Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bisnis Perhotelan Lesu Darah Karena Pandemi

Perlu Obat Kuat Untuk Bangkitkan Pariwisata

Jumat, 15 Januari 2021 07:10 WIB
Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (Persero) atau HIN Iswandi Said. (Foto: Istimewa)
Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (Persero) atau HIN Iswandi Said. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Nasib industri perhotelan di 2021, nampaknya tak akan jauh berbeda dengan kondisi tahun lalu. Pelaku usaha masih menggantungkan harapan, tahun ini bisa kembali bangkit dengan sejumlah stimulus yang diberikan Pemerintah.

Seperti diketahui, 11 - 25 Januarii 2021 Pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk wilayah Jawa dan Bali, mengingat jumlah konfirmasi positif Covid-19 makin tinggi di Tanah air.

Kondisi ini kembali memukul industri pariwisata, termasuk perhotelan. Kendati demikian, perhotelan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tetap optimis tahun ini tidak akan seburuk 2020.

Baca juga : Ini Tiga Program Unggulan Sandi Untuk Bangkitkan Sektor Pariwisata

Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (Persero) atau HIN Iswandi Said menuturkan, pada prinsipnya HIN sebagai hotel BUMN akan selalu mendukung kebijakan dan peraturan Pemerintah. Pihaknya percaya, pada setiap kebijakan yang dikeluarkan pasti sudah melalui tahap kajian yang mendalam.

Iswandi kemudian menjelaskan, okupansi (keterisian) hotel di awal tahun memang mengalami penurunan jika dibanding natal dan Tahun Baru (nataru).

Okupansi hotel di masa nataru tercatat mencapai 43 persen, setelah itu turun hingga di bawah 20 persen. Dan di kuartal  I 2021 targetnya bisa stabil di angka 40 persen.

Baca juga : Genjot Ekonomi Di Tengah Pandemi, Kementan Bangun 100 Lokasi Agroeduwisata

Dia mengakui, penurunan okupansi sudah diantisipasi dengan membuat sejumlah gebrakan. salah satunya, membuka restoran khas nusantara di Grand Inna Kuta, Bali. “Langkah ini sebagai upaya meningkatkan pendapatan di luar kamar. Untuk menopang turunnya jumlah pemesanan kamar,” terang Iswandi kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Namun dia berharap, usai pemberlakuan PPKM, Pemerintah mulai kembali menggiatkan program yang melibatkan seluruh unsur bidang pariwisata. “Itu bisa menjadi pemasukan untuk industri pariwisata. Sekaligus memberikan kepercayaan bagi masyarakat kem bali berwisata. Tentunya, dengan adaptasi kebiasaan baru,” harapnya.

Tak jauh berbeda, Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, akhir 2020 rata-rata okupansi hotel masih di kisaran 35 persen. Namun, angka itu berbeda-beda antar daerah.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.