM.id Rakyat Merdeka - Intinya: usut tuntas kasus korupsi di Kementerian Pertanian yang diduga melibatkan Syahrul Yasin Limpo. Kasus yang ditangani KPK ini perlu berjalan lebih cepat dan tuntas.
Kedua, usut tuntas juga kasus dugaan pemerasan yang menyeret Ketua KPK Firli Bahuri. Kasus dugaan pemerasan terhadap Syahrul Yasin Limpo yang ditangani Polda Metro Jaya ini juga butuh kecepatan dan penuntasan.
Kalau keduanya saling buka-bukaan, itu baik buat rakyat. Bisa memperjelas dan mempercepat prosesnya. Kalau keduanya saling membongkar kasus-kasus korupsi, itulah harapan rakyat. Bukan malah saling menutupi. Bukan saling “menyandera”.
Kalau KPK terlambat mengumumkan siapa tersangka dalam kasus korupsi di Kementerian Pertanian, justru menimbulkan kecurigaan publik.
Baca juga : Pembatasan Impor Jangan Tanggung
Jangan sampai keterlambatan ini membuka ruang dan waktu sehingga “masuk angin” di tengah jalan. Atau membuka ruang untuk pembicaraan “di belakang layar”.
Kedua kasus yang menyita perhatian rakyat ini jangan sampai meredup lalu anti klimaks. Tentu saja ini bisa kian menurunkan kepercayaan rakyat.
Ada yang mengingatkan “hati-hati serangan balik koruptor!”. Benar. Kalimat ini mestinya ditujukan untuk semua pihak yang diduga terlibat. Bukan kepada salah satunya.
Karena, kedua kasus ini sama-sama di luar nalar. Bagaimana mungkin rakyat sedang menjerit karena mahalnya harga beras, kelangkaan pupuk, kekeringan, lalu di Kementerian Pertanian justru tercium isu korupsi.
Baca juga : Pemilu Dengan Riang Gembira
Lalu, untuk KPK, sungguh sulit diterima akal sehat, kalau lembaga penjaga marwah pemberantasan korupsi di Indonesia, justru terseret kasus atau tindakan pemerasan. Ironis luar biasa.
Kalau terbukti, ini bukan lagi sekadar “pagar makan tanaman”, tapi “pagar makan pagar, memakan dirinya sendiri, menghancurkan benteng harapan rakyat”. Sungguh sangat mengecewakan.
Karena itu, ketika ada pertanyaan, mana yang lebih menyakitkan dan menghancurkan hati, dugaan korupsi di Kementan atau dugaan pemerasan di KPK? Dua-duanya sama saja.
Namun, bisa jadi, ada juga yang merasa bahwa salah satunya lebih menyakitkan. Sama seperti ketika bawang putih dan bawang merah melakukan kejahatan.
Baca juga : Nadin Amizah, Please, Jangan Sentuh Tubuhku
Orang sudah “terbiasa” dengan kejahatan yang dilakukan bawang merah. Lebih bisa “memaklumi”. Dianggap “wajar” dibanding kejahatan yang dilakukan bawang putih.
Kalau bawang putih melakukan kejahatan, sungguh menghancurkan hati. Namun, kejahatan tetaplah kejahatan, siapa pun pelakunya, bawang merah atau bawang putih. Semuanya harus diusut. Tuntas.
Karena, esensinya, bukan semata-mata siapa pelakunya, tapi apa dampaknya. Kerusakan apa yang ditimbulkannya.
Di sinilah pentingnya ketegasan dan keseriusan pemerintah termasuk aparat penegak hukum serta kementerian yang menanganinya. Bukan hanya dalam kasus ini, tapi untuk pemberantasan korupsi di mana pun, oleh siapa pun. Karena korupsi di negeri, sungguh sudah di luar logika. Sangat luar biasa.(*)
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.