BREAKING NEWS
 

5 + 1 Krisis

Reporter & Editor :
SUPRATMAN
Selasa, 20 Oktober 2020 05:02 WIB
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Ini kekhawatiran yang sudah sangat lama. Tahun 1952. Indonesia baru tujuh tahun merdeka. Kekhawatiran itu disampaikan Presiden Soekarno dalam pidato kenegaraan 17 Agustus 1952.

Dalam pidato berjudul Harapan dan Kenjataan, berkata Soekarno:

“Kita ini dihinggapi oleh empat macam crisis. Pertama, crisis politik, yang banyak orang tidak percaya lagi kepada demokrasi; kedua, crisis alat-alat-kekuasaan Negara; ketiga, crisis cara-berfikir dan cara-meninjau; keempat, crisis moril.

Sebenarnya kita menderita crisis satu macam lagi, yaitu crisis Gezag”.

Baca juga : Prabowo Manula Saat Pilpres 2024

Saat itu, “krisis” masih ditulis “crisis”. Pakai huruf C. Sampai ejaan berganti, dari crisis menjadi krisis, apakah kekhawatiran Soekarno masih relevan?

Lima krisis itu, sekarang sudah jarang disampaikan. Sekadar sejarah. Yang sering disebut biasanya “krisis kepercayaan”. Kepercayaan terhadap apa saja.

Kemarin misalnya, ramai diberitakan kepala kejaksaan yang menjamu dua perwira polisi yang menjadi tersangka dalam kasus penghapusan red notice Djoko Tjandra. Foto mereka sedang menikmati hidangan, viral. Salah seorang tersangka tampak tertawa. Semringah. Mencermati isu ini Rakyat Merdeka, Senin (19/10/20), menurunkan judul headline, “Hancur… Hancur… Hancur!!!

Adsense

Bagi rakyat, ini memang tidak biasa. Apakah fenomena ini berpotensi menjadi salah satu nominasi krisis yang disampaikan Bung Karno 68 tahun lalu?

Baca juga : KPK Dan Mobil Dinas

Krisis kepercayaan juga bisa muncul dari pernyataan yang dinilai sebagai “logika terbalik”. Pernyataan tersebut biasanya disampaikan elite politik.

Misalnya, mengatakan tidak, padahal iya. Contoh, revisi UU KPK. Disebutkan bahwa revisi tersebut untuk memperkuat KPK, padahal publik meyakini sebaliknya: melemahkan.

Keyakinan publik bahwa itu justru melemahkan tercermin dari demo berjilid-jilid yang mengkritik revisi UU KPK, setahun lalu.

Sekarang UU KPK sedang diuji di Mahkamah Konstitusi (MK). Bagaimana hasilnya? Apakah putusan MK akan menambah krisis kepercayaan atau akan menumbuhkan kepercayaan? Menarik ditunggu.

Baca juga : Kembali Berharap Ke Wakil Rakyat

Lalu bagaimana menghilangkan krisis kepercayaan? Bung Karno punya jawabannya. Jawaban itu disampaikan di akhir pidato kenegaraan 17 Agustus 1952. Dia mengutip seorang filsuf Yunani.

“Seperti dikatakan Aristoteles: Kemerdekaan adalah kecakapan memerintah dan kecakapan diperintah,” kata Bung Karno.

Itu tahun 1952. Sebelum Orde Baru. Sebeloem Reformasi. Sebelum ada cebong vs kampret. Sebelum “mengkritik dianggap membenci, dan mendukung dianggap menjilat”.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense