Sebelumnya
“Secara umum saat ini proporsi CASA BRI tercatat 66,70 persen, meningkat signifikan dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 63,08 persen,” jelas mantan bos Pegadaian ini.
Dari sisi penyaluran kredit, total kredit dan pembiayaan BRI Group tercatat mencapai Rp 1.139,08 triliun pada akhir Desember 2022.
Secara khusus, portofolio kredit mikro BRI tumbuh double digit sebesar 13,9 persen yoy. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus meningkat, menjadi sebesar 84,74 persen.
BRI juga berhasil menurunkan Cost of Credit dari 3,78 persen di akhir 2021 menjadi 2,55 persen pada akhir 2022.
Sedangkan rasio BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) tercatat 69,10 persen, semakin baik dibandingkan BOPO pada akhir 2021 sebesar 78,54 persen.
Baca juga : Laba BRI Melesat 67,15 Persen Tembus Rp 51,4 T Di 2022
Faktor lain memberikan kontribusi besar terhadap kinerja perseroan, yakni pendapatan berbasis komisi atau Fee Based Income (FBI) yang tumbuh 10,16 persen yoy atau senilai Rp 18,80 triliun.
“Sehingga fee to income ratio mencapai 11,37 persen,” tutur Sunarso.
Selanjutnya, keberhasilan kinerja BRI juga didorong dari sisi optimalisasi upaya recovery.
Hal tersebut tercermin dari Recovery Rate BRI tahun 2022, yang mencapai sebesar 59,12 persen. Sehingga pendapatan recovery BRI pada akhir 2022 meningkat sebesar 33,59 persen yoy.
Pendapatan bunga, khususnya besaran NIM (Net Interest Margin), bukan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja, khususnya pencapaian laba BRI.
Baca juga : Tumbuh 5,31 Persen, Airlangga: Ekonomi Kita Di Atas Global
Di samping efisiensi yang dilakukan, sambung Sunarso, berdasarkan data historis BRI, tidak ditemukan korelasi positif antara besaran NIM dengan pencapaian laba BRI.
“Namun faktor utama yang mempengaruhi laba BRI adalah pertumbuhan volume kredit dan peningkatan jumlah nasabah yang dilayani, terutama nasabah mikro,” ungkap Sunarso.
Hal tersebut ditunjukkan dari data NIM BRI (bank only) pada 2008 sebesar 10,18 persen, dengan pencapaian laba hanya sebesar Rp 5,96 triliun.
Saat itu jumlah nasabah pinjaman sekitar 5 juta dan volume kredit hanya sebesar Rp 161,06 triliun. Lain halnya pada 2022, laba BRI(bank only) justru meningkat pesat menjadi Rp 47,83 triliun di saat NIM BRI telah turun 33,20 persen dari posisi 2008.
Peningkatan laba BRIpada 2022 tersebut lebih disebabkan oleh pertumbuhan jumlah nasabah mikro yang telah naik lebih dari tiga kali lipat, menjadi lebih dari 15 juta nasabah. Demikian halnya volume kredit telah tumbuh lebih dari 6 kali lipat menjadi Rp 1.029,80 triliun jika dibandingkan dengan posisi tahun 2008.
Baca juga : Ekonomi RI Kalahkan Amerika Dan China
Keberhasilan BRIdalam menjalankan fungsi intermediasi juga mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang prudent. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL (Non Performing Loan) BRI secara konsolidasian yang manageable di level 2,67 persen.
Di samping itu, BRI menyiapkan pencadangan yang cukup dengan NPL Coverage tercatat sebesar 305,73 persen. Di mana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir tahun 2021 yang sebesar 281,16 persen.
“Pencadangan yang memadai tersebut merupakan langkah antisipatif dan upaya mitigasi risiko menghadapi ketidakpastian perekonomian global, kenaikan inflasi dan suku bunga, serta potensi perlambatan ekonomi,” tutup Sunarso. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.