Dark/Light Mode

Kurikulum Merdeka dan Tantangan Dunia Lapangan Kerja

Selasa, 2 Juli 2024 22:58 WIB
Suasana Interview ketika melamar pekerjaan (Sumber: Istimewa)
Suasana Interview ketika melamar pekerjaan (Sumber: Istimewa)

Semenjak hadirnya Revolusi Industri 4.0, dunia terasa begitu cepat akibat penetrasi internet dan digitalisasi dalam kehidupan sehari-hari. Penetrasi internet membuat kehidupan begitu mudah, namun di sisi lain tanpa atisipasi yang mumpuni manusia akan digilas oleh pesatnya kemajuan teknologi informasi. Salah satu yang paling terdampak adalah lapangan pekerjaan. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), terjadi angka penurunan penyerapan tenaga kerja dalam kurun 2016-2017. Pada 2017, jumlah tenaga kerja yang terserap tercatat 1,17 juta orang. Angka tersebut menurun dibandingkan 2016 yang jumlahnya mencapai 1,39 juta orang.

Namun demikian, di sisi lain, Revolusi Industri 4.0 juga memberikan dampak positif bagi tenaga kerja. Salah satunya meningkatkan kualifikasi kompetensi pekerja. Revolusi Industri 4.0 menuntut tenaga kerja memiliki kompetensi luas seputar teknologi informasi dan analisis data (Maarif, 2023).  

Ada beberapa dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap tenaga kerja. Pertama, Peningkatan kualifikasi, sebab lapangan kerja menuntut pekerja memiliki kualifikasi dan kompetensi seputar teknologi informasi dan analisis data. Kedua, Perubahan profil kerja, karena beberapa pekerjaan dapat digantikan mesin serta meningkatkan pekerjaan berbasis operasi teknologi.

Baca juga : Milenial Dukung Kominfo Kembangkan Talenta Anak Muda Papua

Ketiga, Peningkatan kualifikasi. Pekerja dituntut meningkatkan kompetensi dengan terus belajar dan mengejar kualifikasi baru. Keempat, peningkatan fleksibilitas, sebab pekerja dituntut mampu mengikuti pergerakan cepat teknologi dalam pekerjaan. Kelima, peningkatan kolaborasi akan terjadi karena semakin banyak pekerjaan yang melibatkan mesin. Keenam, biaya produksi lebih murah, karena pabrik atau perusahaan sudah menggunakan mesin dan teknologi dalam produksinya sehingga mereka bisa memangkas gaji tenaga kerja, uang makan, dan sebagainya (Maarif, 2023).

Kurikulum Merdeka Mengarahkan Minat dan Bakat Sejak Dini 

Untuk menjawab tantangan di atas, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim telah meluncurkan Merdeka Belajar Episode Kelima belas: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Belajar. Menurut Nadiem, ada beberapa keunggulan Kurikulum Merdeka dibanding kurikulum 2013. Pertama, lebih sederhana dan mendalam karena kurikulum ini akan fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Kedua, peserta didik di jenjang SMA akan lebih merdeka karena tidak ada lagi penjurusan IPA, IPS, atau Bahasa. Peserta didik berhak memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya di kelas 11 dan 12. Maka dengan begitu menurut Menteri Milenial tersebut, peserta didik memiliki kesempatan untuk memilih bidang yang ia minati sesuai dengan

Baca juga : Kongres I Tani Merdeka: Wujudkan Ketahanan Pangan Dan Masa Depan Petani

Adapun aturan mengenai penerapan Kurikulum Merdeka tertuang dalam Keputusan Mendikbud Ristek Nomor 162/M/2021 tentang Sekolah Penggerak. Menurut Nadiem, konsep Kurikulum Merdeka juga sudah banyak dipakai di negara-negara maju.Keunggulan lain dari penerapan Kurikulum Merdeka ini adalah lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan proyek atau Project Based Learning. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual, misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan teknologi informasi.

Dengan titik fokus pada mendorong minat dan bakat peserta disik sejak dini, maka Kurikulum Merdeka sejatinya dapat menjadi fondasi yang kuat untuk menyiapkan generasi yang siap menghadapi dunia lapangan kerja yang semakin menantang. Ketika peserta didik diberi kebebasan untuk memilih suatu bidang kemampuan, keilmuan yang mereka cintai maka mereka akan fokus untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam bidang masing-masing. Karena jika tidak sesuai minat dan bakat, ke depan mereka akan cenderung keliru dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. Menurut ahli Educational Psychologist dari Integrity Development Flexibility (IDF), Irene Guntur, sebanyak 87 persen mahasiswa di Indonesia salah jurusan (Detik,2021)

Maka Kurikulum Merdeka sejatinya tidak hanya membantu peserta didik dalam menyiapkan kapasitas dan kemampuan diri menghadapi  dunia lapangan kerja sejak dini, namun juga mendorong mereka untuk lebih fokus menentukan jurusan dalam melanjutkan studi di perguruan tinggi. Tidak hanya itu, Kurikulum Merdeka dengan mendorong pembelajaran melalui project base learning, maka akan lebih mendorong perserta didik pada isu-isu actual yang menjadi tantangan sehari-hari, seperti mengatasi permasalahan sampah, kebersihan lingkungan dan terutama toleransi antar sesama melalui penguatan Profil pelajar Pancasila.

Fahmi Syahirul Alim
Fahmi Syahirul Alim
Peneliti ICIP

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.