Dark/Light Mode

Protes Pemanggilan Mantan Panglima GAM

Pengamat: Komnas HAM Sedang Bangunkan Macan Tidur

Sabtu, 12 Oktober 2019 12:03 WIB
Suhendra Hadikuntono (Foto: Istimewa)
Suhendra Hadikuntono (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengamat intelijen Suhendra Hadikuntono sangat kaget dan terheran-heran mendengar kabar adanya pemanggilan Komnas HAM ke Mualem Muzakir Manaf, mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), terkait kasus Timang Gajah pada 2001-2004. Sebagai anak bangsa yang mengikuti dengan seksama perkembangan perdamaian Aceh, dia menganggap pemanggilan itu aneh.

"Saya tidak tahu apa tujuan sebenarnya dari Komnas HAM dalam pemanggilan tersebut. Menurut saya, langkah Komnas HAM, atau orang yang menggunakan Komnas HAM, membuka kembali kasus ini ibarat membuka luka lama bahkan mungkin seperti membangunkan macan tidur," ujarnya, di Jakarta, Sabtu (12/10).

Komnas HAM, kata Suhendra, seharusnya tahu bahwa apa pun yang terkait dengan peristiwa yang terjadi di bumi Serambi Mekah itu, sebelumnya atau tahun 2004, sudah dianggap selesai dan dikubur bersama masa lalu yang kelam di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Semua sudah tertuang secara rinci dalam Kesepakatan Damai Helsinki, 15 Agustus 2005. "Termasuk di dalamnya pemberian amnesti kepada semua pihak yang terkait dengan konflik Aceh di masa lalu," jelas pendiri Hadiekuntono's Institute (Research, Intelligence, Spiritual) ini.

Baca juga : Prioritaskan Pembebasan Lahan, Wahidin Kebut Pembangunan Jembatan

Pertanyaan besarnya, lanjut Suhendra, untuk apa Komnas HAM kembali mengungkit-ungkit sesuatu yang sudah dianggap selesai? "Di tengah kondisi bangsa yang saat ini sedang demam tinggi pasca-kerusuhan di Papua, dan demonstrasi massa di beberapa kota yang berakhir ricuh beberapa waktu belakangan ini, langkah Komnas HAM membuka masalah Aceh ini seakan memperkeruh suasana. Saya merasakan tidak adanya kepekaan sosial dan politik dari Komnas HAM dalam masalah ini," sesalnya.

Sebagai orang yang mengamati dengan cermat dunia intelijen, Suhendra memandang, apa yang dilakukan Komnas HAM sangat membahayakan kedaulatan NKRI. "Sebab, hal itu akan berpotensi membangkitkan kembali sentimen publik dan perlawanan masyarakat Aceh terhadap pemerintah pusat. Hal ini tentu saja akan menimbulkan masalah baru bagi hubungan harmonis yang sedang dibangun antara pemerintah pusat dan Pemprov NAD," cetusnya.

Dia menegaskan, langkah Komnas HAM itu sangat saya sayangkan. Hal yang seharusnya dilakukan oleh semua elemen bangsa ini adalah memeluk hangat masyarakat Aceh, bukan malah membuka kembali luka lama. 

Baca juga : RUU Pertanahan Bertentangan Dengan Keinginan Presiden

"Secara historis, sumbangsih masyarakat Aceh kepada NKRI sudah terbukti sejak dulu. Masyarakat Aceh-lah yang bahu-membahu membelikan pesawat Kepresidenan Indonesia untuk pertama kalinya. Masyarakat Aceh-lah yang menyumbang emas untuk tugu Monas di Jakarta," paparnya.

Dengan fakta kesejarahan yang tinggi dan kapasitas masyarakat Aceh yang unggul, tutur Suhendra, seharusnya pemerintah pusat lebih banyak memberdayakan sumber daya manusia Aceh untuk terlibat aktif dalam pembangunan nasional Indonesia. Suhendra menegaskan, semua elemen seharusnya membangun perspektif baru dalam melihat Aceh dalam bingkai NKRI. Jangan lagi melihat Aceh dengan perspektif kecurigaan seperti era Orde Baru.

Dia melihat, yang dilakukan Komnas HAM sangat kontraproduktif, dan akan menjadi beban bagi pemerintahan Presiden Jokowi. "Ada yang mengganjal dalam pikiran saya, apakah langkah Komnas HAM membuka luka lama Aceh ini murni kepentingan HAM atau ada hidden agenda (agenda tersembunyi) dari seseorang atau kelompok tertentu untuk menciptakan instabilitas keamanan dan politik di negeri ini? Naluri intelijen saya mencium kuat ada seseorang atau kelempok tertentu yang sedang bermain petak umpet. Dia yang membakar lumbung, dia pula yang sok gagah akan datang memadamkan api," ucapnya.

Baca juga : Perluas Pemanfaatan Gas Bumi, PGN Genjot Pembangunan Infrastruktur

Siapa pun orangnya, Suhendra mengaku hanya mengingatkan, jangan mengail di air keruh. Bangsa ini harus diberikan semangat untuk melangkah ke depan meraih kemajuan, bukan ditarik ke arah sebaliknya. 

"Semua tokoh bangsa harus bersatu padu mendukung Presiden Jokowi, bukan malah mengganggu dengan menciptakan kegaduhan yang tidak perlu. Masyarakat Aceh adalah bagian integral yang tidak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Membangun Aceh berarti kita sedang mempercantik beranda rumah kita, Rumah Indonesia," tandasnya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.