BREAKING NEWS
 

Jokowi Larang Ekspor Mineral Mentah

Pendapatan Naik, Negara Berdaulat

Reporter : HAIKAL AMIRULLAH
Editor : ABDUL SHOMAD
Selasa, 18 Oktober 2022 07:50 WIB
Anggota Komisi I DPR Rudianto Tjen. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
“Harga timah kita saja diatur Singapura dan Malaysia. Karena itu penghentian ekspor timah ini juga harus dilakukan, sehingga ke depan kita bisa berdaulat,” tambah dia.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menegaskan komitmen Pemerintah untuk secara bertahap menghentikan ekspor barang mentah sekaligus melakukan hilirisasi industri. Sebab, kita sudah 77 tahun merdeka tapi bahan mentah yang selalu kita ekspor.

Baca juga : Jokowi Panggil Pejabat Polri Ke Istana, Bahas Apa ?

“Nikel mentahan kita ekspor, tembaga mentahan kita ekspor, minyak kita ekspor dalam ben­tuk mentahan. Tidak diolah, timah kita ekspor, kelapa sawit (CPO) kita ekspor, tapi tidak dalam bentuk barang setengah jadi atau barang jadi,” tegas Jokowi.

Sehingga, sambung Jokowi, nilai tambah bahan mineral dari sumber daya alam negara justru dinikmati negara negara lain. Pembukaan lapangan kerja juga adanya di negara lain.

Baca juga : Jaringan Masyarakat Anti Korupsi Minta KPK Selidiki Dugaan Makelar Kasus Di Internalnya

Eks Gubernur DKI Jakarta ini yakin hilirisasi industri akan meningkatkan nilai tambah dari suatu komoditas dan mem­buka lapangan pekerjaan seluas-luasnya di dalam negeri.

“Inilah yang secara konsisten akan terus kita lakukan. Setop nikel, tahun depan setop timah, tahun depan setop tembaga, karena nilai tambahnya ada di dalam negeri,” tegasnya.

Baca juga : Buah Nusantara Harus Jadi Tuan Rumah Di Negara Sendiri

Jokowi mencontohkan, ke­bijakan Pemerintah melarang ekspor bijih nikel sejak awal 2020 membuat pendapatan negara melonjak signifikan hingga mencapai Rp 360 triliun. Sebab, ekspor yang dilakukan bukan lagi dalam bentuk setengah mentah tapi setengah jadi dan jadi.

“Waktu mineral diekspor dalam bentuk mentahan, kita hanya mendapatkan nilai Rp 15 triliun. Setelah diekspor dalam bentuk setengah jadi dan barang jadi, nilainya menjadi Rp 360 triliun. Dari Rp 15 triliun men­jadi Rp 360 triliun, baru satu barang,” ujarnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense