BREAKING NEWS
 

100 Dokter Gugur, Yang Tertular Corona Terus Bertambah

Kurniasih Mufidayati: Ini Alarm Tsunami

Reporter : NANDA PRANANDA
Editor : MUHAMMAD RUSMADI
Kamis, 3 September 2020 17:41 WIB
Kurniasih Mufidayati, Anggota Komisi IX DPR. [Foto: Istimewa]

RM.id  Rakyat Merdeka - Hampir enam bulan setelah kasus Covid-19 pertama di Indonesia, penularan virus ini terus terjadi. Penderita Corona terus bertambah.

Berdasarkan data pemerintah pada Selasa (1/9/2020) pukul 12.00 WIB, ada penambahan 88 pasien meninggal dalam 24 jam terakhir itu. Dengan demikian, total pasien meninggal akibat Covid-19 Selasa itu 7.505 orang.

Data yang sama juga menunjukkan penambahan pasien positif Covid-19 sebanyak 2.775 orang. Penambahan tersebut, membuat pasien yang terjangkit Covid-19 di Indonesia mencapai 177.571 orang pada hari itu, sejak kasus perdana diumumkan pada 2 Maret atau enam bulan lalu.

Sedangkan pasien yang dinyatakan sembuh dari Covid-19, bertambah sebanyak 2.098 orang. Mereka dinyatakan sembuh setelah mendapatkan hasil dua kali negatif dalam pemeriksaan laboratorium polymerase chain reaction (PCR). Total pasien yang sembuh dari Covid-19 mencapai 128.057 orang hingga siang itu.

Korban yang meninggal ini, tidak hanya dari masyarakat. Ada juga tenaga kesehatan. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat, 100 dokter wafat akibat Covid-19, sejak pandemi terjadi di Indonesia.

IDI juga mengajak masyarakat berdoa untuk keselamatan, kekuatan dan kesehatan dalam menghadapi masa pandemi Covid-19. "Semoga," ujar Humas IDI Halik Malik dalam keterangan tertulisnya.

Bagaimana pandangan DPR mengenai masalah ini? Apa penyebab banyaknya dokter yang wafat itu? Berikut penuturan Kurniasih Mufidayati, Anggota Komisi IX DPR:

Bagaimana pandangan Anda soal banyaknya dokter yang wafat itu?

Baca juga : Emanuel Melkiades Laka Lena: Dokter Perlu Perlindungan yang Lebih Baik

Saya sangat berduka cita atas wafatnya 100 dokter di Indonesia akibat Covid-19. Bangsa ini juga kehilangan tenaga kesehatan lain. Seperti, wafatnya perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya. Mereka semua pahlawan pandemi. Kehilangan dokter dan tenaga kesehatan lainnya adalah kehilangan aset besar saat bangsa ini masih berjibaku melawan pandemi Covid-19.

Yang lebih memprihatinkan adalah, penambahan orang terkonfirmasi positif terus mencetak rekor baru, dan sama sekali belum menunjukkan tren penurunan secara nasional, sejak kasus pertama diumumkan Maret lalu. Data dari Pandemic Talks menyebutkan, Indeks Pengaruh Kematian Nakes (IPKN) karena Covid-19 di Indonesia mencapai 223. Itu artinya, kita memiliki dampak kematian nakes terburuk di dunia.

Terburuk?

Iya, dokter dan perawat terus berguguran. Sementara kapasitas ruang perawatan Covid-19 hampir 100 persen. Di Jakarta, per Jumat, 28 Agustus 2020, kapasitas ruang isolasi dan ICU di RS rujukan sudah terisi 70 persen. Bisa dibayangkan apa yang selanjutnya terjadi. Italia yang pada awalnya sangat tinggi korban Covid 19, saat ini sudah berangsur turun, tapi kita masih terus menanjak.

Ini bukan alarm kebakaran lagi. Ini sudah alarm tsunami. Semua komponen bangsa harus bangun dari zona amannya, bahwa seolah kita tidak apa-apa. Bahwa ekonomi jauh lebih penting dari kesehatan. Jangan sampai Pemerintah menyebut wafatnya nakes kita karena tidak disipin.

Maksudnya harus diperketat lagi dan kembali kepada PSBB?

Adsense

Tidak. Tapi, lebih ditegakkan lagi disiplin protokol kesehatannya. Disiplin ini harus terus digalakkan, sosialisasi dari pemerintah harus dimasifkan lagi. Misalnya di sepanjang jalan taruh pemberitahuannya di bilboard, kemudian beberapa hari sekali siarkan juga di radio dan televisi. Kalau di Hong Kong itu pemerintah menyiarkan broadcasting ke tiap orang, ada announcer dan lain sebagainya.

Sementara di kita ini belum optimal upaya pemerintah untuk mengingatkan masyarakat. Karena, yang bisa meringankan beban para tenaga medis ini adalah jumlah pasien. Nah, untuk bisa mengurangi jumlah pasien, semua orang harus berkolaborasi. Dalam hal ini, Pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab harus bisa menekan angka positif.

Baca juga : Indonesia Berduka, Alfatihah

Apa hubungannya ini dengan kematian para dokter atau kondisi tenaga kesehatan kita?

Ada pengaruhnya dong. Karena, para nakes ini berguguran bukan karena kurang disiplin, tetapi karena dipaksa situasi. Mereka tidak bisa disalahkan karena mungkin kadang kurangnya disiplin. Karena, dalam kondisi lelah, itu wajar kalau mereka khilaf.

Mungkin dia pengap, sedikit melonggarkan maskernya. Atau, karena lelah dia tak sadar menarik maskernya, makanya bisa terinfeksi. Jadi, mereka tidak bisa disalahkan, karena yang salah itu kondisi. Mereka bukan tidak disiplin, tapi karena situasi. Kalau mau, situasinya yang harus diperbaiki.

Dalam hal ini masyarakat harus lebih diedukasi?

Iya, dan edukasinya itu harus sesuai dengan pendekatan kultur masyarakat. Saya melihat, kesadaran masyarakat itu belum ada, karena kesungguhan atau keseriusan pemerintah dalam mengedukasi ini masih sangat kurang. Nakes itu kadang serba salah. Kalau tidak menangani pasien, nakes ini punya panggilan hati nurani.

Sementara kalau menangani, tenaga mereka juga akan habis. Karena, ketersediaan SDM mereka juga terbatas. Jadi yang harus dilakukan pemerintah sekarang itu adalah, menekan semaksimal mungkin angka positif. Swab test juga harus ditingkatkan. Sehingga, walaupun banyak yang positif, itu bisa di-tracing.

Apakah tidak bisa diperketat lagi supaya tak semakin banyak korban, baik untuk nakes maupun untuk masyarakat?

Saya kira pemerintah sudah tak mikirin ke sana. Mau teriak bagaimanapun, saya kira percuma. Karena recovery ekonomi ini sudah diperlukan. Makanya tadi, yang saya minta itu, kalaupun terjadi pemulihan ekonomi, basisnya mengutamakan keselamatan dulu, khususnya bagi para tenaga medis ini. Karena, mitigasi penananganan Covid-19 ini sudah berantakan.

Baca juga : Jatim Paling Parah

Sekarang harus ada langkah yang cukup revolusioner dan eksponensial dari pemerintah, agar jumlah konfirmasi positif Covid-19 dan angka kematian karena Covid 19 menurun.

Masalah ekonomi juga penting ya?

Kita mengerti, perlu program pemulihan ekonomi nasional yang terpukul akibat pandemi. Semua kebijakan untuk pemulihan ekonomi sudah dilaksanakan, bahkan alokasi anggarannya tidak kecil. Tapi kami mohon, peyelamatan nyawa rakyat, harus tetap menjadi prioritas. Negara harus mengutamakan pemulihan kesehatan terlebih dulu, sehingga bisa menata perekonomian dengan lebih optimal. Bukan sebaliknya, seperti saat ini.

Ada masukan lain terkait masalah ini?

Perhatian terhadap nakes saat ini masih kurang. Itu juga perlu ditambah. Jam istirahatnya apakah diperhatikan atau tidak. Nutrisinya di rumah sakit seperti apa. Kemudian, tempat istirahatnya juga harus diperhatikan. Sampai sekarang masih ada juga perawat yang susah mencari tempat kerja.

Mereka ini bukan garda terdepan ya, garda terdepan itu rakyat. Garda terakhir baru tenaga kesehatan. Padahal sudah demikian besar pengorbanan mereka sebagai garda terakhir, tapi apresiasi atau perhatian dari pemerintah masih kurang. Harusnya mereka bisa mendapatkan apresiasi yang lebih, insentif yang lebih, kesehatan yang dijaga lebih ketat lagi oleh pemerintah. [NDA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense