BREAKING NEWS
 

Nggak Seperti Australia, Selandia Baru Ogah Ngegas Ke China

Reporter : PAUL YOANDA
Editor : MELLANI EKA MAHAYANA
Selasa, 11 Mei 2021 16:26 WIB
New Zealand Prime Minister Jacinda Ardern. (Foto Associated Press/File)

RM.id  Rakyat Merdeka - Selandia Baru menolak mengambil posisi frontal dengan China. Kendati, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, menganggap perbedaan antara kedua negara sulit didamaikan.

Menurutnya, itu terjadi seiring dengan peran China di dunia yang berubah dan terus berkembang. Pernyataan Ardern diungkapkan saat Selandia Baru menghadapi tekanan dari beberapa negara Barat yang menjadi sekutunya.

Pasalnya, Selandia Baru enggan ngegas ke China atau menyampaikan kritik lewat aliansi intelijen dan keamanan Five Eyes.

Dalam pidatonya di China Business Summit di Auckland, pekan lalu, Ardern mengatakan, ada hal-hal yang tidak bisa, dan tidak akan setujui oleh China dan Selandia Baru. Namun menurutnya, perbedaan itu tidak akan jadi penentu hubungan mereka.

Baca juga : Tak Hafal Perkalian, Akhirnya Gagal Nikah

Kata Ardern lagi, hal itu tidak akan luput dari perhatian siapa pun. Bahwa peran China di dunia tumbuh dan berubah.

"Perbedaan antara sistem di negara dan kepentingan, serta nilai-nilai yang membentuk sistem itu, menjadi semakin sulit untuk didamaikan," kata Ardern, dikutip Channel News Asia.

Menurutnya, itu adalah tantangan bagi pihaknya, dan banyak negara lain di kawasan Indo Pasifik. Dan juga di Eropa, serta kawasan lain, yang juga sedang bergulat dengan hal tersebut.

Adsense

Dalam sebuah pernyataan yang memicu reaksi di antara negara Barat yang jadi sekutu mereka, Menteri Luar Negeri Selandia Nanaia Mahuta mengatakan, dia tidak nyaman saat harus memperluas peran Five Eyes (Australia, Inggris, Kanada, Selandia Baru dan Amerika Serikat).

Baca juga : Inter Juara Seri A, Nyonya Tua Jaga Asa Nembus Liga Champions

Analis politik internasional Democracy Project, Geofrey Miller, mengatakan, pidato itu tampaknya diarahkan untuk menangkis kritik tajam dari para kritikus. Namun, sambungnya, komentar tersebut bukan berarti Selandia Baru jadi lebih bersahabat dengan China. Namun paling tidak saat ini, Negeri Kiwi itu di posisi netral.

Apalagi China menguasai hampir sepertiga total ekspor Selandia Baru. "Ardern dan Mahuta menunjukkan posisi bahwa Selandia Baru punya  kebijakan luar negeri independen yang tidak setia kepada blok besar mana pun," ujar Miller.

"Kami mencatat bahwa mengelola hubungan dengan China tidak selalu mudah," cetus Ardern.

Duta Besar China untuk Selandia Baru, Wu Xi, yang juga berbicara di acara tersebut memperingatkan bahwa masalah terkait Hong Kong dan Xinjiang adalah urusan dalam negeri China. Dan, dia berharap, Selandia Baru dapat bersikap objektif dan adil serta taat pada hukum internasional.

Baca juga : Bercermin Ke India, Sandi Ogah Indonesia Kena Tsunami Covid-19

Wu juga meminta Selandia Baru tidak mencampuri urusan dalam negeri China seperti rekan sekutunya. "Sehingga dapat menjaga perkembangan yang baik dari hubungan bilateral kita,” ujar Wu.

Beijing terlibat dalam perselisihan diplomatik dengan Australia. Negara Tirai Bambu itu telah memberlakukan pembatasan perdagangan setelah Canberra melobi untuk penyelidikan internasional tentang sumber Covid-19.

China menyangkal pembatasan adalah pembalasan. Mereka mengklaim, pengurangan impor produk Australia adalah hasil dari keputusan para pembeli. Namun, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, China bertindak lebih agresif di luar negeri dan berperilaku semakin bermusuhan.

Soal risiko sanksi dagang dengan China, Ardern mengatakan, hal itu akan menjadi perhatian siapa pun di Selandia Baru.[PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense