RM.id Rakyat Merdeka - Bank Indonesia (BI) optimis ekonomi Indonesia tahun depan kembali ke jalur positif ke level pertumbuhan 4,8-5,8 persen. Karena itu, Gubernur BI Perry Warjiyo punya lima jurus pamungkas guna mendukung pemulihan ekonomi nasional pada 2021.
Pertama, BI tetap melanjutkan stimulus moneter. Tentunya dengan tetap menempuh kebijakan suku bunga rendah dan likuiditas longgar, hingga ada tanda-tanda kenaikan inflasi.
Seperti diketahui, BI sepanjang 2020 telah memangkas suku bunga acuan hingga mencapai level terendah, menjadi 3,75 persen.
“Kami juga sudah melakukan pelonggaran likuiditas (quantitative easing) dalam jumlah yang besar Rp 694,9 triliun, atau 4,49 persen Produk Domestik Bruto (PDB). Ini salah satu yang terbesar di emerging market,” kata Perry saat diskusi bertajuk Outlook Perekonomian Indonesia 2021: Meraih Peluang Pemulihan Ekonomi 2021 di Jakarta, kemarin.
Selain itu, Perry mengatakan, kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah juga akan tetap dilanjutkan.
Baca juga : Bantu Ekonomi Warga, Jababeka Gelar Pelatihan Menjahit Di Cikarang
Menurut Perry, nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat karena secara fundamental masih undervalued.
Tentunya, dengan didukung transaksi defisit berjalan dan inflasi yang rendah, imbal hasil yang menarik dan premi risiko yang semakin membaik.
Sementara, jurus kedua, BI akan melanjutkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendukung pembiayaan dan ekonomi.
Pada 2020, BI telah melakukan berbagai pelonggaran terkait kebijakan makroprudensial, seperti pelonggaran uang muka kredit dan dari sisi likuiditas.
Saat ini, BI dalam proses merumuskan kebijakan makroprudensial yang juga dapat mendukung pembiayaan sektor-sektor produktif.
Baca juga : Pengembang Didorong Bantu Pemulihan Ekonomi Nasional
Jurus ketiga, BI akan melanjutkan sinergi dengan pemerintah untuk berpartisipasi dalam pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021.
BI dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan melanjutkan skema pembagian beban atau burden sharing, sesuai dengan keputusan bersama pada 16 April 2020.
Yaitu, pembelian Surat Berharga Negara (SBN) oleh BI sesuai dengan mekanisme pasar. Di mana BI sebagai pembeli siaga atau noncompetitive bidder.
“Di 2020 ada dua mekanisme pendanaan APBN, yaitu pembelian melalui mekanisme pasar sebagai pembeli siaga dan pembelian langsung,” jelas Perry
Menurutnya, pembelian langsung hanya berlaku tahun ini. Tapi pembelian melalui mekanisme pasar masih bisa berlangsung hingga 2021 dan 2022.
Baca juga : Airlangga Pede RI Keluar Dari Resesi
Jurus keempat, BI akan mendukung pembiayaan pembangunan dari sektor keuangan. BI akan mendorong kontribusi sekor keuangan yang lebih besar dalam pembiayaan perekonomian. Khususnya untuk pembiayan jangka panjang. Baik dalam bentuk obligasi maupun sekuritisasi melalui program pasar keuangan.
Untuk jurus kelima, lanjut Perry, BI akan terus mendorong digitalisasi ekonomi dan keuangan digital. Salah satunya, BI menargetkan 12 juta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) bisa teregistrasi secara nasional dalam penggunaan Quick Response Indonesia Standard (QRIS) pada 2021.
Selain itu, BI dalam proses menyambungkan digital banking dan financial technology (fintech) melalui interlink kedua layanan.
“Kami juga membangun BI fast payment, sehingga bisa cepat menyelesaikan berbagai transaksi ritel dan UMKM secara digital,” kata Perry. [KPJ]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.