Dark/Light Mode

Impor Beras Rugikan Negara

Ekonom Sarankan Jokowi Merombak Tim Ekonomi

Jumat, 5 Oktober 2018 08:07 WIB
Impor Beras Rugikan Negara Ekonom Sarankan Jokowi Merombak Tim Ekonomi

RM.id  Rakyat Merdeka - Demi menyelamatkan ekonomi Indonesia, Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla disarankan me-reshuffle atau merombak kabinet. Khususnya Tim Ekonomi. Hal ini ditegaskan pengamat ekonomi Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara “Karena gagal menghadapi situasi pelemahan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi sejak 2015 hanya berkisar 5 persen,” ujarnya.

Hasil kinerja kabinet ekonomi, jelas Bhima, terkesan tidak mampu bersaing. Bahkan, kalah dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Filipina. Menurutnya, kerja perekonomian di bawah kendali Menko Perekonomian Darmin Nasution, rasio utang Indonesia terus naik. Sementara ketergantungan pada asing di kepemilikan utang, menciptakan capital outflow. Kondisi yang sama juga terjadi di bidang perdagangan. “Jadi, patut dipertimbangkan (reshuffle). Khususnya Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita karena gagal meningkatkan nilai ekspor dan menjaga impor,” ucapnya.

Baca juga : Kasus Gratifikasi Eks Bupati Sidoarjo, Besok KPK Periksa Bos Maspion Group Alim Markus

Bhima menilai, menteri perdagangan terkesan terlalu gampang membuat lisensi impor. Sementara kebijakan pemerintah seharusnya berdasarkan data yang valid. Kondisi ini juga yang menyebabkan neraca perdagangan negara tak kunjung membaik. “Impor ini yang berisiko menguras devisa dan melemahkan rupiah,” katanya.
Kebijakan impor pangan yang dilakukan melalui Kementerian Perdagangan bersama Badan Urusan Logistik (Bulog) dari Informasi yang diterima Rakyat Merdeka, patut diduga tidak transparan dan berpotensi merugikan keuangan negara ratusan miliar rupiah.

Hal ini diketahui setelah ada pemeriksaan dari salah satu lembaga audit. Dalam laporan lembaga audit itu, ada protes dari eksportir di Thailand akibat tidak diundang dalam tender pembelian beras 500 ribu ton oleh Indonesia. “Tender yang dilakukan tidak terbuka dan hanya melalui undangan yang selanjutnya hanya diikuti 3-4 eksportir saja,” kata sumber Rakyat Merdeka. Menurut sumber tersebut, tender yang dilakukan Bulog sifatnya undangan dan terbatas.

Baca juga : Melani Suharli Dukung Eksistensi BTN Dalam Pemenuhan Pembiayaan Perumahan Rakyat

Tidak bersifat kerjasama G to G (pemerintah antar pemerintah) atau G to P (Pemerintah dengan Pelaku Usaha). Alhasil, harga beras yang didapat kemahalan. “Kalau by invitation yang dilakukan oleh Bulog Indonesia yaitu pembelian beras 5 persen broken seharga 460 dolar AS padahal rata-rata harga saat itu 445 dolar AS per tonnya. Jika pembelian saat itu sebanyak 250 ribu ton saja dari Thailand, dapat dihemat 250 ribu ton x 15 dollar AS (selisih harga beras di Thailand) sebesar 3.750 ribu dollar AS atau Rp 52,5 juta per tonnya. Dan jika pembelian 500 ribu ton maka dapat dihemat 7,5 juta dollar AS atau Rp 105 milyar,” katanya. [JON]

Potensi kerugian ini, kata dia, sangat besar. Jika sampai impor beras 2 juta ton, maka kerugian negara ditaksir dapat mencapai 30 juta dollar AS atau Rp 420 miliar. Bulog, lanjut sumber itu, telah menekan kontrak dengan tiga eksportir Thailand yaitu Ponglap Co. Ltd, Asian Goladen Rice, dan Capital and Cereal. Untuk Ponglap Co. Ltd, teryata bukan eksportir nomor satu atau dua di Thailand. Dia hanya sebagai pengendali ketiga eksportir lainnya. Namun dari ketiga importir ini, hanya Ponglap Co.Ltd yang tidak memiliki mesin penggiling sehingga harganya relatif akan mahal. Adapun eksportir nomor satu di Thiland adalah Asian Golden Rice, nomor dua Capital dan Cereal, dan nomor tiga Thanasan.

Baca juga : Periksa 3 Saksi Ini, KPK Dalami Pendirian Perusahaan Konsultan Pajak Rafael Alun

“Impor beras dari Thailand itu tidak melalui tender yang melibatkan banyak perusahaan eksportir. Jadi, dapat dikatakan harga impor beras dari Thailand hanya didasari pertemanan. Hal tersebut mengkibatkan harga sangat mahal jika dibanding dengan melibatkan banyak eksportir terbuka seperti G to P,” katanya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :