Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Nasi Anjing dan Kepekaan

Selasa, 28 April 2020 01:45 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Setelah nasi kucing, muncul nasi anjing. Nasi yang dibagi-bagikan di beberapa kawasan di Jakarta Utara tersebut mengundang kehebohan, kemarin.

Dibungkusnya tertulis “Nasi Anjing, nasi orang kecil, bersahabat dengan nasi kucing, #JakartaTahanBanting.”  Di sampingnya ada stempel logo kepala anjing. Penyumbangnya, komunitas Ark Qahal.

Sebenarnya sudah beberapa hari nasi ini dibagikan ke masyarakat. Setelah ada yang mempostingnya di media sosial, ada videonya, jadi heboh. Viral.

Baca juga : Bisakah Corona Cepat Berlalu?

Banyak yang protes, kenapa dinamakan nasi anjing? Kenapa tidak disebut nasi kucing jumbo. Atau, kalau para penyumbangnya beralasan bahwa anjing menggambarkan hewan yang setia, kenapa tidak dinamakan nasi merpati, yang tak pernah ingkar janji itu? Atau nasi garuda, atau nasi keberkahan atau nasi toleransi?

Beberapa tahun terakhir, nama-nama kuliner memang terdengar menarik. Ada nasi goreng gila, sambal setan, sambal iblis, rawon setan, krupuk melarat, ketela bajingan. Ada juga yang dinamai kuku macan.

Tiba-tiba muncul nasi anjing. Di tengah situasi dan kondisi akibat tekanan Corona yang sangat dirasakan sekarang, sungguh sangat bijak kalau semua pihak bisa melahirkan kesejukan. Bukan mengundang kontroversi dan kegaduhan.

Baca juga : Menanyakan Mafia Alkes

Pembagian sembako atau makanan oleh banyak pihak yang dilakukan di banyak tempat sekarang ini, sesungguhnya suatu tindakan yang patut dihargai. Perlu didorong lebih banyak lagi. Semangat gotong royong inilah yang membuat bangsa ini bisa melawan Corona.

Hanya saja, dibutuhkan cara-cara yang baik, yang tidak mengundang masalah baru. Apalagi kondisi masyarakat yang sangat sensitif, butuh langkah-langkah bijak dan tertakar dengan pas. Maksud baik, ditambah cara-cara yang baik, pasti akan sampai dengan baik.

Kita tidak berharap, kondisi masyarakat yang sekarang seperti “daun kering”, dibakar oleh hal-hal “sepele” yang mengundang kegaduhan.

Baca juga : Ada Apa “Toean dan Oligarki”?

Kita tidak ingin, bangsa ini dimanfaatkan atau teradu domba  sehingga timbul masalah sosial baru. Corona telah membuat bangsa ini menanggung beban berat. Jangan lagi ditambah hal-hal yang tidak perlu yang membuat imun masyarakat dan bangsa ini berkurang.

Butuh sensitivitas yang lebih banyak menghadapi masyarakat dan kondisi yang sedang sensitif-sensitifnya.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.