BREAKING NEWS
 

Tuberkulosis Versus Covid-19

Reporter & Editor :
UJANG SUNDA
Jumat, 25 Februari 2022 20:14 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Oleh: Prof Tjandra Yoga Aditama

Dunia dalam dua tahun ini memang sedang porak poranda menghadapi Covid-19, yang belum jelas juga kapan akan berakhirnya. Sudah amat luas dampak Covid-19 ini pada berbagai sendi kehidupan, termasuk juga tentunya pada aspek kesehatan. Karena itu, semua perhatian, sumber daya dan prioritas kini memang diberikan pada pengendalian pandemi Covid-19.

Tetapi harus diingat bahwa dari kacamata kesehatan, maka banyak penyakit lain yang juga terus mengancam umat manusia, punya dampak kesehatan masyarakat yang besar di dunia dan juga di negara kita, salah satu diantaranya adalah tuberkulosis (TB). Apalagi, Covid-19 dan juga tuberkulosis utamanya menyerang paru-paru dan mikroorganisme penyebabnya masuk melalui saluran nafas manusia.

Lima Poin
Organisasi internasional “Stop TB Partnership” mengeluarkan data tentang lima hal “Tuberculosis vs Covid-19 ” yang baik kita cermati bersama. Pertama, kuman penyebab tuberkulosis ditemukan pada tahun 1882, sementara Covid-19 dilaporkan pertama kali pada laman “World Health Organization (WHO) China Country Office” pada 31 Desember 2019. Kalau Covid-19 disebabkan oleh virus SARS CoV2, tuberkulosis disebabkan oleh kuman yang namanya Mycobacterium tuberculosis, yang pertama kali dipresentasikan oleh penemunya yaitu Robert Koch pada 24 Maret 1882. Sampai sekarang setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai hari tuberkulosis sedunia. Jadi, Covid-19 baru “berumur” dua tahun lebih, tuberkulosis sudah 140 tahun ada di dunia dan belum dapat juga dimusnahkan hingga kini.

Baca juga : Biden Perpanjang Darurat Covid-19

Kedua, vaksin BCG untuk pencegahan tuberkulosis ditemukan pada tahun 1921, jadi jarak antara kuman ditemukan dan vaksin didapat adalah 39 tahun. Di sisi lain, kita tahu bahwa pada bulan Desember 2020 vaksin Covid-19 sudah disuntikkan pada manusia, jadi tidak sampai setahun sejak virusnya ditemukan.

Ketiga, anggaran dunia untuk pengembangan vaksin tuberkulosis jauh lebih kecil daripada untuk vaksin Covid-19. Untuk vaksin tuberkulosis investasi anggarannya sekitar 0,117 miliar dolar AS sementara untuk vaksin Covid-19 adalah 107 miliar dolar AS, jauh sekali bedanya.

Adsense

Keempat, dalam pengembangan vaksin baru maka hanya ada kurang dari 20 kandidat vaksin baru tuberkulosis, “Stop TB Partnership” menyebut ada 14 kadidat vaksin TB, sementara untuk Covid-19 angkanya lebih dari 100 kandidat. Data WHO per 22 Februari 2022 menunjukkan sudah ada 145 kandidat vaksin Covid-19 yang ada dalam fase uji klinik, selain 195 kandidat lainnya yang dalam fase uji pre klinik.

Kelima, menurut “Stop TB Partnership” ini diperkirakan ada 1,9 juta orang yang meninggal akibat tuberkulosis di tahun 2020, dan di tahun yang sama ada sekitar 2 juta orang yang meninggal akibat Covid-19. Informasi lain dari WHO yang mengkompilasi data 84 negara menunjukkan bahwa sepanjang 2020 terdapat pengurangan 1,4 juta orang yang mendapat pengobatan TB karena pelayanan kesehatan amat terbebani dengan penangan Covid-19, dan diperkirakan bahwa Covid-19 berdampak pada penambahan sekitar setengah juta kematian akibat tuberkulosis.

Baca juga : CDC Amerika Rekomendasikan Vaksin Covid-19 Dosis Keempat

Indonesia
Kelima hal di atas jelas menunjukkan bagaimana harusnya dunia, dan kita di Indonesia, juga memberi perhatian besar pada penanggulangan tuberkulosis, bersama juga menangani Covid-19. Kita ingat pada  21 Februari 2022 data WHO yang dikutip Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan Indonesia berada pada urutan ke-17 dari 237 negara dan wilayah dengan kasus Covid-19 tertinggi. Di sisi lain, data “Global TB Report 2021” menunjukkan Indonesia peringkat ke tiga kasus TB terbanyak di dunia, sesudah India dengan 26 persen kasus dunia, Tiongkok dengan 8,5 persen dan Indonesia dengan 8,4 persen.

Tentu dua urutan Indonesia di dua penyakit ini tidak bisa dibandingkan begitu saja, khususnya untuk Covid-19 yang urutan kasus terbanyak di dunia akan berubah dari waktu ke waktu. Tetapi setidaknya data yang menunjukkan bahwa kita urutan ketiga di dunia untuk tuberkulosis menunjukkan bahwa tentu perhatian dan prioritas perlu juga diberikan pada penyakit ini, selain tentunya pada Covid-19 yang pada Februari 2022 maka Indonesia ada di peringkat 17 dunia.

Pada dasarnya, ada tiga kegiatan utama untuk mengendalikan tuberkulosis di negara kita. Pertama, tentu penemuan kasus yang harus jangan sampai terganggu karena Covid-19, baik penemuan yang pasif menunggu di fasilitas pelayanan kesehatan maupun yang aktif turun langsung ke masyarakat. Kedua, adalah pengobatan, baik menjamin pasien makan obat sampai sembuh yang memakan waktu beberapa bulan dan juga meningkatkan angka keberhasilan pengobatan. Ketiga, menangani masalah-masalah khusus, seperti “multi drug resistance”–MDR, TB dan HIV, TB dan DM dan gangguan gizi, TB dan rokok, dan lain-lain. Harus diingat bahwa Presiden Joko Widodo sudah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021 dengan target eliminasi tuberkulosis di tahun 2030 kelak.

Selain kita tentu harus terus meningkatkan pengendalian tuberkulosis di dalam negeri, maka peran Indonesia untuk diplomasi internasional tuberkulosis juga perlu digalakkan di tahun ini dan tahun men datang. Dalam kerangka Indonesia sebagai Presidensi G20 pada 2022 ini maka topik tuberkulosis juga tentunya perlu diangkat dan diberi porsi penting. Patut diketahui bahwa sekitar separuh kasus tuberkulosis di dunia terjadi di negara anggota G20, antara lain di India, Tiongkok, Indonesia, Rusia, Brazil dan Afrika Selatan. Indonesia juga akan menjalani Keketuaan ASEAN pada 2023 tahun depan, dan baik kalau disiapkan juga agenda tentang tuberkulosis di kawasan ini. Sedikitnya ada lima negara anggota ASEAN (Indonesia, Myanmar, Filipina, Thailand dan Vietnam) yang masuk daftar “Global High Burden Countries for Tuberculosis”.

Baca juga : Prokes Kendor, Kasus Covid-19 Pun Melonjak

Semoga kita dapat melakukan program penanggulangan tuberkulosis lebih baik lagi, dan juga semoga pandemi Covid-19 dapat lebih dikendalikan di waktu mendatang ini.***

Penulis: Direktur Pascasarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI/Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Kepala Balitbangkes

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense