BREAKING NEWS
 

Kemarau Datang, KLHK Gelar Rapat Pencegahan Karhutla

Reporter : NOVALLIANDY
Editor : MUHAMAD FIKY
Jumat, 30 Juli 2021 22:27 WIB

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya menggelar rapat teknis membahas prakiraan cuaca  dan teknik modifikasi cuaca serta kesiapan patroli desa dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). 

“Agustus sudah masuk musim kemarau. Kita harus mewaspadai beberapa wilayah yang rawan terbakar, seperti Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan,” ungkap Siti ketika memimpin Rapat Tehnis antisipasi puncak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang digelar secara virtual, Jumat (30/7)

Dalam rapat ini, Menteri Siti mengundang seluruh pihak terkait seperti BMKG, BNPB, TNI, Polri, BPPT, serta ahli klimatologi dari IPB University. 

“Sebagai upaya pencegahan, saya  meminta semua pihak untuk mengikuti pantauan titik panas yang muncul di wilayah rawan karhutla. Patroli terpadu juga harus melibatkan masyarakat sebagai suatu sistem pertahanan untuk mengendalikan karhutla sedini mungkin,” ujar Siti ketika memimpin Rapat Tehnis antisipasi puncak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang digelar secara virtual, Jumat (30/7)

Patroli terpadu telah dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia, dan hingga kini telah tercipta sebanyak 185 posko desa dengan jangkauan hingga 555 desa di sekitar posko.

Menteri Siti secara implisit meminta untuk terus dilakukan penguatan kapasitas pada kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA), yang kini juga telah ditambah dengan kelompok paralegal. 

Baca juga : Pembatasan Datang, Istri Malah Senang

Harapannya, selain mendukung upaya pencegahan karhutla di tingkat paling tapak, kelompok MPA-Paralegal ini dapat menciptakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat ekonomi, sehingga masyarakat tidak lagi membuka lahan dengan cara membakar.

Kemudian, Upaya lain untuk mencegah terjadinya karhutla adalah dengan memanfaatkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), dengan menciptakan hujan buatan di wilayah rawan karhutla. 

TMC di Provinsi Riau, pada fase pertama 10 Maret – 5 April 2021, secara umum meningkatkan curah hujan sekitar 33–64 persen terhadap curah hujan alamnya. 

Penambahan curah hujan di lokasi penyemaian awan adalah sekitar 194.3 Juta m3. Sedangkan pada fase kedua, secara umum persentase penambahan curah hujan periode di Provinsi Riau pada Juli 2021 adalah sebesar 2 persen terhadap curah hujan alamnya. 

Adsense

“TMC telah kita intensifkan beberapa tahun terakhir dan akhirnya menjadi sesuatu yang sangat berguna untuk kita,” ungkap Siti. 

Selain itu, KLHK juga memberikan peringatan kepada perusahaan pemilik kebun sawit apabila muncul titik panas di lokasi usahanya.

Baca juga : Jasa Raharja Jakarta Gelar Vaksinasi Untuk Pengemudi Blue Bird

Secara total, untuk tahun ini jumlah hotspot pada wilayah rawan karhutla berjumlah total 401 titik panas dan seluruh wilayah Indonesia terdapat 684 titik panas. 

Apabila dibandingkan dengan total jumlah hotspot tahun 2020 dengan periode sama, jumlah titik panas adalah sebanyak 1.008 (berdasarkan Satelit Terra/Aqua (NASA) Conf. Level ≥80 persen). 

Berdasarkan perbandingan tersebut, terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 324 titik atau 32,14 persen.

Provinsi Kalimantan Barat dan Riau menjadi wilayah terbanyak dilakukan pemdaman dengan total masing-masing 361 dan 282 kegiatan.

Mantan Sekjen DPD RI kembali mengingatkan, bahwa pada tahun 2015, masa paling sulit dan cukup berat yang dihadapi adalah pada awal-awal bulan September. 

Kemudian tahun 2019, hal yang sama juga terjadi pada minggu pertama dan kedua bulan September. 

Baca juga : KPK Telisik Perencanaan Pengadaan Bansos Bandung Barat

“Dari rapat kali ini kita bersama-sama telah mengetahui polanya, pada Agustus kita harus mewaspadai beberapa wilayah, seperti Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan,” ungkap Menteri Siti. 

Ia meminta Provinsi Kalimantan Tengah untuk menaikkan level siaga daruratnya.Terkait hal ini, KLHK juga telah mengirimkan surat kepada Gubernur Kalimantan Tengah.

“Kita punya keyakinan dalam upaya pengendalian karhutla karena didukung oleh data empirik dan pemahaman, baik kita secara teoritik, kita percaya bahwa dari emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan, karhutla memiliki pengaruh sebesar 50-60 persen dari emisi yang dihasilkan dari sektor kehutanan, artinya apabila kita membereskan karhutla, maka kita juga berhasil mengendalikan emisi GRK dari sektor kehutanan,” terang Siti. [MFA]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense