Dark/Light Mode

Nggak Heran Bocor Lagi

Rabu, 3 Juli 2024 00:50 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Ulah Brain Cipher yang membobol data Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 bikin gempar. Gara-gara ulah hacker ini, sistem data pemerintah menjadi kacau. Beberapa layanan untuk sementara tidak berfungsi. Pemerintah sibuk dan repot dibuatnya. Rakyat pun waswas akan keamanan data mereka.

Sebenarnya, pembobolan data yang dilakukan Brain Cipher bukan hal baru. Di akhir 2022, publik juga dihebohkan dengan pembobolan dan pembocoran data. Kala itu, hacker-nya menamai diri Bjorka.

Ulah Bjorka saat itu benar-benar bikin waswas. Gara-gara ulahnya, data pribadi sebagian pejabat menjadi konsumsi publik. Bahkan, ada satu pejabat yang langsung parno alias paranoid, karena nomor WhatsApp (WA) dia menyebar ke mana-mana.

Baca juga : Kapan Mau Berteman Lagi?

Pemerintah tak dia. Saat ini, berbagai kekuatan diturunkan untuk memburu Bjorka. Mahfud MD, Menko Polhukam saat itu, sempat mengklaim sudah mengantongi identitas asli Bjorka. Namun, sampai sekarang, kita tidak tahu Bjorka itu siapa dan ada di mana.

Saat ini, Menko Polhukam Hadi Tjahjanto mengaku sudah mengantongi data forensik dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) terkait serangan ransomware yang dilakukan Brain Cipher. Semoga saja, kali ini, hacker yang bikin kacau tersebut bisa ditangkap.

Jauh sebelum Brain Cipher dan Bjorna, data di negeri sudah lama sering bocor. Pelakunya macam-macam. Ada yang orang dalam, ada yang motifnya mencari keuntungan, ada pihak yang sakit hati, ada juga seseorang yang punya kemampuan investasi yang tinggi untuk menelisik sebuah data.

Baca juga : Siasat untuk Menang Pilkada

Sebagian kita tentu masih ingat dengan kasus pembocoran data yang dilakukan WikiLeaks di tahun 2014. Meski tidak semua datanya benar, tapi sempat bikin heboh. Kemudian, ada juga akun Twitter Triomacan2000 yang pernah beberapa kali mengungkap data kasus korupsi, walaupun kemudian diketahui bahwa motifnya adalah pemerasan dan politik.

Selain itu, di bidang penegakan hukum, aparat kita juga sering kecolongan dalam menjaga data. Contohnya, dalam penetapan seseorang menjadi tersangka. Banyak kasus, sebelum diumumkan ke publik dan dilakukan pencekalan, seorang tersangka sudah lebih dulu tahu penetapan kasusnya. Sehingga dia buru-buru kabur. Kasus Harun Masiku salah satunya.

Jadi, kalau sekarang terjadi pembocoran data dan informasi, sudah tidak mengherankan lagi. Motifnya juga tidak berbeda jauh. Kalau bukan untuk keuntungan ekonomi, ya politik. Itu saja. Yang membedakan Brain Cipher dan Bjorka dengan kasus-kasus sebelumnya terletak di cara meretas data tersebut.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.