Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kompetisi Liga 1 Dilanjutkan

Pengamat: Pertimbangkan Faktor Kesehatan dan Keselamatan Semua Pihak

Rabu, 29 Juli 2020 08:30 WIB
Pengamat Sepakbola Nasional Benny Tomasoa. (Foto: Istimewa)
Pengamat Sepakbola Nasional Benny Tomasoa. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - PSSI melalui PT Liga Indonesia Baru (LIB) menjadwalkan untuk melanjutkan kompetisi Liga 1 musim 2020 pada 1 Oktober 2020, khususnya pasca dihentikan akibat pandemi Covid-19.

Tidak sedikit sejumlah perwakilan klub kontestan Liga 1 menentangnya sebab mereka memiliki alasan jika berkompetisi di tengah pandemi sangat berisiko. Tidak hanya pada aspek kesehatan tetapi juga terhadap aspek keselamatan secara keseluruhan.Dari mulai Madura United sampai Persebaya menolaknya.

Kondisi tersebut membuat beberapa pihak memberikan penilaian jika kompetisi saat ini terkesan dipaksakan, sekalipun PSSI maupun PT LIB berdalih kompetisi liga-liga di dunia sudah kembali bergulir dengan menerapkan beberapa regulasi baru.

Baca juga : Optimalisasi Integrasi TNI-Polri Dukung Pembangunan SDM dan Kesejahteraan Masyarakat

Salah satunya disampaikan salah satu pengamat sekaligus pecinta sepakbola nasional Benny Tomasoa. Ia menilai kondisi kompetisi di liga Eropa maupun liga dunia lainnya sangat berbeda dengan kultur sepakbola Indonesia. Salah satunya kompetisi Liga 1 baru berlangsung empat laga, sedangkan di Eropa sudah menyisakan beberapa pertandingan tersisa.

"Dari itu, sangat tidak elok jika liga Indonesia dikatakan dengan istilah lanjutan dengan menyisakan 32 pertandingan dari total 36 laga yang diagendakan. Sehingga kompetisi liga Indonesia untuk musim ini lebih cocok menerapkan model turnamen dengan tetap mengaca pada regulasi resmi, " ujarnya.

Tidak hanya itu lanjut Benny faktor kesehatan dan keselamatan seluruh pihak yang terlibat dalam sepakbola juga menjadi prioritas khususnya di tengah pandemi. Terlebih keberadaan pandemi juga berdampak pada semua sektor yang menjadi pendukung langsung sepakbola, khususnya pada aspek ekonomi masing-masing klub.

Baca juga : Kemendagri : Pilkada Digelar Sesuai Protokol Kesehatan dan Prinsip Demokrasi

"Semisal biaya operasional pertandingan yang dipastikan bakal menguras sektor keuangan klub, di mana selain pertandingan tanpa suporter yang selama ini menjadi salah satu income klub dipastikan terhenti. Termasuk juga cost mahal yang harus dikeluarkan klub saat menjalani laga tandang, di antaranya satu pemain harus berada dalam satu kamar," ulasnya.

Belum lagi asumsi potensial adanya ‘mafia sepakbola’ disinyalir justru bakal memanfaatkan momentum ‘lanjutan’ kompetisi Liga 1 2020. Terlebih rencana lanjutan kompetisi saat ini tidak menerapkan sistem degradasi, sehingga sangat potensial beberapa pertandingan justru dimanfaatkan untuk mendulang rupiah atau bahkan dolar.

"Tidak kalah mengkhawatirkan, potensi ‘main mata’ antara mafia sepakbola dengan unsur pemain juga dinilai bakal mengakibatkan sepakbola tanah air kembali ke posisi terendah akibat adanya ‘sepakbola gajah’. Apalagi kondisi tersebut memang sangat rentan dan potensial terjadi", ucap mantan Manajer PSMS ini.

Baca juga : Tito Seimbangkan Jasmani dan Rohani

‘Lanjutan kompetisi tanpa degradasi’ tentunya bakal menjadi peluang emas bagi para ‘mafia sepakbola’ untuk menerapkan jurus strategis, apalagi jika nantinya beberapa tim teratas bakal mewakili Indonesia untuk kompetisi tingkat Asia. [WUR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.