RM.id Rakyat Merdeka - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memburu modal melalui penerbitan surat utang. Setidaknya, awal tahun ini, perusahaan pelat merah akan menawarkan obligasi sebesar Rp 18,01 triliun.
Pengamat BUMN Toto Pranoto menilai, BUMN mencari pendanaan alternatif melalui penerbitan surat utang, karena hal itu opsi menarik.
“Sebagian besar kinerja BUMN pada 2020 terpengaruh dampak pandemi Covid-19. Sehingga pendanaan dari kantong internal tidak akan memadai emiten untuk ekspansi. Penerbitan obligasi hal wajar,” ungkap Toto kepada Rakyat Merdeka.
Peneliti dari Lembaga manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) ini menjelaskan, menerbitkan obligasi banyak dipilih perusahaan BUMN karena pembiayaannya yang bersifat jangka panjang. Selain itu, BUMN membutuhkan dana jumbo untuk mendukung berbagai program Pemerintah. Diprediksinya, total penerbitan surat utang dari pelat merah akan memimpin pasar.
Baca juga : Di Tengah Pandemi, PUPR Suntik Dana Triliunan Untuk Subsidi Rumah MBR
“Harapannya, di 2021 pemulihan ekonomi terjadi secara bertahap. Jadi, proyek-proyek infrastruktur pasti akan mulai digenjot lagi. Mau tidak mau, opsi pendanaan makin dicari,” imbuhnya.
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat, hingga 18 Januari 2021 telah mengantongi mandat penerbitan surat utang sebesar Rp 32,2 triliun. Sebanyak Rp 18,01 triliun atau sekitar 55,9 persen dari total keseluruhan mandat, merupakan rencana emisi oleh BUMN. Sedangkan sisanya Rp 14,19 triliun atau sekitar 44 persen berasal dari perusahaan non-BUMN.
Head of Economy Research Pefindo, Fikri C Permana mengatakan, secara moderat, pihaknya memprediksi tahun ini akan ada penerbitan obligasi korporasi sebesar Rp 140,77 triliun. Baik melalui obligasi Medium Term Notes (MTN), dan Efek Beragun Aset (EBA).
Menurut Fikri, makin membaiknya kinerja perusahaan, maka kemungkinannya juga akan lebih besar untuk menerbitkan surat utang sebagai alternatif pendanaan. Baik itu untuk refinancing maupun kebutuhan modal kerja.
Baca juga : Hati-hati, Jangan Lewat Jalur Selatan Bandung-Garut
Seperti diakui Corporate Secretary PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), Mahendra Vijaya. Pihaknya telah melakukan penawaran obligasi senilai Rp 1,5 triliun dan sukuk Rp 500 miliar tahun lalu. Dan, penawaran itu mampu meraih respons yang positif.
Sesuai rencana, perseroan akan menggunakan seluruh hasil emisi obligasi untuk melunasi sebagian dari pokok Komodo Bond, yang jatuh tempo 31 Januari 2021.
“Sementara, emisi sukuk akan diserap untuk membiayai modal kerja proyek infrastruktur dan gedung, yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal tahun ini,” kata Mahendra, di Jakarta, kemarin.
Sementara PT Waskita Karya (Persero) Tbk berencana menerbitkan surat utang, guna melunasi obligasi yang akan jatuh tempo tahun ini. Dikatakan Direktur Utama Waskita Karya, Destiawan Soewardjono, perseroan berkomitmen memenuhi seluruh kewajiban dalam bentuk obligasi yang akan jatuh tempo pada Februari dan September 2021.
Baca juga : Perlu Obat Kuat Untuk Bangkitkan Pariwisata
“Kami akan menerbitkan obligasi lagi untuk pembayaran. Kami sudah mempunyai data, mudah-mudahan bisa dieksekusi di akhir Januari ini,” ucap Destiawan belum lama ini, di Jakarta. [DWI]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.