Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Awalnya, Akhirnya...

Minggu, 13 Desember 2020 04:36 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Awalnya menentang korupsi, tapi akhirnya terjerembab dalam kubangan korupsi. Kenapa kata dan perbuatan tidak bisa berjalan seiring? Kita lihat Presiden Soeharto. Awalnya, juga sama: menentang korupsi. Dalam beberapa kesempatan di tahun 1966, Soeharto bertekad memerangi korupsi.

Koran The Canberra Times, Australia, Jumat 29 April 1966 misalnya, menurunkan berita “End Corruption, Says Suharto”. Beritanya cukup besar. Posisinya di tengah.

“Kalau kita tidak membersihkan diri kita sendiri, rakyat yang menjadi paling kritis dan radikal, akan membersihkan kita,” kata Soeharto di depan aparat bea cukai. Kita akhirnya tahu bagaimana rezim Soeharto.

Dua menteri yang ditangkap KPK, Mensos Juliari Batubara dan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, dalam beberapa kesempatan, juga bertekad melawan korupsi.

Baca juga : Kepala Daerah Hati-Hatilah!

Juliari bahkan mendatangi KPK, meminta supaya diawasi dan diingatkan supaya tidak tergelincir korupsi.

KPK juga beberapa kali mendatangi kantor kementerian untuk memberi masukan dan peringatan supaya menghindari korupsi.

Yang tak kalah menyedihkan, di era KPK sebelumnya, ada kepala daerah yang ditangkap KPK hanya berselang sehari setelah KPK memberi “penataran” di depan kepala daerah tersebut. Sepertinya, slogan dan tekad anti korupsi hanya jadi “tameng” belaka.

Kepala daerah yang terpilih lewat pilkada serentak 9 Desember 2020, mestinya belajar sangat banyak dari 300 lebih kepala daerah sebelumnya yang terjerat kasus korupsi.

Baca juga : Korupsi Karena Pede Dan Terkecoh

Penentuan tanggal 9 Desember untuk menggelar pilkada serentak, bukan tanpa alasan. Karena, tanggal itu berbarengan dengan hari anti-korupsi sedunia.

Diharapkan, pilkada masa pandemi, ketika negara dan rakyat sedang krisis, bisa menjadi pengingat keras supaya menjauhi korupsi.

Di saat normal saja korupsi sudah menjadi kejahatan luar biasa, apalagi di masa bencana dan krisis, kejahatannya menjadi sangat-superluar biasa.

Karena itu, tetaplah pada niat lurus: mengabdi untuk rakyat. Tetaplah pada janji Anda untuk melawan korupsi. Kita juga berharap, pemerintah dan DPR punya langkah-langkah mendasar, meluas, konsisten tanpa pandang bulu, untuk memerangi korupsi.

Baca juga : Menerka-nerka Kepala Daerah

Tak cukup dengan slogan “begini - begitu”. Karena, Suharto pun, di awalnya, sangat menjanjikan, sangat anti korupsi, tapi kita tahu bagaimana akhirnya nasib rezim Orde Baru.

Yang lebih menyakitkan, kalau para pengkritik Orba, akhirnya terbenam lebih parah dalam kubangan korupsi.

Apakah gejala itu sudah ada sekarang? ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.