Dark/Light Mode

RM.id Rakyat Merdeka - Menteri dan wakil menteri telah dilantik. Jumlahnya 109. Ibarat gotong royong, semakin banyak yang terlibat, maka semakin cepat kerjanya. Prestasi, produktifitas, fokus dan kinerja, juga meningkat, sehingga rakyat bisa segera merasakan hasilnya. Harapannya begitu.
Seusai dilantik sebagai pembantu Presiden, anggota kabinet perlu menghayati bahwa tidak ada visi dan misi menteri. Juga tidak ada visi dan misi partai atau ormas dimana para menteri bernaung. Yang ada hanya visi dan misi Presiden.
Misalnya, ada partai politik dan ormas yang belum lama ini berseteru, sekarang bersatu dalam Kabinet Merah Putih. Yang satu jadi menteri, satunya lagi jadi Menko-nya.
Dengan demikian, tidak ada lagi ego ormas atau ego parpol. Semuanya bekerjasama untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, bangsa dan negara. Untuk Merah Putih.
Baca juga : Harapan Baru, Langsung Ngegas
Dalam pidato pertamanya sesuai dilantik, Presiden Prabowo juga sudah memberi penekanan dan penegasan tentang banyak hal. Arahan dan pidato yang luar biasa ini mestinya menjadi garis-garis besar haluan menteri, dan bisa diwujudkan.
Presiden Prabowo berbicara mengenai pendidikan, kemiskinan, ketahanan pangan, subsidi tepat sasaran, pertahanan keamanan, energi, hilirisasi dan teknologi.
Presiden juga memberi penekanan mengenai pemberantasan korupsi. “Banyak kebocoran anggaran kita, penyimpangan, kolusi di antara para pejabat politik, pejabat pemerintah, di semua tingkatan dengan pengusaha-pengusaha nakal, yang tidak patriotik,” tegas Presiden Prabowo.
Sebelumnya, Prabowo juga mengingatkan semua ketua umum partai yang memiliki menteri di kabinet supaya tidak menugaskan para menterinya untuk mencari uang dari APBN. Intinya, jangan KKN.
Baca juga : Merawat Asa Antikorupsi
Penegasan berulang-ulang ini menunjukkan bahwa Presiden Prabowo memiliki tekad dan keseriusan dalam memberantas KKN, korupsi, kolusi dan nepotisme. Tiga “komplikasi penyakit” itu sudah lama menggerogoti Indonesia.
Kita berharap dan yakin, Presiden Prabowo bisa segera mengimplementasikannya di lapangan. Memulainya dengan penegasan seperti itu saja, sudah merupakan langkah dan warning yang tepat dan strategis. Tinggal aksi-aksinya.
Kita ingat, pada 1997, Perdana Menteri China Zhu Rongji menyampaikan pernyataan monumental yang masih dikutip sampai sekarang.
“Siapkan 100 peti mati untuk para koruptor, dan gunakan 99 peti itu, sisakan satu peti untuk saya kalau saya korupsi,” tegas Zhu Rongji.
Baca juga : Kabinet Dengan Modal Kuat
Walau korupsi masih marak di China, namun telah terjadi penurunan signifikan. Di tangan Zhu, antara lain dengan ketegasannya terhadap para koruptor, China berhasil keluar dari krisis keuangan Asia. Zhu menjadi salah satu peletak dasar reformasi dan kemajuan ekonomi China.
Saat dia memerintah, sebanyak 4.000 pejabat penting yang korup, dieksekusi. Di ujung masa pemerintahannya, pada 2003, Zhu memecat hampir 40.000 aparat keamanan.
“Untuk melawan korupsi, orang harus mengejar harimau (yang lebih kuat) terlebih dahulu, baru serigala. Sama sekali tidak ada toleransi untuk harimau,” tegas Zhu ketika menanggapi kasus korupsi yang menjerat tokoh penting, Walikota Beijing yang juga anggota Politbiro, Chen Xitong.
Dan, kita tahu, China kemudian menjadi macan Asia serta super power ekonomi dunia. Di tangan pemerintahan Prabowo-Gibran, dengan banyaknya anggota kabinet Merah Putih, dan modal dukungan politik yang kuat serta tekad yang digaungkan, kita berharap, Indonesia bisa menyusul China. Salah satunya, dalam upaya pemberantasan korupsi, yang masih menjadi persoalan serius di Indonesia.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.