Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kejar Narsum Antara Jakarta Dan Karawang

Senin, 28 Desember 2020 06:38 WIB
Ngopi - Kejar Narsum Antara Jakarta Dan Karawang
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Selama menjadi wartawan, banyak pengalaman menarik yang sudah saya dapat. Kali ini yang ingin saya ceritakan, pengalaman mengejar narasumber atau biasa kami sebut narsum.

Ini kisah lama. Terjadi sekitar awal November 2010. Saat itu, saya mendapat tugas mewawancarai salah satu pejabat negara yang berkantor di sekitar kawasan Merdeka Timur. Pejabat itu akan memasuki memasuki masa pensiun dan segera serah terima jabatan dengan penggantinya.

Singkat cerita. Saya mendapat kesempatan untuk wawancara. Tapi lokasinya tidak di kantor, melainkan di luar kota. Saya dibolehkan wawancara sekaligus ikut kegiatan pejabat tersebut. Lokasi kegiatannya berada di Pegunungan Sanggabuana, Karawang, Jawa Barat.

Agus, staf humas yang kemudian menjadi perantara saya dengan pejabat tersebut. Agus meminta saya hadir di kantornya sekitar pukul 19.00 WIB atau ba’da Isya. Namun, kami baru berangkat ke lokasi acara pukul 10 malam. Jarak Jakarta-Sanggabuana sekitar 50 kilometer dengan jarak tempuh sekitar 3 jam. Rombongan akhirnya sampai lokasi sekitar jam 1 malam.

Baca juga : Cerita Tentang Kepergian Boba

Selain tempatnya yang lumayan jauh, yang juga buat saya shock adalah tempat untuk menginap. Kami tidak menginap di hotel atau losmen, tapi di rumah penduduk setempat. Ini pengalaman pertama saya, liputan ke luar kota, menginap di rumah penduduk.

Sebenarnya, saya tidak masalah harus nginap di rumah penduduk. Hanya masalahnya, tempat menginap kami ini bisa dibilang tidak layak. Bentuknya bukan rumah, tapi gubuk dengan dinding kayu yang sudah mulai lapuk. Lantainya masih dari tanah.

Gubuk yang tidak begitu besar ini, penuh sesak dengan rombongan pejabat dan wartawan. Bisa dibilang, gubuk ini dijadikan base camp panitia.

Kata Agus, seharusnya rombongan menginap bukan di gubuk ini. Tapi berupa mess. Namun karena ramai kegiatan, mess yang akan kami tempati penuh. Karena alasan dararut, gubuk ini sebagai penggantinya.

Baca juga : Gagal Terus Ternak Cupang

Saya yang dari awal tidak mengira, tentu saja kaget. Sebab, perlengkapan menginap yang saya bawa cukup terbatas. Hanya baju dan sikat gigi, tanpa bawa selimut. Maklum, kalau liputan ke luar kota, fasilitas menginap sudah lengkap disediakan hotel.

Alhasil, tidur saya tidak pulas. Kain sarung milik penduduk yang dipinjamkan, tak cukup mengusir udara dingin di Sanggabuana. Pukul 4 pagi, Agus sudah membangunkan saya untuk bersiap-siap. Udara dingin, perlengkapan mandi kurang, serta tidak tidur cukup jadi alasan; saya tidak perlu mandi. Cukup sikat gigi dan cuci muka, he he he.

Pukul 06.00 pagi, kami keluar dari tempat menginap untuk mencari sarapan, lalu berangkat menuju lokasi. Meskipun mata ngantuk, pemandangan di lokasi cukup menjadi obat. Saya manfaatkan momentum itu untuk berkeliling, saat kegiatan sedang berlangsung. Namun Agus meminta agar saya jangan terlalu jauh dari tempat acara. Alasannya, agar saya bisa langsung wawancara bosnya, begitu acara selesai.

Hingga jam 11 siang, belum ada tanda-tanda wawancara itu akan berlangsung. Justru kabar yang datang, pejabat tersebut ternyata sudah bergegas menuju Jakarta. “Duh gagal nih,” batin saya.

Baca juga : Kisah Pasien Positif Covid Saat Diisolasi

Agus yang merasa bersalah, akhirnya mengajak saya untuk segera balik ke Jakarta mengejar bosnya. Sekitar pukul 3 sore saya tiba di Merdeka Timur. Di sana, bosnya sudah menanti sembari menikmati makanan ringan yang sudah tersedia di mejanya. Agus mempersilakan saya untuk duduk di meja bosnya.

Akhirnya, wawancara pun bisa saya lakukan. Tidak lama, hanya sekitar 20 menit. Setelah basa-basi singkat, saya langsung pamit untuk kembali ke kantor. Tak lupa, Agus memberi saya kenang-kenangan berupa sebuah rompi.

Sampai sekarang, saya sering tersenyum sendiri kalau mengingat kejadian itu. Demi mengejar narsum, saya harus tempuh perjalanan jauh, antara Jakarta-Karawang. Namun, wawancara justru dilakukan di Ibu Kota.

“Jakarta-Karawang capek-capek pulang-pergi, berdingin-dingin ria, tapi ujung-ujungnya wawancara tetap berlangsung di Jakarta hahahaha,” kata saya. [Haikal Amirullah/Wartawan Rakyat Merdeka]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.