BREAKING NEWS
 

Tantangan Global Umat Masa Depan (26)

Mengaktualkan Peran Sosial Agama

Jumat, 24 Juni 2022 06:45 WIB
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Potensi peran sosial-ekonomi Islam sebagaimana halnya agama-agama lain amat dahsyat. Islam lahir dan diturunkan kepada seorang pedagang, yakni Nabi Muhammad SAW yang mengawali karier hidupnya dengan pengusaha, yakni seba­gai pengembala kambing dan pedagang. Ia menampilkan bakat-bakat kecerdasan yang luar biasa sebagai pengusaha sebagaimana diakui oleh para tokoh masyarakat Quraisy pada masanya. Islam sebagai agama juga sarat dengan gagasan-gagasan sosial yang sangat kuat. Bahkan kekuatan keberagamaan seseorang ditentukan juga oleh kekuatan par­tisipasi sosial ekonomi di dalam masyarakat, sebagaimana bisa dilihat dalam surah Al-Ma’un:

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjur­kan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya. Orang-orang yang berbuat ria. Dan enggan (meno­long dengan) barang berguna”. (Q.S. Al-Ma’un/107:1-7).

Baca juga : Posisi Ideal Ulama Dan Umara

Surah ini diawali dengan kalimat bertanya. Kaedah tafsir mengatakan jika sebuah surah atau ayat diawali dengan kalimat bertanya pasti ada sesuatu yang amat substansial dan bersifat kontemporer yang akan diungkap Tuhan di dalamnya. Surat dengan ayat-ayatnya di atas menegaskan kepada kita makna dan hakekat keberagamaan di dalam diri kita. Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa dengan selesainya kita menunaikan ibadah formal atau ibadah mah­dhah, otomatis segala urusan kita terhadap agama selesai.

Keberhasilan keberagamaan kita ternyata diukur dengan hal-hal yang bersifat sosial kemasyarakatan, yaitu sikap kita terhadap anak yatim piatu, fakir-misin, dan problem sosial lainnya. Orang yang hanya mengutamakan ibadah ritual tanpa melahirkan makna dan efek sosial ternyata tidak ada artinya. Segalanya baru berarti setelah diuji di dalam realitas kehidupan kita sehari-hari.

Adsense

Baca juga : Memaralelkan Bahasa Agama Dan Bahasa Negara

Jika seseorang masih belum concern dan prihatin terh­adap nasib orang pinggiran dan kaum yang tertindas dan didhalimi, sebagaimana disebutkan ayat di atas, maka kita dianggap sebagai orang yang beragama secara bohong-bohongan, palsu, dan kamuflase.

Menjalin hubungan vertikal dengan Tuhan saja tidak cukup, melainkan harus direalisasikan dalam hubungan horizontal yang cukup pula, dalam wujud berbuat baik kepada mereka yang memerlukan perhatian khusus. Siapapun kita dan apapun kapasitasnya pasti memiliki kekuatan untuk membantu dengan sesama, minimal dalam bentuk doa.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense