Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Pasangan Jokowi-Maruf Amin memenangi Pilpres 2019. Begitu hasil quick count hampir semua lembaga survei. Kalau trendnya sampai real count KPU tetap seperti ini, di sinilah slogan “siap menang siap kalah” dibutuhkan.
Yang belum menang, perlu kebesaran hatinya. Tidak perlu ada semacam people power. Yang menang juga tak perlu terlalu menggelar euforia sehingga memancing reaksi kubu lawan.
Kemenangan bermartabat bisa mendengar suara pihak yang kalah. “Menang tanpa ngasorake, menang tanpa merendahkan yang kalah,” kata Pak Isworo Martiono, tetangga saya.
Sekarang, saatnya kembali bersatu, membangun Indonesia. Buat semuanya. Yang memilih Jokowi-Maruf maupun tidak. Perselisihan selama berbulan-bulan, di dunia maya maupun di dunia nyata, sudahi saja.
Baca juga : Utak-Atik Warung Kopi
Stop. Jahit kembali yang sempat terkoyak, kumpulkan kembali tenaga yang sempat tersita hanya untuk pilpres dan pemilu legislatif. Kerahkan semua energi untuk membangun Indonesia.
Jangan ada lagi perdebatan “ini tolnya Jokowi,” atau “MRT ini dirancang Soeharto, Foke, SBY, Mega, Jokowi dan sebagainya”.
Jangan. Bangsa ini tidak boleh terbelah lagi. Kalau diteruskan, berapa banyak energi terbuang hanya untuk memperdebatkan hal tak perlu.
Sekarang rakyat menunggu kelanjutan dan realisasi janji-janji kampanye, oleh capres atau para caleg pemenang.
Baca juga : Jangan Fakir Bekal
Karena, kemenangan capres atau para caleg, bukanlah akhir. Ini justru awal untuk memulai Indonesia baru yang lebih baik. Semangat dan konsistensi pembangunan yang sudah ditunjukkan pemerintahan Jokowi, lanjutkan.
Untuk sementara, “lupakan” keberhasilan-keberhasilan sebelumnya, anggaplah periode kedua ini sebagai awal baru. Supaya semangatnya tidak kendor.
Supaya ada terobosan-terobosan spektakuler. Ada legacy yang abadi. Seperti arahan seorang pelatih sepak bola terkenal ketika timnya memenangi babak pertama: “lupakan kemenangan babak pertama.
Seberapa pun besarnya kemenangan kita. Anggap 0-0 lagi. Mari kita mulai babak kedua dan menangi pertandingan ini”. Treatment “psikologis” seperti itu terbukti manjur.
Kita berharap, yang menang merangkul yang kalah, yang kalah tidak berkecil hati, apalagi mengancam menggelar kekuatan rakyat. Ini tidak baik bagi demokrasi.
Lupakan politik yang sempat memecah belah. Bangsa ini perlu bersatu. Maju ke depan bersama-sama.
Setidaknya, lima tahun ke depan: perlu dirawat, dikawal dan dijaga bersama. Yang baik dipertahankan; yang belum terwujud, diwujudkan; yang tidak baik, ditinggalkan. Untuk Indonesia. Siapa pun “arsiteknya”. ***
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.