Dark/Light Mode

Ketika Lovers Jadi Haters

Senin, 27 Juli 2020 05:01 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejak sebelum ditemukannya internet dunia terbelah secara ekstrim ke dalam dua: pecinta dan pembenci. Ketika musim internet tiba dan menjamur, keduanya semakin menemukan kanalisasi ekspresinya. Term yang dipakai di dunia netizen ini jadi lovers dan haters.

Ketika seseorang memutuskan untuk eksis di jagat lini masa, ia harus siap dihadapkan dua macam sikap dan reaksi warganet. Hukum like and dislike, suka tak suka, dapat dilihat difitur kolom komentar dan bahkan disiapkan fitur khusus untuk memilih di antara like atau dislike. Dan tak segan para netizen dengan jujur memilihnya.

Baca juga : Berkah Elektoral

Tidak sedikit di antaranya yang meradikali sikapnya. Para lovers ini mendeklarasi dan menghimpunkan diri ke dalam komunitas fans-based yang acapkali fanatis. Apa yang dikatakan atau diposting oleh idolanya dipuji, didukung tak sedikit ikut-ikutan. Mereka di baris depan menjadi pembela bahkan melakukan serangan balik bila ada yang nyinyir atau berkomentar negatif kepada idolanya.

Sementara itu, ada para haters yang memilih untuk menjadi kritikus. Para haters biasanya adalah musuh bagi siapa saja yang ditenggarai berseberangan atau tidak bersahabat dengan idolanya. Mereka akan berkomplot dengan siapa saja untuk menyerang dengan komentar-komentarnya yang pedas.

Baca juga : Babak Belur Wajah Pendidikan

Di dunia politik, para tokoh sudah harus menyediakan diri untuk dihadapkan pada dua pilihan di atas. Pilihan mereka bersikap ada yang sangat ideologis, emosional dan ada yang pragmatis rasional. Semua tumpah dan terrekam di media sosial.

Bagi yang sikap dan kesetiaannya ideologis emosional, biasanya mereka menjadi ekstrimis, hard-core, dan pendukung fanatik: right or wrong is my idol. Ini ada baiknya tapi banyak tidak menguntungkannya. Karena seringkali tidak bisa objektif dan mengabaikan fakta. Sementara, bagi yang rasional dan pragmatis, sikapnya bisa berubah jika idolanya merugikan dirinya dan kepentingan publik. 

Baca juga : Politik Dinasti

Presiden Jokowi kini tengah di hadapan pada perubahan para lovers-nya jadi haters. Kebijakan dan program yang diluncurkannya dinilai tidak bekerja dengan baik. Tapi begitulah risiko figur publik yang semua diukur dari efektivitas tidaknya kebijakan. Semoga fakta dan awareness ini mendorong para elite pemangku kebijakan negeri ini lebih serius dan hati-hati dalam mempersembahkan kepemimpinan untuk rakyat.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.